REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Eka Aprilia Putri Pratiwi (Universitas Tadulako)*
Pak Rudi menghirup dalam-dalam udara segar pagi itu, sesuatu yang jarang ia rasakan beberapa tahun lalu. Ia berdiri di tepi kebun stroberinya, melihat buah-buah merah yang siap dipanen. Kebun ini bukan hanya tentang hasil tani, melainkan tentang perjalanan panjangnya dalam menjaga alam yang kian terancam.
Perubahan yang Mengubah Hidup
Sejak kecil, Pak Rudi mengenal desanya sebagai surga hijau di lereng gunung kebun kopi Sulawesi Tengah. Sungai mengalir jernih, udara bersih, dan pepohonan menjulang tinggi. Namun, seiring waktu, desa kecilnya berubah.Pembangunan jalan poros lintas Palu-Parigi membawa konsekuensi besar. Pepohonan yang menjadi pelindung alami ditebang, menyebabkan tanah rentan longsor. Udara segar perlahan berganti dengan polusi dari kendaraan yang lalu-lalang. Pak Rudi, yang sejak kecil mencintai alam, merasa terpanggil untuk bertindak.
Awal Sebuah Gerakan
Tidak ingin hanya berdiam diri, Pak Rudi mengajak warga sekitar untuk menanam kembali pohon yang telah ditebang. Ia memulai dari lahannya sendiri di pegunungan, membersihkannya, dan merancang sistem pengolahan sampah sederhana. Banyak yang skeptis terhadap usahanya. "Apa bisa seorang diri mengubah keadaan?" pikir mereka.
Namun, Pak Rudi tak goyah. Hari demi hari, ia terus bekerja. Perlahan, burung-burung kembali berkicau,udara menjadi lebih sejuk, dan tanah yang gersang mulai menunjukkan tanda kehidupan.
Melihat perubahan ini, beberapa warga mulai bergabung. Mereka membentuk komunitas kecil yang berkomitmen untuk menghijaukan kembali desa mereka.
Inovasi Stroberi: Menghijaukan Sekaligus Memberdayakan
Pak Rudi tidak berhenti di sana. Ia melihat peluang besar dalam pertanian organik. Ia memilih stroberi, tanaman yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Dengan luas lahan 3 hektare, ia mulai membudidayakan stroberi secara alami,tanpa pupuk kimia berlebih.
Dua tahun berlalu, dan hasilnya melebihi harapan. Tanah yang dulunya rawan longsor kini tertutup rimbunan hijau.Tak hanya itu,kebun stroberinya menarik wisatawan serta pelaku usaha agribisnis yang ingin bermitra.
Hasil panennya tidak hanya dijual di pasar lokal, tetapi juga menarik perhatian pengusaha yang tertarik dengan produk organik. Stroberi yang ia tanam secara alami memiliki rasa lebih manis dan tahan lama, menjadikannya primadona di pasar. Para petani lokal pun terinspirasi untuk beralih ke metode pertanian organik, sehingga lahan-lahan di desa perlahan berubah menjadi lebih hijau.
Ekowisata dan Keberlanjutan
Keberhasilan kebun stroberi membawa ide baru: ekowisata berbasis lingkungan. Pak Rudi bersama komunitasnya mengembangkan jalur trekking, mendirikan homestay berbasis ekologi,dan menawarkan edukasi tentang pertanian berkelanjutan. Para wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar bagaimana menjaga lingkungan. Dengan begitu, semakin banyak orang yang terinspirasi untuk menghargai alam.
Banyak anak muda dari desa dan kota sekitar datang untuk belajar langsung dari pengalaman Pak Rudi. Ia mengajarkan teknik menanam tanpa merusak ekosistem, bagaimana mengolah limbah organik menjadi pupuk, serta cara menjaga keseimbangan alam. Bahkan, beberapa mahasiswa dari universitas terdekat melakukan penelitian di kebunnya, menambah nilai ilmiah dari gerakan yang ia rintis.
Tantangan dan Solusi
Tentu, perjalanan ini tidak selalu mulus. Perubahan iklim menghadirkan tantangan besar bagi pertaniannya. Hujan yang tidak menentu dan suhu yang meningkat mempengaruhi produksi stroberi. Untuk mengatasinya, Pak Rudi menerapkan sistem irigasi tetes dan rumah kaca sederhana. Ia juga menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang mengutamakan ekspansi infrastruktur tanpa mempertimbangkan ekologi. Namun, dengan pendekatan yang bijak dan berbasis dialog,iaberhasilmenjembatanikepentingan lingkungan dan pembangunan.
Selain itu,ia mulai menggandeng pemerintah daerah dan organisasi lingkungan untuk mendapatkan dukungan lebih besar. Beberapa program penghijauan dan pelatihan pertanian ramah lingkungan mulai dilaksanakan di desanya. Bantuan bibit dan alat pertanian modern semakin memperkuat komunitas petani lokal.
Generasi Muda dan Masa Depan Hijau
Salah satu impian terbesar Pak Rudi adalah memastikan kesadaran lingkungan tertanam dalam generasi muda. Ia membuka program "Petani Cilik" yang mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menanam pohon dan bertani secara berkelanjutan. Ia juga menggandeng mahasiswa untuk melakukan penelitian dan inovasi dalam bidang agribisnis organik.
"Kalau bukan kita yang menjaga alam, siapa lagi?" katanya kepada para pemuda desa.
Dengan antusias, anak-anak belajar bagaimana menyemai bibit, merawat tanaman, dan memahami siklus ekosistem. Mereka mulai melihat pertanian bukan sekadar profesi, tetapi juga bagian dari upaya menjaga keseimbangan alam.
Sebuah Warisan Hijau
Bertahun-tahun berlalu, Pak Rudi yang kini menua tetap tersenyum melihat desanya berubah. Tidak lagi gersang, tetapi kembali hijau. Kebun stroberinya berkembang menjadi pusat edukasi dan wisata, sementara anak-anak muda desa kini memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga lingkungan. Saat ditanya apa yang membuatnya terus berjuang, ia hanya tersenyum dan berkata, "Saya hanya ingin anak cucu kita bisa menikmati alam yang sama seperti yang saya rasakan dulu."
Pak Rudi telah membuktikan bahwa menghargai alam bukan sekadar wacana, melainkan tindakan nyata yang membawa keberkahan bagi banyak orang. Perjuangannya adalah bukti bahwa perubahan besar selalu dimulai dari satu langkah kecil. Apa yang ia lakukan bukan hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat sekitar. Kini, semangatnya terus hidup dalam komunitas yang ia bangun, menjadikan desanya contoh nyata bahwa harmoni antara manusia dan alam bukanlah hal yang mustahil.
*Karya jurnalistik di atas menjadi Juara 2 Lomba Menulis Feature Kategori Diploma/Sarjana pada event UII Ramadan Fair 2025 kolaborasi antara Universitas Islam Indonesia dengan Republika