SAL SABILLAH ALAINI
Info Sehat | 2025-06-04 12:37:16
ASI EKSLUSIF: KUNCI KESEHATAN BAYI YANG MASIH SERING
TERABAIKAN
Di tengah gempuran iklan susu formula dan padatnya aktivitas orang tua zaman sekarang,
masih banyak yang mengabaikan satu hal sederhana namun sangat penting: pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Padahal, ASI (Air Susu Ibu) bukan hanya sekadar makanan, melainkan imun alami pertama
yang diberikan ibu kepada bayinya. Di dalamnya terkandung antibodi, enzim, hormon,
hingga zat gizi lengkap yang semuanya dirancang alam untuk tumbuh kembang bayi. Tak ada
satu pun susu buatan yang bisa menyamai keajaiban kandungan ASI.
Apa Itu ASI Eksklusif?
ASI eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, madu, jus, atau makanan pendamping lainnya sejak lahir hingga usia
enam bulan. Selama periode ini, ASI sudah mampu mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi,
baik dari sisi energi, cairan, maupun zat antibodi yang membantu tubuh bayi melawan
infeksi.
Setelah enam bulan, bayi dapat mulai dikenalkan pada makanan pendamping ASI (MP-ASI)
yang bergizi, namun ASI tetap diberikan hingga usia dua tahun atau lebih.
Mengapa ASI Eksklusif Sangat Penting?
Manfaat ASI eksklusif bukan sekadar untuk menambah berat badan bayi. ASI mengandung
zat kekebalan tubuh alami yang membantu bayi melawan infeksi saluran pernapasan, diare,
alergi, bahkan risiko penyakit kronis di kemudian hari seperti diabetes dan obesitas. Selain
itu, ASI juga membantu perkembangan otak bayi secara optimal.
Bagi ibu, menyusui membantu mempercepat pemulihan pasca persalinan, menurunkan risiko
perdarahan, dan membantu mengecilkan rahim. Menyusui juga menurunkan risiko kanker
payudara dan ovarium.
Tantangan di Lapangan
Sayangnya, meski manfaat ASI sudah banyak diketahui, praktik pemberian ASI eksklusif
masih sering diabaikan atau terganggu oleh berbagai faktor. Banyak ibu yang merasa
khawatir ASI-nya tidak cukup, lalu buru-buru memberikan susu formula. Padahal, sebagian
besar ibu mampu memproduksi ASI dalam jumlah cukup asalkan diberi kesempatan dan
dukungan yang tepat.
Tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar juga bisa menjadi hambatan. Masih banyak
mitos yang berkembang, seperti anggapan bahwa bayi baru lahir perlu diberi air putih atau
madu, atau bahwa ASI “tidak mengenyangkan”. Padahal justru dengan menyusui secara
terus-menerus, produksi ASI akan semakin lancar dan bayi akan merasa kenyang sesuai
kebutuhannya.Bagi ibu yang bekerja, kurangnya fasilitas menyusui di tempat kerja menjadi tantangan
tersendiri. Tidak semua perusahaan menyediakan ruang laktasi atau waktu yang cukup untuk
memerah ASI. Akibatnya, banyak ibu yang berhenti menyusui lebih cepat dari yang
dianjurkan.
Peran Keluarga dan Lingkungan
Keberhasilan ASI eksklusif tidak hanya bergantung pada niat dan kemampuan ibu saja.
Dukungan dari suami, keluarga, dan lingkungan sangat menentukan. Suami yang
mendampingi dan memberi semangat akan membuat ibu merasa dihargai dan termotivasi
untuk terus menyusui. Keluarga yang membantu pekerjaan rumah tangga juga memberi ruang
bagi ibu untuk fokus menyusui bayinya.
Tak kalah penting adalah dukungan dari tempat kerja dan fasilitas umum. Perusahaan
seharusnya menyediakan ruang laktasi dan jam istirahat untuk memerah ASI. Di tempat
umum seperti mall, terminal, atau kantor layanan publik, keberadaan pojok ASI atau ruang
menyusui bisa membuat ibu lebih nyaman.
Peran Bidan dan Tenaga Kesehatan
Bidan, sebagai tenaga kesehatan terdekat dengan masyarakat, memegang peran kunci dalam
mengedukasi dan mendampingi ibu menyusui. Mulai dari masa kehamilan, persalinan,
hingga masa nifas, bidan dapat memberikan informasi tentang cara menyusui yang benar,
menangani masalah seperti puting lecet atau ASI seret, serta mendukung ibu agar tidak
mudah menyerah.
Program pemerintah seperti kelas ibu hamil, posyandu, dan penyuluhan di puskesmas perlu
lebih digiatkan agar ibu memiliki pemahaman menyeluruh tentang pentingnya ASI eksklusif.
Saatnya Bergerak Bersama
Pemberian ASI eksklusif adalah investasi jangka panjang untuk masa depan anak.
Masyarakat harus mengubah cara pandang bahwa menyusui bukan hanya urusan pribadi ibu,
melainkan tanggung jawab bersama. Pemerintah, dunia usaha, media, dan komunitas dapat
bahu membahu menciptakan lingkungan yang ramah ASI.
Kita semua bisa berkontribusi: memberikan edukasi, menyebarkan informasi yang benar,
mendukung ibu menyusui di sekitar kita, dan menghentikan penyebaran mitos yang salah.
Dengan langkah kecil ini, kita bisa menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat,
cerdas, dan kuat.
References
Ikatan Bidan Indonesia (IBI). (2021). Pedoman Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Pengurus
Pusat IBI. [https://www.ibi.or.id]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
[https://www.kemkes.go.id]Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2021). Panduan Praktis Menyusui dan MP-ASI.
[https://www.idai.or.id{
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.