Kesehatan Usus Menjadi Kunci Mencegah Kanker Darah

12 hours ago 6
UnsplashUnsplash

Sebuah studi baru oleh para ilmuwan di Rumah Sakit Anak Cincinnati dan para peneliti dari seluruh dunia telah mengungkap hubungan yang tidak terduga antara kesehatan usus dan kanker darah.

Penemuan ini dapat mengubah cara kita memahami penuaan, peradangan, dan perkembangan awal leukemia.

Seiring bertambahnya usia—atau jika kesehatan usus mereka melemah karena penyakit—penghalang yang biasanya menahan bakteri di dalam usus menjadi kurang efektif.

Hal ini memungkinkan zat-zat berbahaya tertentu yang dibuat oleh bakteri usus bocor ke dalam aliran darah.

Salah satu zat ini, molekul mirip gula yang disebut ADP-heptose, tampaknya memainkan peran yang kuat dalam mendorong sel-sel darah prakanker untuk tumbuh lebih cepat, yang dapat menyebabkan leukemia.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Nature, adalah yang pertama menjelaskan dengan jelas bagaimana proses ini terjadi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jalur yang sama ini mungkin terlibat dalam penyakit terkait usia lainnya, terutama bagi orang tua yang memiliki kondisi yang kurang dikenal yang disebut CHIP, atau hematopoiesis klonal dengan potensi tak tentu.

CHIP adalah kondisi di mana sel darah perlahan-lahan mengalami perubahan genetik yang tidak menimbulkan gejala pada awalnya.

Perubahan ini dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker darah, masalah jantung, atau gangguan inflamasi.

Diperkirakan 10–20% orang berusia di atas 70 tahun menderita CHIP, tetapi sebagian besar tidak mengetahuinya karena tidak ada tanda-tanda luar atau tes rutin untuk mendeteksinya.

Dr. Daniel Starczynowski, peneliti utama, mengatakan penelitian ini bisa menjadi langkah besar menuju pencegahan dini.

"Kita mungkin bisa melakukan tindakan sebelum sel pra-leukemia menjadi berbahaya," katanya. "Ini sangat penting bagi orang dewasa yang lebih tua."

Jadi, bagaimana semua ini bekerja?

Seiring bertambahnya usia, lapisan usus mereka menjadi lebih "bocor", yang berarti bakteri atau produk sampingannya lebih mudah memasuki aliran darah.

Pada orang dewasa yang lebih tua, bakteri tertentu yang menghasilkan ADP-heptosa menjadi lebih umum.

Molekul ini ditemukan dalam darah orang yang lebih tua dan pada orang yang lebih muda dengan masalah usus.

Begitu berada di aliran darah, ADP-heptosa dapat bertindak seperti bahan bakar bagi sel-sel pra-leukemia, membantu sel-sel tersebut tumbuh.

Para peneliti menemukan bahwa gula ini mengaktifkan struktur kecil dalam sel darah yang disebut TIFAsom.

TIFAsom ini bertindak seperti pembawa pesan yang memberi tahu sel-sel pra-leukemia untuk berkembang biak.

Untuk mendeteksi proses ini, tim tersebut bahkan membuat tes darah baru, yang disebut Uji TIFAsom, yang dapat mengukur aktivitas ADP-heptosa dalam tubuh.

Untuk lebih memahami dampaknya, para ilmuwan menjalankan eksperimen pada tikus dengan kondisi seperti CHIP.

Ketika tikus-tikus ini terpapar ADP-heptosa, sel-sel pra-leukemia mereka tumbuh dengan cepat, yang mengonfirmasi bahwa produk sampingan bakteri ini dapat memperburuk risiko kanker darah.

Namun, mungkin ada cara untuk menghentikannya. Efek berbahaya dari ADP-heptosa tampaknya bergantung pada reseptor dalam sel-sel darah yang disebut ALPK1.

Jika reseptor ini dapat diblokir, penyakit tersebut dapat dicegah untuk berkembang.

Saat ini, tidak ada obat yang menargetkan ALPK1, tetapi tim menemukan kemungkinan petunjuk.

Mereka menguji senyawa penghambat enzim yang mengurangi pertumbuhan sel pra-leukemia, bahkan saat ADP-heptosa hadir.

Ini adalah temuan awal, dan diperlukan lebih banyak penelitian sebelum pengobatan baru dapat dikembangkan untuk manusia.

Namun, penelitian ini telah menimbulkan pertanyaan penting: dapatkah meningkatkan kesehatan usus melindungi kita dari leukemia dan penyakit lain seiring bertambahnya usia?

Banyak ilmuwan telah meyakini bahwa usus memainkan peran utama dalam kesehatan secara keseluruhan.

Campuran bakteri dalam usus—dikenal sebagai mikrobiota usus—dapat dipengaruhi oleh pola makan, probiotik, dan gaya hidup.

Meskipun belum ada cara yang terbukti untuk menghentikan CHIP melalui pola makan atau suplemen, penelitian ini menunjukkan bahwa menjaga kesehatan usus mungkin lebih penting dari sebelumnya.

Tim peneliti berharap untuk mengembangkan obat yang menghambat ALPK1, dan mereka juga ingin mengeksplorasi bagaimana bakteri usus dapat memengaruhi kondisi lain seperti penyakit jantung, radang sendi, dan osteoporosis.

Singkatnya, penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di usus Anda tidak akan berhenti di sana.

Perubahan bakteri di usus dapat secara langsung memengaruhi darah dan dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit lainnya seiring bertambahnya usia.

Sambil menunggu pengobatan baru dikembangkan, penemuan ini menjadi pengingat bahwa menjaga kesehatan usus dapat menjadi cara ampuh untuk mendukung kesehatan jangka panjang.

Hasil penelitian dapat ditemukan di Nature.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |