
ShippingCargo.co.id, Jakarta — Armada global kapal angkut curah kering (dry bulk) kini tumbuh hanya setengah dari laju pertumbuhannya pada dekade 2010-an, meskipun proyeksi menunjukkan pengiriman kapal baru akan mencapai titik tertinggi dalam enam tahun pada 2026. Hal ini terungkap dalam analisis terbaru yang dirilis oleh BIMCO.
“Kami memproyeksikan bahwa pengiriman kapal angkut curah akan meningkat secara bertahap tahun ini dan pada 2026, mencapai 41,2 juta Deadweight Tonnes (DWT),” ujar Filipe Gouveia, Manajer Analisis Pengapalan BIMCO. “Kontrak pembangunan kapal baru (newbuilding) cukup kuat pada 2023 dan 2024, dan banyak kapal yang dipesan dalam periode tersebut diperkirakan akan dikirimkan dalam dua tahun ini.”
Dalam laporan tersebut, BIMCO mencatat bahwa dari total 59,3 juta DWT yang diperkirakan akan dikirim hingga akhir 2026, segmen panamax akan mendominasi dengan kontribusi 33,9%, diikuti oleh supramax sebesar 28,3%. Kedua segmen ini mengalami lonjakan pesanan selama 2023–2024, didorong oleh tarif angkutan yang relatif lebih kuat, per Republika.
Sementara itu, meski pemesanan kapal capesize meningkat sepanjang 2024 seiring naiknya tarif angkut, segmen ini hanya akan menyumbang 23,9% dari total pengiriman mendatang. Hal ini karena waktu pembangunan kapal capesize yang lebih lama, membuat sebagian besar pesanan tahun 2024 baru akan dikirim setelah 2026.
Komposisi armada dry bulk juga perlahan mulai bergeser menuju keberlanjutan lingkungan. BIMCO mencatat bahwa 9,1% dari kapal yang akan dikirim memiliki kemampuan menggunakan bahan bakar alternatif, dan tambahan 10,7% dirancang agar dapat dipasangi sistem bahan bakar alternatif di kemudian hari. Dari kapal dengan kemampuan bahan bakar alternatif tersebut, LNG dan metanol menjadi pilihan utama, masing-masing mewakili 37,1% dan 34,9% dari kapasitas.
Gouveia menjelaskan alasan melambatnya pertumbuhan dibanding dekade sebelumnya: “Meskipun pengiriman meningkat, armada angkut curah hanya tumbuh setengah dari kecepatan pada 2010-an. Saat itu, permintaan kuat dari Tiongkok mendorong pertumbuhan permintaan tonne mile dry bulk dan pembangunan kapal baru. Namun pertumbuhan permintaan telah melambat, dan dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan jarak pelayaran hanya mampu mengimbangi sebagian pelemahan volume kargo.”
Faktor geopolitik juga memengaruhi pasar secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sanksi terhadap batu bara Rusia serta pengalihan jalur pelayaran menjauh dari Laut Merah dan melewati Tanjung Harapan telah memperpanjang jarak pelayaran, sehingga permintaan terhadap jasa pelayaran curah kering melebihi proyeksi awal. Lonjakan tak terduga ini membuat kapal-kapal tua tetap beroperasi alih-alih dipensiunkan.
Ke depan, kondisi pasar angkutan diperkirakan akan tetap menantang. Menurut BIMCO, tarif angkutan tahun ini cenderung rendah akibat lemahnya permintaan, dan tren tersebut kemungkinan akan berlanjut hingga 2026. Kontrak berjangka pengiriman barang (Forward Freight Agreements) menunjukkan ekspektasi pasar akan lemahnya tarif untuk segmen panamax dan supramax, sementara kapal capesize diprediksi akan sedikit lebih baik.
“Lonjakan pengiriman kapal di segmen panamax dan supramax kemungkinan akan memperburuk kondisi pasar. Hal ini bisa mendorong peningkatan bertahap dalam aktivitas daur ulang kapal tua dan kurang kompetitif di dua segmen tersebut,” pungkas Gouveia.