Siti Kholisoh
Agama | 2025-01-29 09:18:46
Di tengah gemerlap dunia yang fana, pernahkah Anda merindukan sebuah oasis ketenangan untuk menyegarkan jiwa yang lelah? Bagi saya, Baitullah adalah jawabannya. Ya Baitullah, rumah Allah yang berada di kota suci Makkah. Makkah tak sekedar nama dalam peta. Ia menjadi tempat yang merindukan kedekatan dengan yang Maha Kuasa.
Di antara jutaan jiwa yang beribadah di sana, keindahan arsitektur yang memukau, dan lantunan ayat-ayat suci yang merdu, hati saya bergetar merasakan kehadiran Ilahi, dan di sanalah transformasi sejati dimulai.
Saat pertama kali menginjakkan kaki menyentuh marmer masjid kebanggaan umat Islam di seluruh dunia, Masjid Al-Haram, sensori saya dimanjakan oleh kearifan arsitekturnya. Seketika hati larut dalam keagungan sang pencipta. Pandangan pertama pada Ka'bah, kiblat umat muslim, memicu respons emosional yang mendalam.
Setiap putaran tawaf, tubuh bergerak dalam pola ritmis yang memicu endorfin, hormon penenang alami menciptakan kondisi psikologis yang kondusif. Tawaf merupakan sebuah perjalanan spiritual yang tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga memiliki dampak positif pada kesehatan fisik.
Sa’I perjalanan spiritual dari bukit Safa ke Marwah kemudian Kembali ke Safa sebanyak 7 (tujuh) kali. Perjalanan Sa’I yang sarat makna, tidak hanya melatih kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi segala rintangan, namun Sa’I juga mengajarkan kita akan pentingnya perjuangan dan kegigihan dalam mencapai tujuan.
Setiap langkah yang kita lakukan antara bukit Safa dan Marwah adalah simbol dari perjuangan hidup. Siti Hajar, Isti Nabi Ibrahim AS, dan Ibu dari Nabi Ismail AS, yang menjadi inspirasi di balik ritual Sa’I yang telah menunjukkan bagaimana menghadapi kesulitan dengan penuh kesabaran dan keyakinan.
Perjalanan ibadah di Makkah telah mengubah cara pandang saya tentang hidup. Dulu saya terjebak dalam rutinitas yang monoton. Sering merasa kehilangan arah. Namun, ketenangan jiwa dalam beribadah di tanah suci, membuat hidup saya ini terasa begitu indah dan penuh makna.
Saya memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu menjadi hamba Allah yang taat dan bermanfaat bagi sesama. Saya menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari pencapaian duniawi, melainkan ketentraman hati yang bisa ditemukan dalam kedekatan dengan Allah.
Makkah, kota cahaya yang menerangi hati. Di sanalah jiwa-jiwa haus kerohanian menemukan oase yang menyegarkan. Setiap sudut kota suci ini menyimpan kenangan indah yang tak terlupakan. Setiap helaan nafas, setiap tetesan air zam-zam yang menyentuh bibir adalah anugerah yang tak ternilai.
Kenangan ini bagaikan peta menuju surga, selalu memandu kita dalam menjalani kehidupan ini. Kenangan akan kota Makkah saat melaksanakan ibadah haji maupun umroh adalah harta karun yang tak ternilai. Sebuah pusaka spiritual yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang.
Harta dunia mungkin bisa habis, namun harta karun spiritual yang diperoleh ketika berhaji atau berumrah akan kekal abadi. Ketenangan saat Tawaf, kedekatan ketika bermunajat di Arafah, dan persaudaraan dengan jutaan umat Islam adalah anugerah yang tak ternilai. Pengalaman di Makkah telah mengajarkan saya bahwa harta yang paling berharga adalah iman dan amal saleh. Kenangan indah di Tanah suci akan menjadi Kompas yang selalu memandu kita dalam menjalani kehidupan, mengingatkan akan tujuan hidup yang sebenarnya.
Kembali dari tanah suci, hati kita tentunya dipenuhi kedamaian dan keharuan. Setiap langkah Tawaf, setiap sujud panjang adalah doa yang terukir dalam hati dan menjadi kenangan suci yang akan terus kita kenang.
Mari kita jadikan pengalaman spiritual ini sebagai motivasi untuk terus berbuat baik dan menebar kebaikan. Dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang, kita siap menghadapi segala tantangan hidup dan kita jadikan setiap hari sebagai ibadah, setiap langkah sebagai sujud syukur. Tanah suci, sebuah perjalanan spiritual yang mengubah hidup. Alhamdulillah.
Semoga Allah SWT memberikan kita hidayah dan petunjuk-Nya agar kita dapat kembali ke Tanah Suci dan menyaksikan keagungan-Nya. Bagi saudara-saudara yang belum berkesempatan, semoga Allah SWT segera mengundang menjadi tamu terbaik-Nya. Teruslah berdoa dan beramal saleh, niscaya Allah SWT akan mengabulkan hajat kita. Aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.