REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Ekonomi Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 2025, masih berpotensi untuk tumbuh progresif dengan sejumlah catatan yang harus dilakukan. Menurut Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia Jabar Muslimin Anwar, untuk mengejar target laju pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam lima tahun mendatang, memang dibutuhkan ekstra upaya yang harus dilakukan seluruh stakeholder.
“Dari kami proyeksi untuk tahun depan 4,7 persen sampai dengan 5,5 persen dan itu perlu extra effort apabila kita ingin mencapai ke 5,5 persen-nya. Tidak bisa business as usual karena untuk tahun ini saja kita realistis kemarin 4,95 persen di triwulan 2 kemudian melandai ke 4,91 persen untuk Jabar,” ujar Muslimin Anwar dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, di Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa (10/12/2024).
Muslimin mengatakan, pihaknya akan mendukung upaya dari pemerintah Provinsi Jabar dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. “Tadi sudah ada proyeksi, sudah ada pattern-nya,” katanya.
Ia menjelaskan, setidaknya harus ada tiga hal yang dilakukan untuk mencapai itu semua. Pertama, adalah adanya komitmen dan pandangan yang sama dari Kepala Daerah di 27 kabupaten/kota yang nanti akan menjabat, termasuk Gubernur Jawa Barat terpilih. “Kemudian yang kedua adalah kuncinya adalah sinergi. Karena hal itu tidak bisa dilakukan sendiri, sinergi tidak hanya antara Pemprov dan Pemkot/Pemkab, Tapi juga Pentahelix-nya,” katanya.
Artinya, kata dia, upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya mengandalkan APBN yang dialokasikan untuk Jabar maupun APBD yang dimiliki oleh Jabar itu sendiri. Ketiga adalah melakukan upaya tersebut dengan cara yang luar biasa. Pasalnya, targetnya pun di luar siklus yang terjadi setiap tahunnya.
“Tentunya harus ditambah dengan partisipasi masyarakat dalam hal ini swasta Kita lihat tadi dari pusat kan 10 persen untuk investasi. Sedangkan investasi triwulan tiga saja sekitar 6 persen. Sehingga harus ada upaya lebih ke arah sana,” katanya.
Sementara menurut Kepala DPMPTSP Jabar Nining Yuliastiani, perkembangan dinamika global sangat berkaitan dan berpengaruh pada perekonomian dan investasi di Indonesia. Beberapa dinamika global yang akan menjadi tantangan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dan investasi sudah tampak.
Tensi geopolitik berisiko berdampak meluas pada gangguan rantai pasok, peningkatan harga komoditas, danpeningkatan Kembali inflasi global. Kedua, tekanan suku bunga tinggi berkepanjangan (higher for longer) berisiko menekan investasi dan perekonomian seiring dengan tingginya cost of borrowing.
Nining juga melihat pelemahan ekonomi dan permintaan global utamanya negara mitra dagang Indonesia, berisiko mempengaruhi penurunan aktivitas produksi Indonesia seiring penurunan ekspor dan impor Indonesia terhadap negara mitra dagang.
“Institusi Internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di range 4-5 persen. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, maka Provinsi Jabar harus menargetkan pertumbuhan ekonominya sebesar 7,5 persen. Diperlukan extraordinary effort untuk mencapai target tersebut,” katanya.
Nining menilai, berdasarkan hasil simulasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7,5 persen diperlukan extraordinary effort terutama pada 3 komponen utama PDRB yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor. “Dengan share sebesar 23,3 persen pada PDRB Jawa Barat, PMTB (pembentukan modal tetap bruto) merupakan sektor kedua dengan kontribusi terbesar dan diharapkan menjadi pengungkit dalam pencapaian target tersebut,” paparnya.
Nining mengatakan, berdasarkan proyeksi BKPM dibutuhkan total realisasi investasi PMA dan PMDN sebesar Rp13,530 Triliun selama periode Tahun 2024-2029. “Untuk mencapai target tersebut diperkirakan realisasi investasi Nasional dan Jawa Barat perlu didorong dengan rata-rata pertumbuhan 16,75 persen per tahun selama periode tersebut,” katanya.