REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arab Saudi menjalankan program ihram daur ulang sebagai langkah inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan. Inisiatif ini bertujuan mengurangi limbah tekstil dengan mendaur ulang kain ihram yang telah digunakan, sejalan dengan visi keberlanjutan kerajaan.
Saat Ramadan tiba, jutaan Muslim dari seluruh dunia memulai ibadah umrah dengan mengenakan ihram, pakaian sederhana berwarna putih yang melambangkan kesucian, persatuan, dan pengabdian. Terdiri atas dua lembar kain tanpa jahitan, ihram menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual umrah dan haji.
Untuk mendukung keberlanjutan, Komisi Mode Kementerian Kebudayaan meluncurkan inisiatif Ihram Berkelanjutan. Program ini bertujuan mendaur ulang dan menggunakan kembali ihram bekas, menggabungkan nilai-nilai Islam dengan solusi ramah lingkungan demi menjaga kelestarian alam.
Melalui inisiatif ini, ihram yang telah digunakan dikumpulkan dan diolah kembali menjadi pakaian baru yang berkelanjutan menggunakan metode daur ulang tekstil sirkular. Upaya ini merupakan hasil kolaborasi antara Saudi Investment Recycling Co. dan perusahaan mode ramah lingkungan Tadweem.
Inisiatif ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya daur ulang dalam industri mode serta mendorong pertumbuhan ekonomi tekstil sirkular di Arab Saudi. Dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dari pembuangan ihram, yang diproduksi dalam jumlah besar setiap musim haji, Komisi Mode melihat peluang untuk mengurangi limbah tekstil melalui pendekatan yang lebih berkelanjutan.
Burak Cakmak, CEO Komisi Mode Saudi, mengatakan, ihram bukanlah hal pertama yang terlintas di pikiran ketika masyarakat berpikir tentang mode. "Tetapi pada saat yang sama, itu adalah produk yang dijual dan digunakan dalam jumlah banyak, diulang setiap tahun, terutama selama haji," kata dia seperti dikutip dari laman Tribune The Express, Senin (17/3/2025).
Untuk mewujudkan inisiatif ini, sebanyak 336 titik pengumpulan ditempatkan di Mina, yang mana ribuan kilogram pakaian ihram bekas dikumpulkan. Kain-kain ini kemudian melalui proses daur ulang yang teliti, mencakup tahap penyortiran, pembersihan, pencacahan, dan penenunan ulang, hingga akhirnya menjadi ihram baru yang dapat dikenakan kembali oleh jamaah dengan makna yang lebih mendalam.
“Tidak ada cara yang lebih baik untuk melakukan ini selain dalam ziarah keagamaan Anda, di mana Anda ingin fokus pada spiritualitas dan memastikan bahwa produk yang Anda kenakan mencerminkan kemurnian baik jasmani maupun rohani,” kkataCakmak.
CEO Tadweem, Mustafa Bukhari, mengungkapkan bahwa meskipun produksi saat ini masih dilakukan di luar Arab Saudi, target jangka panjangnya adalah memindahkan proses manufaktur ke dalam negeri. Tadweem, sebagai perusahaan mode ramah lingkungan asal Saudi, berkomitmen pada keberlanjutan melalui berbagai inisiatif, termasuk daur ulang tekstil.
Dalam proyek ini, ihram bekas yang dikumpulkan terlebih dahulu diolah menjadi bahan baku di Dubai, kemudian dikirim ke Turki untuk proses produksi, sebelum akhirnya dikembalikan ke Arab Saudi. “Seluruh produk terbuat dari bahan daur ulang, termasuk kemasan dan tas yang digunakan, tanpa zat yang membahayakan lingkungan,” kata Bukhari.
Dalam konferensi Haji dan Umrah di Jeddah pada Januari lalu, Tadweem memamerkan bagaimana kain dari ihram daur ulang dapat diolah menjadi tas kulit berkualitas tinggi.
Ihram berkelanjutan ini kini dijual seharga 25,98 dolar As di Madinah, dengan rencana ekspansi ke Mekkah, bandara utama, dan wilayah lainnya di masa depan. Selain itu, produk ini juga akan tersedia di toko khusus ihram berkelanjutan serta dipamerkan di Islamic Arts Biennale di Jeddah, yang berlangsung hingga 25 Mei.