Israel Bom Pengungsian dan Konvoi Bantuan, 58 Syahid

2 days ago 14

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Militer Israel melakukan bombardir terhadap sejumlah lokasi di Jalur Gaza sepanjang 24 jam belakangan. Sedikitnya 58 syahid dalam serangan, termasuk terhadap tenda pengungsi di al-Mawasi yang menyebabkan delapan orang tewas.

Dua anak termasuk di antara syuhada dalam serangan di al-Mawasi, menurut dokter di rumah sakit Nasser di Khan Younis, yang menerima jenazah tersebut. Rumah sakit tersebut mengatakan pihaknya mencatat enam korban jiwa lainnya akibat serangan terhadap individu yang mengawal konvoi bantuan, serta dua kematian tambahan akibat serangan terhadap kendaraan di dalam al-Mawasi.

Rumah Sakit Martir al-Aqsa di pusat kota Deir al-Balah mengatakan mereka telah menerima tiga jenazah setelah serangan udara terhadap sebuah sekolah yang berubah menjadi tempat berlindung di kamp pengungsi Nuseirat.

Militer Israel mengatakan mereka hanya menyerang militan, dan menuduh mereka bersembunyi di antara warga sipil. Pada Ahad malam mereka mengatakan bahwa mereka telah menargetkan pejuang Hamas di zona kemanusiaan. Hamas membantah pihaknya beroperasi di kalangan warga sipil.

Kepala rumah sakit Kamal Adwan, salah satu rumah sakit terakhir yang berfungsi di Gaza utara, mengatakan kepada Reuters bahwa Israel telah memerintahkan evakuasi fasilitas tersebut.

Hussam Abu Safiya mengatakan bahwa mematuhi perintah tersebut “hampir mustahil” karena tidak ada cukup ambulans untuk mengeluarkan pasien. Rumah Sakit Kamal Adwan berulang kali diserang sejak Israel mengirim tank ke Beit Lahiya dan sekitar Beit Hanoun dan Jabaliya pada bulan Oktober.

“Saat ini kami memiliki hampir 400 warga sipil di rumah sakit, termasuk bayi di unit neonatal, yang hidupnya bergantung pada oksigen dan inkubator,” kata Abu Safiya. “Kami tidak dapat mengevakuasi pasien ini dengan aman tanpa bantuan, peralatan, dan waktu. Kami mengirimkan pesan ini dengan pemboman besar-besaran dan menargetkan tangki bahan bakar secara langsung, yang jika terkena akan menyebabkan ledakan besar dan korban jiwa dalam jumlah besar bagi warga sipil di dalamnya.”

Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan kepada Washington Post bahwa pasukannya belum menyampaikan peringatan evakuasi apapun ke rumah sakit akhir pekan ini. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tiga rumah sakit utama di Gaza utara – salah satunya adalah Kamal Adwan – hampir tidak berfungsi.

Sementara, puluhan ribu orang berlindung di garis pantai Mediterania di Gaza, di mana mereka menghadapi kondisi musim dingin yang keras dengan tempat tinggal, makanan, dan bahan bakar yang tidak memadai. Suhu terus turun dan serangkaian badai telah menghancurkan tenda-tenda darurat.

Oxfam mengatakan hanya 12 dari 34 truk makanan dan air yang diizinkan memasuki Gaza utara selama 10 minggu terakhir berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga sipil Palestina yang kelaparan karena “penundaan yang disengaja dan hambatan sistematis” yang dilakukan oleh militer Israel.

“Setelah 14 bulan pemboman tanpa henti dan kelaparan terhadap seluruh penduduk, beberapa orang bertindak karena putus asa dan saat ini terjadi kekacauan di Gaza,” Bushra Khalidi, pemimpin kebijakan Oxfam di wilayah pendudukan Palestina, mengatakan kepada Aljazirah.

“Beberapa orang meminta anaknya untuk tidak bermain, karena mereka akan pusing karena kurang makan dan minum. Bayangkan meminta anak Anda yang berusia lima tahun untuk tidak bermain ketika sudah ada banyak kematian dan kehancuran.”

Dengan tidak adanya listrik atau gas, keluarga-keluarga yang tinggal di kamp-kamp sementara di Gaza harus menanggung suhu dingin yang dapat menimbulkan risiko besar bagi kehidupan mereka.

Perkembangan baru-baru ini terjadi ketika kelompok-kelompok Palestina yang terlibat dalam pertempuran tersebut mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata “lebih dekat dari sebelumnya”.

“Kemungkinan mencapai kesepakatan lebih dekat dari sebelumnya, asalkan musuh berhenti menerapkan persyaratan baru,” kata Hamas, Jihad Islam, dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina dalam pernyataan bersama yang jarang dikeluarkan setelah pembicaraan di Kairo pada hari Jumat.

Seorang pemimpin Hamas mengatakan kepada Agence France-Presse pada Sabtu bahwa pembicaraan telah mencapai “kemajuan yang signifikan dan penting” dalam beberapa hari terakhir.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada hari Senin bahwa kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup pengembalian sandera Israel yang ditahan di Gaza, sudah di depan mata. “Semua yang kami lakukan tidak dapat diungkapkan,” kata Netanyahu kepada anggota parlemen. “Kami mengambil tindakan untuk mengembalikan mereka. Saya ingin mengatakan dengan hati-hati bahwa telah ada beberapa kemajuan, dan kami tidak akan berhenti bertindak sampai kami membawa pulang mereka semua.”

Korban jiwa warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 45.317 korban jiwa yang dilaporkan, dengan tambahan 107.713 orang menderita luka-luka, mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak, kata sumber medis.

Menurut sumber yang sama, layanan darurat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terperangkap di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan-jalan di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, karena pasukan pendudukan Israel terus menghalangi pergerakan kru ambulans dan pertahanan sipil.

sumber : Reuters/Associated Press

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |