Oleh: Nabil Syuja Faozan*)
Pendidikan merupakan pilar utama negara dalam menciptakan generasi yang unggul, kompeten, dan mumpuni di masa depan. Pendidikan juga dinilai sebagai wajah suatu bangsa dan gambaran masa depannya. Karena itulah, para pendiri bangsa telah merumuskan, tujuan Indonesia merdeka adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Namun, berdasarkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, Indonesia berada di urutan ke-69 dari 80 negara atau peringkat ke-12 dari bawah. Skor ini di bawah rata-rata untuk keterampilan membaca, matematika, dan sains dibandingkan dengan negara-negara OECD lainnya, serta cenderung stagnan sejak tahun 2001.
Pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang berperan dalam lemahnya tingkat persaingan Indonesia. Berdasarkan hasil survei IMD World Competitiveness Ranking tahun 2022, ada penurunan peringkat RI dari posisi ketujuh ke posisi 44 dari 63 negara yang disurvei dalam hal daya saing tiap negara.
Mutu pendidikan yang rendah berdampak pada rendahnya sumber daya, produktivitas serta daya saing dengan negara lain. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ekosistem pendidikan terbesar di dunia, dengan jumlah siswa yang mencapai 50 juta siswa, tiga juta guru, serta 300 ribu sekolah yang tersebar di seluruh Tanah Air.
KAIH dan peningkatan pendidikan
James Clear (2019) dalam buku Atomic Habits menjelaskan “kesuksesan adalah hasil dari kebiasaan sehari-hari, bukan transformasi yang terjadi sekali seumur hidup. Kemajuan kecil yang konsisten melalui kebiasaan baik lebih penting daripada perubahan besar yang jarang terjadi”. Kutipan tersebut menggambarkan bahwa kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya akan memberikan dampak di kemudian hari atau masa depan.
Sebagai ikhtiar untuk mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI meluncurkan program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH). Menurut Mendikdasmen Abdul Mu’ti, program 7 KAIH merupakan pembiasaan sederhana, namun berdampak besar.
Program tersebut tidak hanya terkait dengan pembelajaran formal di sekolah, melainkan juga berupaya membentuk ekosistem pendidikan karakter yang disebut catur pusat pendidikan. Ini terdiri atas satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, dan media (SM, 1/5/2025).
Penanaman pendidikan karakter tidak harus melalui berbagai macam teori, tetapi membangun karakter dengan membangun pembiasaan yang dengan pembiasaan itu akan terbangun kebiasaan dari kebiasaan terbentuk kepribadian dari kepribadian terbentuk peradaban.
Dampak bagi kesehatan
Adapun 7 KAIH tersebut berdampak bagi kesehatan generasi Indonesia. Pertama, bangun pagi. Kebiasaan yang dilakukan setiap pagi hari dapat meningkatkan kedisiplinan untuk mematuhi waktu dengan rasa tanggung jawab dan berkelanjutan tanpa bergantung orang tua.
Studi yang diterbitkan di JAMA Psychiatry menemukan bahwa mengubah jadwal tidur, yaitu tidur satu jam lebih awal dan bangun satu jam lebih awal, dapat menurunkan risiko depresi sebesar 23 persen (Tempo, 5/6/2021). Hal tersebut menunjukan, bangun lebih awal di pagi hari akan memberikan dampak positif pagi kesehatan.
Kedua, beribadah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan, serta membangun hubungan yang penuh syukur, cinta, dan penghormatan. Beribadah dapat memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental melalui gerakan ibadah, seperti salat, yang meningkatkan sirkulasi darah, fleksibilitas, dan kekuatan otot (foodtechlab.uad.ac.id, 3/11/2023).
Manfaat lainnya termasuk mengurangi stres, kecemasan, dan risiko penyakit kardiovaskular, serta meningkatkan kualitas pernapasan dan fungsi otak. Selain itu, ibadah melalui doa juga memberikan efek menenangkan, memberikan rasa harapan, dan membantu pengelolaan emosi.
Ketiga, berolahraga, yang dapat membantu menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan kebugaran, dan mencegah berbagai penyakit. Anak-anak harus dibiasakan berolahraga. Sebab berdasarkan laporan Sport Development Index (SDI) tahun 2021, hanya 35,7 persen penduduk Indonesia yang aktif berolahraga. Angka ini masih jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu 60 persen.
Olahraga berpusat pada konsep keseimbangan, membantu menjaga kesehatan fisik dan mendukung kesehatan mental. Aktivitas fisik dapat mengurangi stres, kecemasan, dan meningkatkan kualitas pikiran, menciptakan harmoni antara tubuh dan pikiran. Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang penting untuk kesehatan.
Keempat, makan sehat dan bergizi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, Indonesia mengalami penurunan angka stunting yang semula 21,5 persen menjadi 19,8 persen. Hal tersebut menunjukan signifikansi positif tentang pentingnya menjaga dan mengasuh pola makan anak dengan baik dan benar.
Mengonsumsi makanan bergizi adalah cara untuk mencegah berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan. Gizi yang seimbang sebagai investasi bagi kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas. Dengan memenuhi kebutuhan gizi secara konsisten, kita berinvestasi pada masa depan yang bebas dari penyakit dan ketergantungan pada obat-obatan jangka panjang.
Kelima, gemar belajar. Indonesia Baik melaporkan adanya peningkatan Tingkat Gemar Membaca (TGM) secara nasional, dari 36,48 persen (2017) menjadi 63,90 persen (2022). Begitu juga tingkat literasi digital Indonesia terus naik, yang ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2025 menjadi 44,53 persen, naik 1,19 poin dari tahun sebelumnya (Komdigi, 2/10).
Adapun manfaat gemar belajar dari perspektif kesehatan di antaranya adalah: 1) mencegah penurunan fungsi kognitif, 2) meningkatkan konsentrasi dan fokus, 3) memperluas pengetahuan dan wawasan, 4) Meningkatkan kemampuan bahasa, 5) menghilangkan stress, 6) meningkatkan empati, 7) menjaga kesehatan mental, dan 8) meningkatkan kualitas tidur (Bobby, 2025).
Keenam, bermasyarakat. Gotong royong merupakan budaya Indonesia yang sangat dihargai dalam bermasyarakat. Budaya ini mengajarkan bahwa manusia hidup berdampingan untuk saling membantu dan meringankan beban sesama. Kerja sama memungkinkan masyarakat mencapai tujuan bersama yang tidak dapat dicapai jika hanya bergantung pada upaya individu.
Dikutip dari CDC.GOV (2024), bermasyarakat dapat memberikan kebermanfaatan secara kesehatan, seperti memperpanjang umur, mencegah resiko penyakit, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan aktivitas fisik, serta meningkatkan kualitas tidur.
Ketujuh, tidur cepat. Didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap tubuh sebagai anugerah yang harus dijaga dengan memberi waktu bagi otot, pikiran, dan organ tubuh untuk pulih dan berfungsi secara optimal. Kita mengakui keterbatasan tubuh dan menghindari eksploitasi diri secara berlebihan.
Selain untuk tubuh, tidur cepat adalah cara untuk memulihkan kesehatan mental dan emosional. Tidur cepat sebagai sarana untuk mengurangi stres, menenangkan pikiran, dan menjaga kesehatan jiwa. Ini memungkinkan kita menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik dan menjaga keseimbangan emosi.
Itulah dampak program 7 KAIH bagi kesehatan. Program tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga di rumah. Anak sebagai peserta didik memerlukan dukungan yang memadai agar dapat menerapkan kebiasaan tersebut.
Dengan berbagai capaian program dalam pendidikan dasar dan menengah, masyarakat memberikan apresiasi yang tinggi kepada Menteri Abdul Mu’ti. Survei dari Indo Strategi, SPIN, Muda Bicara menempatkannya sebagai menteri dengan kinerja ranking pertama. Adapun survei Poltracking dan Indopol Survey, mengungkapkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Mendikdasmen mencapai 76-79 persen.
Semoga ke depan pendidikan Indonesia terus maju.
*) Nabil Syuja Faozan adalah mahasiswa profesi dokter pada Universitas Muhammadiyah Jakarta.

5 hours ago
5


































