vivi nurwida
Agama | 2025-08-08 14:32:08
Oleh: Vivi Nurwida
Sudah lebih dari 20 bulan lamanya genosida di Gaza terjadi. Zionis bukan hanya membunuh dengan rudal, tetapi juga dengan lapar. Warga Gaza ditindas bukan hanya oleh senjata, tapi oleh kelaparan yang disengaja, sistemis, dan terorganisir.
Lebih dari 2 juta jiwa di Gaza berada dalam kelaparan ekstrem. Anak-anak adalah pihak yang paling terdampak, mulai dari gizi buruk, stunting dan kematian. Sistem kesehatan dan sanitasi pun lumpuh hingga ketergantungan total pada bantuan luar. Sementara itu, dunia hanya diam menonton kekejian ini dengan mata terbuka dan tangan terlipat.
Deklarasi Penghianatan
Hal yang lebih menyakitkan bukan hanya kejahatan yang dilakukan Zionis, lebih dari itu terdapat pengkhianatan yang dilakukan oleh penguasa negara-negara Arab dan Muslim.
Dilansir dari cnbcindonesia, untuk pertama kalinya dalam sejarah konflik Gaza, sejumlah negara Arab dan Muslim secara terbuka menyerukan agar Hamas melucuti senjata dan menyerahkan kendali atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Seruan tersebut bukan hanya mencerminkan tekanan politik, namun juga cerminan kepentingan kawasan Arab untuk mendorong stabilitas jangka panjang dan menghidupkan kembali solusi dua negara (two state solution).
Desakan tersebut tertuang dalam deklarasi bersama yang diumumkan dalam konferensi di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, pada Selasa (29/7/2025). Dokumen tersebut ditandatangani oleh 22 anggota Liga Arab, seluruh negara anggota Uni Eropa, dan 17 negara lainnya.
Sementara itu, otoritas Mesir telah menekan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, untuk mencabut pernyataan yang mengecam pengepungan oleh Israel yang menyebabkan kelaparan massal penduduk Gaza, Palestina. Tentu saja, tindakan otoritas Mesir tersebut menjadi ironi terbaru sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, namun justru cenderung memihak Zionis.
Hilangnya Ukhuwah Islamiyah
Negara-negara Arab dan Muslim yang mestinya menjadi garda terdepan sebagai perisai umat justru bisu, tuli, dan buta terhadap penderitaan Gaza. Mereka seolah tidak memiliki ikatan iman, padahal Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara ” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ikatan ukhuwah Islamiyah yang mestinya menjadi landasan hubungan antar kaum Muslim telah terkubur di bawah kepentingan duniawi berupa jabatan, kursi kekuasaan, dan persekongkolan politik. Mereka lebih takut kehilangan legitimasi di hadapan Barat ketimbang kehilangan kehormatan di hadapan Allah Swt. Mereka lupa, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Padahal, Allah telah mengingatkan umat ini tentang kedudukan mereka:
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110)
Kemuliaan umat Islam bukanlah angan-angan semu. Allah menjanjikan:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi ” (QS. An-Nur: 55)
Janji itu telah terbukti nyata di masa Rasulullah saw. para sahabat, dan para khalifah sepanjang sejarah peradaban Islam. Kita bisa membaca kembali kisah Khalifah Al-Mu’tasimbillah yang dapat menjadi pelajaran, bagaimana ketika seorang wanita Muslimah diganggu di Amuriyah, beliau mengerahkan pasukan besar hanya untuk melindungi kehormatan satu Muslimah. Begitu juga Sultan Abdul Hamid II, yang dengan tegas menolak menjual sejengkal pun tanah Palestina kepada Zionis laknatullah meski diiming-imingi kekayaan tak terbatas.
Hal tersebut tentu kontras dengan penguasa Muslim hari ini, yang rela menyerahkan tanah suci Palestina, membuka hubungan diplomatik dengan penjajah, bahkan menekan para ulama agar bungkam terkait penderitaan warga Gaza. Mereka bukan saja lalai, tapi juga ikut menjadi bagian dari rantai penjajahan atas rakyat Gaza.
Solusi Hakiki Kemerdekaan Palestina
Umat Islam harus sadar, solusi bagi Palestina bukan sekadar mengirimkan bantuan kemanusiaan atau perundingan yang tidak pernah menghasilkan apapun bagi rakyat Palestina. Solusi hakiki atas penjajahan rakyat Palestina adalah kembalinya kepemimpinan Islam yang menyatukan negeri-negeri Muslim dalam satu kekuatan politik, militer, dan ideologi, sebagaimana yang pernah diwujudkan oleh Khilafah Islamiyah.
Hanya dengan komando khalifah, tentara-tentara Muslim akan digerakkan untuk membebaskan Palestina dengan jihad fi sabilillah. Solusi ini bukan sekadar slogan emosional, melainkan merupakan solusi syar’i dan historis. Khilafah akan mempersatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Khilafah lah yang akan menghapuskan sekat-sekat nasionalisme. Khilafah juga yang akan menghentikan normalisasi dan seluruh perjanjian pengkhianatan. Haram berdamai dengan penjajah dan membiarkan eksistensi mereka bercokol di negeri-negeri kaum Muslim, apalagi berkolaborasi dengan mereka.
Sudah Cukup Diam, Umat Harus Bangkit
Umat Islam adalah umat yang diberi Allah gelar umat terbaik. Dulu, kehormatan Islam menjulang tinggi, bendera Islam berkibar di puncak dunia, dan musuh-musuh Islam gemetar mendengar nama kita. Tapi hari ini, kemuliaan itu telah dirampas, darah kaum Muslim ditumpahkan, tanah kita dijajah, dan kehormatan kita diinjak-injak.
Sudah saatnya umat berhenti berharap pada PBB dan perjanjian damai. Umat Islam harus sadar bahwa Gaza tidak membutuhkan doa kosong. Gaza membutuhkan pemimpin yang akan mengerjakan tentaranya untuk melakukan jihad membebaskan Palestina.
Allah telah menjanjikan kemenangan! Tapi kemenangan itu tidak turun pada umat yang diam dan pasrah. Ia turun pada umat yang sadar, bangkit, dan berjuang! Umat yang dipimpin oleh jemaah dakwah ideologis, akan menapaki jalan yang ditempuh Rasulullah saw., hingga Islam tegak secara kafah.
Palestina tengah menjerit, Gaza dibakar, penduduknya dibantai tanpa belas kasihan. Apakah kita akan terus menunggu belas kasihan PBB? Mengharap penguasa yang tunduk pada musuh?Tentu hal ini tidak boleh terjadi. Solusi itu hanya satu: Khilafah tegak! Jihad berkumandang! Palestina bebas!Inilah momentum bagi kaum Muslimin untuk bangkit, mengambil kembali kemuliaan Islam dan menyambut janji Allah.
Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.