Gubuk Pak Bahri dan Daging Meugang

2 weeks ago 22

Image Damay Ar-Rahman

Sastra | 2025-02-28 11:16:09

Sumber Foto. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gubuk_singgah.jpg

Selama lima belas tahun, Bahri tinggal di rumah gubuk itu. Istrinya meninggal enam belas tahun yang lalu. Sakit ginjal membuatnya semakin susah untuk berjalan jauh. Lokasi rumah berada di tengah hutan dan harus menyebrang sungai untuk tiba ke pasar. Beberapa daun ubi cukup untuk ia jadikan makanan sehari-sehari. Ikan-ikan di sungai tidak ingin ia ambil, karena melihat mereka berenang dengan indah membuat Pak Bahri tidak tega mengambilnya kecuali jika sudah mati. Setiap warga yang melintasi sungai pasti beberapa orang akan singgah bertemu dengannya. Menjenguk dan memberi makanan rumahan. Warga desa yang paling rutin menjenguknya adalah Arul. Lelaki cekung dengan mata sipit berusia tiga belas tahun itu, sangat senang jika bermain ke gubuk Pak Bahri. Suasana tenang dan angin sepoi dari berbagi hulu di desa itu berkumpul ke gubuknya. Belum lagi jika bersantai di pinggir sungai belakang rumah Pak Bahri.

Arul sering membawa kopi dan teh untuk dinikmati bersama Pak Bahri. Walaupun susuh berjalan dan rambutnya dipenuhi uban, Pak Bahri tetap kuat jika diajak ke sungai. Mendengar air mengalir membuatnya memiliki teman. Ikan-ikan yang melintas disapanya dengan ramah seakan-akan ikan itu hidup bagai manusia.

Suasana begitu tenang dan ladang hijau begitu asri. Seorang pria dengan kecapinya mengucapkan salam memanggil Pak Bahri dari depan rumah. Itu adalah Rizal, ketua pemuda kampung. Ia terlihat menenteng rantang makanan.

"Bapak ketua masuk." Ajak Pak Bahri sambil melambaikan tanganya dari pinggir sungai.

"Bapak jangan sapa saya seperti itu. Saya masih banyak belajar."

"Desa kita sangat membutuhkan anak muda bijaksana dan rendah hati sepertimu."

"Mohon selalu doakan saya ya pak. Ini istri saya baru masak tadi pagi, jadi makanan ini buat bapak."

"Ucapkan terimakasihku pada istrimu Rizal terimakasih juga padamu telah mau menjengukku. "

"Baik Pak Bahri."

Setelah mengobrol lama, tidak terasa awan mulai gelap. Pak Bahri membuka rantang itu. Selain nasi dan sayuran, terdapat daging sapi yang di sup dan disambal. Sebuah pengumuman dari mesjid desa bahwa malam nanti sudah bisa melaksanakan tarawih. Pak Bahri teringat, jika istrinya dulu begitu sibuk menyambut bulan suci ramadhan dengan menyiapkan daging meugang. Sebuah kebiasaan masyarakat Aceh menyambut dengan bahagia tibanya bulan Ramadhan. Jika pergi ke pasar maka di sepanjang jalan di daerah Aceh akan kita lihat daging segar bergantung. Warga akan menikmatinya bersama keluarga atau disumbangkan bagi yang membutuhkan.

Muhammad Bahri pria itu dan istrinya asal Aceh Utara. Melihat foto keluarga di setiap menjelang puasa atau hari raya, ia begitu rindu. Tetapi anak-anaknya telah merantau ke Malaysia dan Singapura. Ia tidak mau menganggu pekerjaan anaknya. Maka, jika ia tidak ditelepon ia takkan marah. Tidak merasa diabaikan. Cukup kirimkan video atau gambar cucu-cucunya sudah membuatnya senang.

"Cantik sekali kamu Nur." Ucap Pak Bahri sambil mengusap wajah istrinya di foto.

Dua puluh hari kemudian, gubuk tenang itu telah sepi. Terlihat daun-daun kering berjatuhan mengelilingi teras rumah dengan tikar dan sebuah bantal kecil. Rizal memanggil beberapa warga untuk membersihkan kediaman Pak Bahri. Pria yang telah menduda selama lima belas tahun itu, telah menemui ajalnya pada malam nuzulul quran ketika melaksanakan tahajud di mesjid untuk ibadah suluk setelah enam belas hari ramadhan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |