Gus Fahrur: Tidak Boleh Melecehkan dan Menertawakan Neraka

15 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah konten kreator membuat video menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang menggambarkan kondisi di neraka, dan mereka mandi di neraka.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur mengatakan, tidak boleh membuat konten neraka dengan tujuan melecehkan atau menertawakan neraka. Juga tidak boleh menertawakan keyakinan agama.

"Bahkan jika dia berniat untuk menyatakan bahwa neraka itu tidak ada atau tidak percaya adanya neraka maka hukumnya murtad," kata Gus Fahrur kepada Republika, Kamis (5/6/2025)

Gus Fahrur mengatakan, namun jika bermaksud menggambarkan kepedihan dan berat siksa neraka agar masyarakat tidak berbuat dosa, hukumnya boleh.

"Sebaiknya urusan keyakinan agama seperti surga dan neraka tidak dibuat konten yang tidak layak, karena menyangkut ajaran agama yang sangat dihormati oleh pemeluknya," ujar Gus Fahrur.

Nabi Muhammad SAW Menangis

Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri dalam kitabnya, Al-Mawaizh al-Ushfuriyyah menyebutkan sebuah kisah yang berkenaan dengan turunnya wahyu. Firman Allah yang dimaksud adalah Surah Al-Hijr Ayat 43. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Wa inna jahannama lamau‘iduhum ajma‘īn(a).

Sesungguhnya (neraka) Jahanam benar-benar (tempat) yang telah dijanjikan untuk mereka semua. (QS Al-Hijr Ayat 43)

Saat menerima wahyu ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW menangis. Waktu itu, para sahabat belum mengetahui, firman Allah apa yang membuat Rasulullah SAW menangis tersedu sedan.

Maka, Abdurrahman bin Auf (riwayat lain mengatakan: Umar bin Khattab) pun berinisiatif untuk menanyakan kepada Rasulullah SAW. Namun, hal itu tidak dilakukan langsung, melainkan melalui perantaraan Fathimah az-Zahra. Sebab, para sahabat mafhum, Rasulullah SAW selalu bahagia bila bertemu dengan putrinya itu.

“Wahai Ibnu Auf, ada perlu apakah engkau kemari?” tanya Fathimah dari balik pintu.

“Aku tadi meninggalkan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan menangis dan bersedih setelah menerima wahyu dari malaikat Jibril. Sementara itu, kami hingga kini juga belum tahu apa yang telah diturunkan Jibril kepada beliau,” jawab Abdurrahman bin Auf.

“Baiklah, kalau begitu, kembalilah terlebih dahulu. Aku akan berganti pakaian lalu segera menyusul Rasulullah. Semoga beliau nanti berkenan memberi tahuku tentang apa yang baru saja diturunkan Jibril kepadanya.”

Akhirnya, Fathimah menemui ayahandanya itu. Kemudian, dia bertanya, "Fidaka nafsi, apa gerangan yang telah membuatmu menangis?" tanya Fathimah kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah pun menjelaskan ayat yang dimaksud. Lantas, putrinya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seperti apakah pintu-pintu neraka itu?"

“Wahai Fathimah, sesungguhnya pintu neraka yang paling ringan itu setara dengan 70 ribu gunung dari api dan pada setiap gunung tersebut terdapat 70 ribu lembah api, lalu pada tiap-tiap lembah itu terdapat 70 juta sumber api yang masing-masing berisi sejuta kota," jawab Rasulullah SAW.

"Kemudian, pada setiap kota tersebut terdapat 70 juta istana api. Lalu, pada tiap-tiap rumah itu terdapat 70 juta ruangan api yang berisi 70 juta peti api, dan pada setiap api itu terdapat 70 juta jenis siksaan yang berbeda satu sama lain,” kata Rasulullah SAW.

Mendengar penjelasan itu, Fathimah tak kuasa menahan rasa sedih dan cemasnya. "Betapa malangnya orang yang masuk neraka," katanya.

Keterangan dari Nabi Muhammad SAW itu lantas tersebar dari sahabat satu ke sahabat lainnya. Salman al-Farisi, misalnya, begitu mendengar itu langsung menuju ke pemakaman Baqi al-Gharqad.

Di sana, dia merenung, meletakkan tangannya di atas kepala, dan lantas berseru, "Betapa jauhnya perjalanan menuju akhirat, dan betapa sedikitnya bekal yang kumiliki!" Salman pun menangis sedih.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |