REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – JEC Eye Hospitals and Clinics, sebagai eye care leader di Indonesia resmi memperkenalkan Matapedia—ensiklopedia digital kesehatan mata pertama di Indonesia. Peluncuran ini dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan JEC International Meeting (JECIM) 2025, pertama setelah absen selama lima tahun akibat pandemi.
Berbasis ilmiah dalam bahasa Indonesia yang mudah dipahami, Matapedia menyediakan ratusan artikel mengenai penyakit mata, prosedur medis, tips perawatan mata, hingga penjelasan teknologi oftalmologi terkini- semuanya disusun oleh tim dokter dan kontributor profesional kesehatan mata.
Peluncuran Matapedia menjadi tonggak penting
transformasi digital dalam edukasi kesehatan mata di Indonesia. DR. Dr. Johan Hutauruk, Sp.M(K), Presiden Direktur JEC Korporat menyampaikan, JEC berkomitmen untuk memajukan kesehatan mata di Indonesia melalui inovasi dan edukasi yang berbasis sains.
"Matapedia, sebagai ensiklopedia digital pertama di Indonesia, merupakan wujud nyata dari visi kami untuk mengoptimalkan penglihatan dan kualitas hidup masyarakat. Inisiatif ini memperkuat posisi JEC sebagai pemimpin layanan mata dengan menyediakan informasi akurat yang memerangi misinformasi kesehatan, sekaligus memastikan akses pengetahuan bagi masyarakat dan tenaga medis di seluruh Indonesia.”
Di tengah belantara informasi yang tak terbendung, Matapedia hadir sebagai solusi dengan menyajikan
konten-konten kesehatan mata yang akurat—ditulis dan diverifikasi langsung oleh dokter serta tenaga medis profesional. Seluruh informasi tersebut bisa diakses secara gratis oleh masyarakat umum melalui situs www(dot)matapedia(dot)id.
Selain memperkuat sisi edukasi publik, Matapedia juga hadir menjawab tantangan besar layanan mata di Indonesia. Data RAAB menunjukkan 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan—1,6 juta di antaranya buta, sementara 6,4 juta lainnya mengalami gangguan sedang hingga berat. Padahal, jumlah dokter spesialis mata menurut Perdami hanya 3.000 orang. Artinya satu dokter mata harus menangani rata-rata lebih dari 2.000 pasien, rasio yang sangat jauh dari ideal.
Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng, sekaligus Ketua JECIM 2025
mengatakan, “ketimpangan antara kebutuhan layanan dengan ketersediaan SDM ini menjadi alasan kuat mengapa platform seperti Matapedia urgen tersedia. "Kami ingin memastikan bahwa di tengah keterbatasan akses layanan langsung, masyarakat tetap bisa mendapatkan informasi yang tepat, akurat, dan bisa dipercaya. Harapan kami, tak ada lagi orang tua yang bingung menghadapi masalah mata anak karena informasi tidak akurat. Tak ada lagi pasien glaukoma yang terlambat berobat akibat mitos yang dibacanya. Matapedia akan menjadi sahabat tepercaya kesehatan mata bagi semua kalangan.”.
Lebih dari sekadar proyek digital, JEC menargetkan lebih dari 1.000 artikel dalam satu tahun pertama. JEC juga sedang menyiapkan aplikasi mobile dengan fitur aksesibilitas lengkap untuk tunanetra, termasuk pembaca layar dan panduan audio interaktif.
Peluncuran Matapedia bertepatan dengan penyelenggaraan JEC International Meeting (JECIM) 2025 - forum ilmiah oftalmologi terlengkap di Indonesia yang digagas oleh JEC. Dilaksanakan dua tahun sekali, forum ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam menangani berbagai tantangan kesehatan mata global, utamanya di negara dengan prevalensi gangguan penglihatan yang tinggi seperti Indonesia.
“JECIM merupakan ajang berkumpulnya para profesional penanganan mata terkemuka dari seluruh dunia untuk berbagi pengetahuan dan inovasi terkini di ranah oftalmologi. Mengusung tema ‘Shaping the Future of Vision,’ JECIM 2025 kami dedikasikan sebagai ruang kolaboratif, edukatif dan inklusivitas untuk membentuk masa depan oftalmologi yang lebih baik. Melalui forum ini, kami ingin mendorong lebih banyak diskusi lintas disiplin dan kolaborasi internasional, serta menginspirasi lahirnya terobosan-terobosan nyata,” ujar Dr. Referano.