REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rupiah terpantau mengalami penguatan pada perdagangan Rabu (5/2/2025), usai rilis data pertumbuhkan ekonomi kuartal IV 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2024 sebesar 5,02 persen dan di sepanjang 2024 angka pertumbuhan ekonomi adalah 5,03 persen.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 58,50 poin atau 0,36 persen menuju level Rp 16.292,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (5/2/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.351 per dolar AS.
“Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 ini utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Angka ini mencerminkan laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan ekspektasi sebelumnya,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024, selain ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 2,6 persen, juga disumbang oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,43 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 0,48 persen.
“Seluruh lapangan usaha sepanjang tahun 2024 tercatat tumbuh positif pada tahun 2024. Untuk lapangan usaha yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi yakni industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, serta pertambangan,” terangnya.
Pendorong pertumbuhan lapangan usaha tersebut dipicu oleh naiknya mobilitas masyarakat, peningkatan jumlah perjalanan wisatawan nusantara, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, hingga naiknya kegiatan ekonomi lainnya. Ibrahim mewanti-wanti bahwa Indonesia memasuki 2025 dengan tantangan ekonomi yang kian berat. Pasalnya, ada tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi hingga akhir 2024.
“Tren ini bukan tanpa alasan. Perlambatan mulai terasa sejak kuartal III 2024, dengan pertumbuhan hanya mencapai 4,95 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang masih berada di atas 5 persen. Daya beli masyarakat menurun, kelas menengah semakin tergerus, sementara produktivitas sektoral terus mengalami penurunan,” jelasnya.
Ibrahim menyebut, faktor musiman, seperti periode mudik dan libur sekolah memang sempat menopang pertumbuhan ekonomi di awal 2024, namun begitu fase itu berakhir, banyak sektor justru melambat drastis. Tanpa faktor musiman, hanya enam dari 17 sektor ekonomi yang mengalami akselerasi di kuartal III 2024. “Situasi ini semakin memperjelas bahwa masalah ekonomi nasional lebih bersifat struktural,” ungkapnya.
Sentimen Luar Negeri
Ibrahim menambahkan mengenai sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan Mata Uang Garuda saat ini. Ia masih memfokuskan pada faktor kondisi perang dagang yang merupakan kebijakan proteksionisme Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Kekhawatiran tentang perang dagang global yang berlarut-larut sedikit mereda semalam menyusul kesepakatan menit-menit terakhir Trump dengan Kanada dan Meksiko. Baik Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum sepakat untuk meningkatkan upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas permintaan presiden AS untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba, yang mengarah pada penangguhan tarif 25 persen selama 30 hari,” ujar dia.
Adapun, Pasar China bereaksi terhadap ketegangan perdagangan AS. Tiongkok melanjutkan perdagangan setelah liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu, saat Trump mengenakan tarif 10persen atas impor Tiongkok. Tiongkok telah mengumumkan tarif balasan atas barang-barang AS, termasuk pungutan 15 persen atas batu bara dan gas alam cair, dan tarif 10 persen atas minyak mentah, peralatan pertanian, dan kendaraan tertentu.
Tarif itu akan mulai berlaku pada 10 Februari 2025. Meskipun ada harapan akan adanya diskusi tingkat tinggi untuk meredakan situasi, Presiden Trump telah menyatakan bahwa ia tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
“Sikap ini menunjukkan bahwa resolusi atas konflik perdagangan yang meningkat mungkin tidak akan segera terjadi, sehingga membuat pasar dan bisnis tidak yakin tentang masa depan hubungan ekonomi AS-Tiongkok. Meningkatnya ketegangan perdagangan telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi perang dagang skala penuh antara dua ekonomi terbesar di dunia,” terangnya.
Dengan menelaah sentimen-sentimen tersebut, baik dalam negeri atau internal maupun luar negeri atau eksternal, Ibrahim memprediksi rupiah akan melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (6/2/2025).
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.250—Rp 16.310 per dolar AS,” tutupnya.