Laporan Terbaru: Anak-anak Gaza Jadi Target Genosida Sistematis

10 hours ago 5
Seorang anak ditemukan dari puing bangunan yang rata akibat serangan udara Israel.Seorang anak ditemukan dari puing bangunan yang rata akibat serangan udara Israel.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Lembar fakta baru yang diterbitkan Pusat Studi Politik dan Pembangunan telah mengeluarkan peringatan mengerikan tentang kondisi anak-anak di Jalur Gaza.

Laporan itu menyatakan bahwa anak-anak di Jalur Gaza Palestina, menghadapi genosida sistematis di bawah serangan militer zionis Israel yang sedang berlangsung.

Laporan berjudul “Anak-anak Gaza dalam Serangan: Genosida Sistematis”, yang dilansir Days of Palestine, Kamis (9/7/2025), menguraikan dampak buruk perang terhadap populasi termuda di Gaza sejak konflik meletus pada 7 Oktober 2023.

Menurut temuan tersebut, lebih dari 17.000 anak tewas dalam serangan Israel, sementara lebih dari 33.900 lainnya terluka.

Laporan tersebut juga memperkirakan sekitar 4.000 anak masih hilang, banyak di antaranya diyakini terkubur di bawah reruntuhan. Jumlah anak yatim piatu di wilayah tersebut telah melampaui 40.000.

"Ini salah satu serangan paling mematikan dan paling terarah terhadap anak-anak dalam sejarah modern," demikian pernyataan laporan tersebut, yang menekankan skala dan kebrutalan serangan tersebut.

Selain kekerasan fisik, lembar fakta ini menyoroti krisis kesehatan mental yang semakin mendalam di kalangan anak-anak Gaza.

Separuh Populasi Anak di Gaza Alami PTSD

Hampir 50% menderita Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD), lalu puluhan ribu lainnya menunjukkan tanda-tanda trauma berat, termasuk mimpi buruk, mengompol, mutisme, dan perilaku agresif.

Sebuah studi terpisah yang dilakukan War Child menemukan bahwa 96% anak-anak kini hidup dalam ketakutan terus-menerus, meyakini kematian sudah dekat.

Laporan tersebut juga menyoroti kerusakan infrastruktur pendidikan di Gaza, yang mengungkapkan bahwa 95% sekolah rusak sebagian atau total, dengan lebih dari 1.200 sekolah tidak dapat beroperasi sama sekali.

Hal ini menyebabkan sekitar 625.000 anak putus sekolah dan kehilangan hak mereka atas pendidikan.

Selain itu, perang telah mengakibatkan 1,9 juta orang mengungsi, setengahnya anak-anak, dan hancurnya lebih dari 92% rumah di Jalur Gaza.

Laporan juga menyatakan keprihatinan khusus atas kekurangan gizi, dengan mencatat bahwa 5.119 anak dirawat karena kekurangan gizi akut parah. Pada bulan Mei 2025 saja, telah meningkat 150% dibanding bulan Februari selama gencatan senjata singkat.

Dalam kesimpulannya, studi itu mengeluarkan empat permohonan kepada masyarakat internasional, dan menyerukan: Pembukaan koridor kemanusiaan secara langsung dan permanen.

Kedua, pelaksanaan rencana darurat untuk menangani perawatan kesehatan mental dan sistem pendidikan alternatif.

Ketiga, memperkuat perlindungan bagi anak-anak yang tidak didampingi dan yatim piatu. Keempat, penuntutan internasional terhadap pejabat Israel atas kejahatan perang terhadap anak-anak.

"Skala penderitaan yang dialami anak-anak Gaza sangat mengejutkan," sebut laporan itu. "Apa yang terjadi bukanlah akibat perang—melainkan penghapusan yang disengaja dan sistematis terhadap seluruh generasi."

Organisasi internasional dan pembela hak asasi manusia telah menyuarakan seruan untuk tindakan segera karena bencana kemanusiaan di Gaza semakin dalam tanpa ada tanda-tanda akan berakhir.

Warga Gaza yang Ditahan Disiksa dan Diperkosa

Selain gerakan genosida sitemik terhadap anak-anak Gaza, para tahanan yang ditangkap zionis Israel juga mendapat siksaan luar biasa.

Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, menyatakan pada hari Rabu penyiksaan dan pemerkosaan terhadap tahanan Palestina telah meluas dan sistematis di penjara-penjara Israel.

Dalam cuitan di akun resmi X miliknya, Albanese mengonfirmasi tahanan Palestina telah menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan seksual.

Ia juga mencatat bahwa pemerkosaan berkelompok yang terdokumentasi di pusat penahanan Sde Teiman bukanlah kasus yang terisolasi—melainkan bagian dari sebuah pola.

Albanese menekankan bahwa pelanggaran terhadap tahanan Palestina ini tindakan genosida, dan menambahkan sudah saatnya membangun sistem global baru setelah runtuhnya tatanan moral yang dipimpin Barat.

Albanese juga meminta tiga negara Eropa mengklarifikasi keputusan mereka untuk menyediakan "koridor udara aman" bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan perang—selama kunjungannya ke Washington.

Meskipun kejahatan yang terus dilakukan pemerintah sayap kanannya terhadap Palestina, yang menurutnya merupakan kejahatan perang. Pada 21 November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu karena melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Awal bulan ini, Komisi Eropa menyatakan mereka mendukung ICC dan bahwa semua negara anggota UE wajib melaksanakan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan terhadap Netanyahu.

Mila

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |