Deteksi Dini Jadi Kunci Ketahanan Kesehatan Populasi Indonesia

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia kini menghadapi beban ganda penyakit (double disease burden), ketika prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung terus meningkat, sementara penyakit menular seperti tuberkulosis dan sepsis masih tinggi. Situasi ini menuntut sistem deteksi dini yang lebih kuat agar masyarakat memperoleh intervensi sebelum penyakit berkembang menjadi kronis atau fatal.

Isu tersebut menjadi fokus utama dalam kegiatan “10th Sysmex Scientific Seminar” yang digelar pada Sabtu (6/12/2025). Ini merupakan forum ilmiah dua tahunan yang mempertemukan para dokter patologi klinik, akademisi, dan pemangku kepentingan kesehatan untuk memperkuat peran diagnostik dalam mendukung kesehatan populasi. Seminar ini mengangkat tema “Diagnostics at the Core: Strengthening Foundations for Sustainable Population Health.”

Forum tersebut menyoroti bahwa akurasi diagnostik laboratorium merupakan fondasi penting dalam agenda Transformasi Kesehatan 2025–2029 yang menekankan pendekatan promotif, preventif, dan deteksi dini penyakit. Indonesia kini menghadapi tantangan sistemik berupa double disease burden, yang memerlukan model pelayanan kesehatan berbasis deteksi dini.

Pemeriksaan laboratorium yang akurat dipandang sebagai instrumen kunci untuk memecah rantai penyakit kronis yang semakin membebani sistem kesehatan nasional.

Seminar ini menghadirkan sesi ilmiah yang meliputi inovasi hematologi, urinalisis, dan hemostasis, termasuk parameter lanjutan pada sepsis, evaluasi anemia dan thalassemia, serta analisis koagulasi untuk deteksi gangguan trombosis. Materi tersebut dirancang agar hasil pemeriksaan dapat lebih cepat, diagnosis lebih tepat, dan biaya pelayanan kesehatan lebih efisien.

Presiden Direktur PT Sysmex Indonesia, Emilani Nababan, menegaskan pentingnya memperkuat sektor diagnostik sebagai langkah awal pencegahan penyakit.

“inovasi diagnostik harus relevan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan nasional. Melalui forum ini kami ingin mengajak para praktisi kesehatan bersama-sama memperkuat peran diagnostik sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit di Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers.

Presiden dan CEO Sysmex Asia Pacific, Frank J Buescher, menyoroti peran data dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. “Inovasi diagnostik tidak lagi berhenti pada hasil pemeriksaan, melainkan menjadi bagian dari ekosistem data yang mendukung pengambilan keputusan klinis dan kebijakan kesehatan,”katanya.

Ia menekankan bahwa teknologi seperti analisis berbasis machine learning dan sistem terintegrasi diperlukan agar layanan kesehatan nasional lebih adaptif dan berkelanjutan.

Medical Scientific & Public Affairs Manager PT Sysmex Indonesia, Sully Kosasih, menambahkan bahwa diagnostik adalah pilar kesehatan populasi. Dia mengatakan, pemeriksaan diagnostik bukan sekadar alat bantu klinis individual, tetapi pilar utama ketahana. kesehatan populasi.

“Dengan deteksi dini yang tepat, kita dapat menekan beban penyakit kronis, mempercepat pengobatan efektif, dan mendukung sistem kesehatan yang lebih tangguh dan efisien,” tegasnya.

Seminar ini juga menghadirkan paparan dari Kementerian Kesehatan RI terkait penguatan layanan primer dan strategi nasional deteksi dini. Forum ini menegaskan bahwa menghadapi beban ganda penyakit membutuhkan kolaborasi antara tenaga medis, pemerintah, dan industri diagnostik, dengan deteksi dini sebagai fondasi upaya pencegahan nasional.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |