Begini Penjelasan Rereongan Sapoe Sarebu Dedi Mulyadi yang Anjurkan Warga Donasi Rp1.000

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program "Rereongan Sapoe Sarebu" diluncurkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai salah satu gebrakan awalnya di periode jabatannya.

Inisiatif ini berawal dari keprihatinan Dedi atas banyaknya laporan warga yang mengalami kesulitan ekonomi, terutama dalam hal pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Mantan Bupati Purwakarta ini mengajak seluruh masyarakat Jawa Barat untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi permasalahan sosial ini secara mandiri.

Secara harfiah, "Rereongan Sapoe Sarebu" dalam bahasa Sunda berarti "menyumbang seribu rupiah per hari". Tujuan utama program ini adalah menggalang dana donasi secara sukarela dari masyarakat, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN), pelajar, dan warga umum, untuk membantu sesama yang membutuhkan.

Program ini dirancang untuk menciptakan budaya gotong royong dan solidaritas sosial, di mana setiap individu, meskipun dengan nominal kecil, dapat memberikan kontribusi yang signifikan secara kolektif.

Program ini dijalankan dengan mekanisme yang sederhana, yaitu dengan mengajak setiap warga untuk menyisihkan uang sebesar Rp1.000 setiap hari. Gubernur Dedi Mulyadi mengimbau agar donasi ini dikumpulkan di setiap unit kerja, sekolah, atau komunitas secara teratur.

Proses pengumpulannya dilakukan secara transparan, dengan penanggung jawab di setiap unit untuk mendokumentasikan dan menyalurkan donasi tersebut ke wadah resmi yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Dana yang terkumpul dari program ini difokuskan untuk membantu warga Jawa Barat yang berada dalam kesulitan, khususnya dalam dua sektor utama: pendidikan dan kesehatan.

Dalam bidang pendidikan, dana ini digunakan untuk membantu pelajar kurang mampu agar bisa terus bersekolah, seperti membayar biaya sekolah, membeli seragam, atau buku.

Sementara itu, dalam bidang kesehatan, donasi ini akan membantu warga yang sakit dan tidak memiliki perlindungan BPJS Kesehatan untuk membiayai pengobatan mereka.

Program ini berlandaskan pada nilai-nilai kearifan lokal Sunda, yaitu silih asah, silih asih, dan silih asuh. Silih asah berarti saling mengasah atau mengingatkan untuk berbuat kebaikan, silih asih berarti saling mengasihi, dan silih asuh berarti saling mengasuh atau membantu.

Dedi Mulyadi percaya bahwa dengan mengaktifkan kembali nilai-nilai ini, masyarakat Jawa Barat dapat membangun solidaritas sosial yang kuat dari akar rumput.

Dalam surat edaran yang diterbitkan, Gubernur Dedi Mulyadi secara spesifik mengajak ASN dan pelajar untuk menjadi motor penggerak program ini. Dengan partisipasi ASN dan pelajar yang jumlahnya besar, diharapkan donasi yang terkumpul dapat mencapai angka yang signifikan dan membantu lebih banyak masyarakat.

Partisipasi mereka juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial sejak dini, baik di kalangan birokrat maupun generasi muda.

Meskipun bertujuan mulia, program ini juga menuai kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Beberapa pihak menilai bahwa penggalangan donasi dari masyarakat, termasuk ASN dan pelajar, seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Kritik ini mempertanyakan efektivitas dan transparansi program, serta potensi adanya unsur paksaan, meskipun program ini secara resmi bersifat sukarela.

Menanggapi kritik tersebut, Gubernur Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa program ini bukan sebagai pengganti tanggung jawab pemerintah. Ia menegaskan bahwa program ini adalah inisiatif sosial berbasis gotong royong, yang bertujuan untuk melengkapi dan mempercepat penanganan masalah-masalah sosial yang tidak bisa dijangkau sepenuhnya oleh APBD.

Ia juga menekankan bahwa program ini berasal dari keluhan langsung masyarakat, sehingga perlu adanya respons cepat yang melibatkan partisipasi publik.

Meskipun baru berjalan, program ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilar utama dalam membangun kesejahteraan sosial di Jawa Barat. Dengan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, program ini diharapkan bisa mengatasi berbagai masalah sosial secara mandiri.

Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari besarnya dana yang terkumpul, tetapi juga dari tumbuhnya kesadaran kolektif untuk saling membantu di antara masyarakat.

Program "Rereongan Sapoe Sarebu" ini disebut-sebut mengadopsi semangat kebijakan yang pernah diterapkan Dedi Mulyadi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Semangat gotong royong dan kedekatan dengan masyarakat yang ia tunjukkan di Purwakarta kini diimplementasikan dalam skala yang lebih luas di Jawa Barat.

Program ini menjadi cerminan dari gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang selalu mengutamakan pendekatan sosial dan kemanusiaan dalam setiap kebijakan yang ia ambil.

sumber : Antara

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |