REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Analisa terbaru mengungkapkan polusi mikroplastik dapat mengurangi pasokan pangan di seluruh dunia. Sebab, partikel kecil berbahaya itu merusak kemampuan tanaman melakukan fotosintesis.
Analisa yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini menggabungkan lebih dari 3.000 pengamatan tentang dampak mikroplastik pada tanaman, yang diambil dari 157 penelitian.
Analisa itu memperkirakan mikroplastik dapat menghilangkan sekitar 4 sampai 14 persen makanan pokok seperti beras, gandum, dan maize di seluruh dunia. Para ilmuwan mengatakan dampaknya lebih besar lagi ketika mikroplastik menyebar ke lingkungan.
Sekitar 700 juta orang terdampak kelaparan pada 2022. Para peneliti memperkirakan dalam dua dekade ke depan polusi mikroplastik dapat meningkatkan risiko kelaparan pada 400 juta orang lainnya. Para ilmuwan menyebutnya sebagai “skenario yang mengkhawatirkan” bagi ketahanan pangan global.
“Manusia sudah berusaha keras untuk meningkatkan produksi pangan untuk memberi makan populasi yang terus bertambah (tetapi) kini upaya yang sedang berlangsung itu terancam oleh polusi plastik,” kata analisa yang dipimpin Profesor Universitas Nanjing Huan Zhong seperti dikutip dari the Guardian, Rabu (12/3/2025).
Analisa ini mengungkapkan skala hilangnya panen yang disebabkan polusi mikroplastik sama dengan yang diakibatkan krisis iklim. Dunia sedang menghadapi tantangan untuk memproduksi pangan yang cukup dengan cara berkelanjutan, dengan populasi global diperkirakan akan naik hingga 10 miliar orang pada tahun 2058.
"Temuan ini menggarisbawahi urgensi (mengurangi polusi) untuk melindungi pasokan makanan global dalam menghadapi krisis plastik yang terus meningkat," kata analisa tersebut.
Mikroplastik terurai dari sampah yang dibuang ke lingkungan dalam jumlah besar. Polusi ini menghambat tanaman untuk tumbuh dengan berbagai cara mulai dari menghalangi sinar matahari, merusak tanah sampai membawa bahan kimia beracun. Mikroplastik juga dapat masuk ke berbagai lapisan bumi mulai dari puncak Gunung Everest sampai laut terdalam.
Tubuh manusia sudah banyak terkontaminasi mikroplastik, yang dikonsumsi melalui makanan dan air. Mikroplastik telah ditemukan dalam darah, otak, air susu ibu, plasenta, dan sumsum tulang. Dampaknya terhadap kesehatan manusia sebagian besar belum diketahui, tetapi dikaitkan dengan stroke dan serangan jantung.
Ilmuwan lain menilai analisa ini tepat guna dan dilakukan di waktu yang tepat. Tetapi memperingatkan upaya mengukur dampak polusi mikroplastik pada produksi pangan masih perlu dikonfirmasi dan disempurnakan melalui pengumpulan data dan penelitian lebih lanjut.
"Analisis ini sangat berharga dan tepat waktu dalam mengingatkan kita akan potensi bahaya polusi mikroplastik dan urgensi untuk mengatasi masalah ini, [tetapi] beberapa angka utama yang muncul memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum dapat diterima sebagai prediksi yang kuat," kata Profesor dari University of South Wales Denis Murphy.
Penelitian sebelumnya mengindikasikan mikroplastik dapat merusak tanaman dengan berbagai cara. Partikel kecil itu dapat menghalangi tanaman mendapatkan sinar matahari dengan menutup daun dan merusak tanah.
Ketika diserap tanaman, mikroplastik dapat menghalangi nutrisi dan air yang sangat dibutuhkan tanaman. Mikroplastik juga dapat menginjeksi molekul tidak stabil yang merusak sel dan melepaskan bahan kimia berbahaya yang dapat mengurangi tingkat pigmen fotosintesis klorofil.
Para peneliti memperkirakan mikroplastik dapat mengurangi fotosintesis tanaman darat hingga 12 persen dan 7 persen pada ganggang laut. Mereka kemudian mengekstrapolasi data ini untuk menghitung penurunan pertumbuhan gandum, beras, dan jagung, serta produksi ikan dan makanan laut.
Asia diperkirakan menjadi kawasan yang paling terdampak dari hilangnya panen tanaman pangan pokok akibat polusi mikroplastik. Kawasan itu sudah kehilangan 54 sampai 177 juta ton panen pangan pokok tahun lalu, sekitar setengah dari total hilangnya panen makanan pokok global.