Jangan Buang Baju Lamamu, Ini Trik Bikin Jadi Keren Lagi

5 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah kolaborasi apik terjalin antara Sejauh Mata Memandang (SMM), MULIH, dan Fashion Revolution Indonesia dalam semangat memperingati Fashion Revolution Week 2025. Kolaborasi ini menghadirkan sebuah lokakarya inspiratif bertajuk "Kembali Baik: Belajar Bersama Memperbaiki Pakaian dengan Teknik Sashiko" yang digelar pada akhir pekan lalu di Function Hall B, Level 2, Plaza Indonesia.

Lokakarya ini menjadi bagian integral dari Mend In Public Day, sebuah inisiatif global yang diusung oleh Fashion Revolution untuk mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam merawat serta memperbaiki pakaian mereka, sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan budaya sekali pakai dan buang. Dipandu secara langsung oleh Beverly Tandjung, Co-Founder MULIH, para peserta lokakarya diajak untuk mempelajari dasar-dasar teknik sashiko. Sashiko merupakan seni menjahit tradisional dari Jepang yang tidak hanya berfungsi untuk memperbaiki pakaian yang rusak, tetapi juga mentransformasikan pakaian tersebut menjadi sebuah karya seni yang unik dan memiliki nilai tambah.

Melalui lokakarya ini, para peserta diajak untuk melihat potensi tersembunyi dari pakaian-pakaian lama mereka dan menumbuhkan kembali apresiasi terhadap keterampilan menjahit yang sederhana. Selain itu juga untuk mengajak peserta untuk menyadari bahwa tindakan kecil seperti memperbaiki pakaian dapat memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan budaya konsumsi.

Fashion Revolution Week adalah sebuah kampanye tahunan berskala global yang menyatukan berbagai gerakan aktivisme fashion selama tujuh hari. Periode ini dipilih secara khusus sebagai momentum untuk mengenang tragedi runtuhnya pabrik Rana Plaza di Bangladesh pada 24 April 2013, sebuah peristiwa kelam yang menyoroti kondisi kerja yang tidak aman dan praktik eksploitatif dalam industri fashion global.

Mengangkat tema "Think Globally, Act Locally" pada 2025, Fashion Revolution Week mengajak seluruh masyarakat di berbagai penjuru dunia untuk mengambil peran aktif dalam mendorong perubahan kebijakan di tingkat lokal demi terwujudnya sistem fashion yang lebih adil, transparan, dan berkelanjutan. Sebagai gerakan aktivisme fashion terbesar di dunia, Fashion Revolution memiliki visi untuk mendorong perubahan sistemik dalam industri fashion global. Gerakan ini berfokus pada isu-isu krusial seperti praktik produksi yang tidak adil, dampak lingkungan yang merusak akibat limbah tekstil dan penggunaan sumber daya yang berlebihan, serta kurangnya transparansi dalam rantai pasok fashion.

Lahir dari kepedihan tragedi Rana Plaza, Fashion Revolution terus menggalang kekuatan kolektif dari berbagai negara, melibatkan konsumen, pekerja, merek, peritel, dan pembuat kebijakan untuk menyerukan transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan keberlanjutan di setiap rantai pasok fashion. Di Indonesia, Fashion Revolution tidak hanya berfungsi sebagai platform untuk merefleksikan dampak sosial dan lingkungan dari industri fashion, tetapi juga menjadi ruang kolaborasi yang dinamis. Gerakan ini mendorong aksi nyata dari individu, komunitas kreatif, dan para pelaku industri fesyen untuk menciptakan perubahan positif mulai dari tingkat akar rumput.

Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto, menyampaikan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. "Kami percaya bahwa perubahan tidak selalu harus datang dalam bentuk besar. Tindakan kecil seperti memperbaiki pakaian bisa menjadi awal dari perubahan besar dalam cara kita memandang dan mengonsumsi fashion. Bersama Sahabat Sejauh serta kolaborator seperti Fashion Revolution dan MULIH, kami ingin memperlihatkan bahwa ada banyak jalan menuju praktik yang lebih bertanggung jawab dan sirkular," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Selasa (29/4/2025).

Pernyataan Chitra menekankan filosofi Sejauh Mata Memandang yang mengedepankan praktik fashion berkelanjutan melalui berbagai cara, termasuk mengedukasi konsumen tentang pentingnya merawat dan memaksimalkan usia pakai pakaian. Senada dengan Chitra, Country Coordinator Fashion Revolution Indonesia, Safina Maulida, juga menyoroti pentingnya keterlibatan komunitas dalam mendorong perubahan.

Dia mengatakan gerakan fashion yang lebih adil membutuhkan dukungan dari kebijakan pemerintah yang bermutu, namun memerlukan waktu yang panjang. "Dalam proses 'revolusi' yang panjang dan berliku ini, tindakan individu yang tampak sebagai rutinitas sehari-hari, seperti berkumpul, belajar, dan memperbaiki bersama, menunjukkan bahwa setiap individu punya kekuatan untuk menentukan arah industri ini. Tindakan kolektif ini pada akhirnya juga dapat mendorong perubahan cara pandang pembuat kebijakan terhadap kegentingan isu dalam industri fashion," jelas Safina.

Pandangan Safina menggarisbawahi bahwa perubahan sistemik tidak hanya bergantung pada regulasi dari atas, tetapi juga pada kesadaran dan tindakan nyata dari setiap individu dalam masyarakat. Melalui lokakarya "Kembali Baik", Sejauh Mata Memandang berharap dapat menginspirasi lebih banyak individu untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk ekosistem fashion yang lebih bertanggung jawab, adil, dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |