Bayraktar TB2 Kini Dilengkapi Rudal Pembunuh Drone

7 hours ago 3
 TelegramDrone Bayraktar TB2. Sumber: Telegram

ANKARA -- Industri pertahanan Turki mencapai tonggak sejarah baru saat Baykar pada 28 Juni 2025, mengumumkan keberhasilan uji coba rudal jelajah mini Kemankes 1, yang diadaptasi untuk menyerang target udara dengan presisi yang digerakkan oleh kecerdasan buatan. Diluncurkan dari kendaraan udara tempur tak berawak (UCAV) Bayraktar Akinci, rudal tersebut menunjukkan kemampuannya untuk mengidentifikasi, melacak, dan menghancurkan target udara yang bergerak secara otonom dalam uji coba yang menantang.

Terobosan itu melengkapi Bayraktar TB2 yang banyak digunakan, bersama dengan penerusnya TB3 dan Akinci, dengan kemampuan baru untuk melawan pesawat nirawak musuh, yang menandai evolusi signifikan dalam peperangan tanpa awak. Pengembangan itu terjadi pada saat pesawat nirawak membentuk kembali medan perang modern, dari Ukraina hingga Timur Tengah, menjadikan kemajuan Turki sebagai pengubah permainan yang potensial dalam taktik pertahanan udara dan pasar senjata global.

Pencapaian tersebut menandakan perubahan dalam cara pesawat nirawak yang terjangkau seperti TB2, yang telah terbukti menjadi aset dalam konflik di seluruh dunia, dapat mengambil peran baru dalam melawan ancaman sistem tanpa awak yang semakin meningkat. Dengan semakin banyaknya negara yang menggunakan pesawat nirawak untuk pengintaian dan serangan, kemampuan untuk menetralisasinya di tengah penerbangan dapat mendefinisikan ulang operasi taktis.

Bulgarian Military melaporkan pada Selasa (1/7/2025), integrasi Kemankes 1 ke dalam jajaran drone Baykar tidak hanya meningkatkan kemampuan militer Turki, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri pertahanan global. Saat ini, permintaan terkait sistem yang hemat biaya dan serbaguna sedang melonjak.

Kemankes 1 yang dikembangkan oleh Baykar, adalah rudal jelajah mini bertenaga jet yang dirancang untuk presisi dan keserbagunaan. Dengan jangkauan melebihi 200 kilometer (km), rudal ini dapat terbang sekitar satu jam. Hal itu memungkinkannya untuk menyerang target pada jarak yang jauh.

Desainnya yang ringan, dengan berat sekitar 30 kilogram, membuatnya ideal untuk diintegrasikan dengan drone seperti Bayraktar TB2, TB3, dan Akinci, yang dapat menyebarkannya melalui rel peluncuran standar pada ketinggian hingga 20 ribu kaki. Fitur yang menentukan rudal itu adalah sistem panduan optik bertenaga AI, yang menggunakan penglihatan mesin untuk mendeteksi dan melacak target udara secara otonom, seperti drone musuh, dengan akurasi tinggi.

Teknologi yang ada memungkinkan Kemankes 1 beroperasi secara efektif dalam kondisi siang atau malam dan tahan terhadap gangguan elektronik, keunggulan penting dalam lingkungan yang diperebutkan. Rudal tersebut dilengkapi penanggulangan elektronik untuk mengurangi tanda radar dan inframerahnya, sehingga meningkatkan kemampuan bertahannya terhadap pertahanan udara modern.

Tidak seperti rudal jelajah yang lebih berat, seperti Tomahawk AS, yang beratnya lebih dari 1.000 kilogram, Kemankes 1 mengutamakan portabilitas dan efisiensi biaya, dengan biaya produksi diperkirakan di bawah 50 ribu dolar AS per unit. Keterjangkauan tersebut sejalan dengan strategi Baykar untuk menyediakan sistem berdampak tinggi dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem serupa buatan Barat. Sehingga membuatnya menarik bagi negara-negara dengan anggaran pertahanan terbatas.

Kemampuan rudal untuk menukik ke target yang melayang atau bergerak lambat, seperti yang ditunjukkan dalam uji coba pada Juni 2025, menggarisbawahi potensinya untuk melawan pesawat nirawak berbiaya rendah, yang telah menyebar luas dalam konflik di seluruh dunia. Integrasi dengan drone Baykar berjalan mulus, berkat sistem rel peluncuran yang terstandarisasi. TB2, dengan kapasitas muatan 150 kilogram, dapat membawa beberapa rudal Kemankes 1, yang memungkinkannya untuk menyerang target darat dan udara dalam satu misi.

TB3 dengan muatan lebih tinggi yaitu 280 kilogram, dan Akinci yang mampu membawa lebih dari 1.350 kilogram, menawarkan fleksibilitas yang lebih besar. Kondisi itu berpotensi memungkinkan taktik penyerangan massal di mana beberapa rudal menargetkan aset musuh secara bersamaan.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |