REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikrama
Siang itu wajah A, siswa SMKN 4 Semarang yang menjadi korban penembakan Aipda Robig Zaenudin, tampak semringah. Tak begitu tampak guratan trauma pada raut mukanya setelah hampir saja dijemput maut. Pada dini hari tanggal 24 November 2024, sebuah timah panas menyerempet dadanya.
Bebatan luka masih merekat pada dadanya. Melihat bebatan tersebut seketika membangkitkan rasa ngilu. "Tapi sudah enggak apa-apa kok," ujar A sambil tersenyum.
Siang itu, Senin (9/12/2024), A akan menghadiri sidang etik Aipda Robig yang digelar di Bidpropam Polda Jawa Tengah (Jateng). A mengaku siap menyampaikan cerita apa adanya tentang penembakan yang menyebabkan adik kelasnya berinisial G tewas.
Namun sebelum berangkat ke Polda Jateng, A bersedia menceritakan kronologi brutal pada Ahad dini hari tanggal 24 November 2024 lalu. Dalam ceritanya, A mengungkap fakta baru.
Menurut A, dia dan teman-temannya tak berserempetan sepeda motor dengan Aipda Robig. Dia menyebut, Aipda Robig langsung menodongkan senjata dan kemudian melakukan penembakan.
A mengatakan, pada malam tanggal 23 November 2024, dia bersama G dan S, dua siswa SMKN 4 Semarang lainnya yang juga menjadi korban penembakan Aipda Robig, bertemu di sebuah kedai kopi, sekitar pukul 21:00 atau 22:00 WIB. A menyebut, lokasi kedai tersebut tak jauh dari lokasi penembakan. Aipda Robig melakukan penembakan di depan sebuah minimarket di Jalan Candi Penataran, Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang.
Saksi A mengatakan, saat dalam perjalanan pulang, dia bersama S dan G, serta empat orang lainnya tiba-tiba ditodong senjata oleh Aipda Robig. "Ya kaget itu, langsung nodong. Kalau cuma turun di tengah masih mikir 'Ah mungkin apa'. (Kalau ini) langsung nodong," ungkap A saat diwawancara di Kota Semarang, Senin (9/12/2024).
Selain membantah adanya aksi tawuran, A juga menyangkal keterangan tentang adanya insiden serempetan motor dengan Aipda Robig. "Enggak ada serempetan. Kalau misal serempetan, saya juga jatuh harusnya," ucapnya.
Selain S dan G, A mengaku tak mengenal empat orang yang malam itu mengendari motor secara iring-iringan dengannya. A mengatakan, keempat orang tersebut merupakan teman dari S dan G.
A menjelaskan, saat peristiwa penembakan, G berada di motor pertama bersama dua temannya. Dua orang lainnya berada di motor kedua. Sementara A dan S di motor ketiga. Sepengetahuan A, sebelum melakukan penembakan, Aipda Robig tak meneriakkan apa pun.
"Enggak ada (teriakan). Langsung der.. der..," kata A.
Berdasarkan rekaman CCTV dari minimarket di lokasi kejadian, peristiwa penembakan terjadi pukul 00:19 WIB, Ahad, 24 November 2024. A mengungkapkan, peluru yang ditembakkan Aipda Robig ke arahnya menyerempet dadanya, kemudian mengenai tangan S. "Habis ketembak langsung lemas. Posisi boncengan sama Satria. Waktu itu Satria sadar (tertembak), cuma enggak tahu kalau pelurunya masuk, dikira cuma efek samping," ucapnya.
Siswa A mengatakan, setelah peristiwa penembakan, dia berpisah dengan dua motor lainnya. A mengantar S ke rumah temannya. Setelah itu temannya mengantar S ke Rumah Sakit (RS) Tugu di Ngaliyan. Sementara A memilih pulang.
"Sampai rumah, saya bersihin (luka terserempet peluru), habis itu tidur," ucapnya seraya menambahkan bahwa belakangan lukanya harus dijahit.
A mengaku, setelah penembakan, dia tak mengontak G. Dia mengatakan tak menyimpan nomor ponsel G karena G merupakan adik kelasnya. "Saya ada nomor Satria doang. Gamma nomornya tidak saya save," ujarnya.
Menurut A, kabar G tidak diketahui hingga Ahad sore. "Tiba-tiba mau Maghrib dikabari Fajar, temannya Gamma, bilang kalau Gamma meninggal," katanya.