Home > Budaya Thursday, 30 Oct 2025, 09:17 WIB
? Perempuan yang dulu bermimpi menjelajahi dunia, yang sekarang tersesat di labirin mal yang sama setiap akhir pekan?
Fiksi AI
Kaki-kaki itu bergerak cepat, saling menyusul, tak peduli satu sama lain. Suara langkah mereka membentuk irama aneh yang bertabrakan dengan dentang musik instrumental lembut dari speaker tersembunyi di langit-langit mal. Aroma parfum mahal, kopi, dan makanan cepat saji bercampur menjadi satu, memenuhi udara ber-AC yang dingin. Di tengah keramaian itu, ada Maya, berdiri tepat di bawah kubah kaca raksasa yang memancarkan cahaya matahari sore yang tersaring.
Dia tidak bergerak.
Arus manusia mengalir di sekitarnya, tak berhenti. Ada remaja gen-Z dan milenial melintas dengan tas branded terbaru, ibu-ibu mendorong kereta bayi sambil memegang segelas boba, pasangan muda berpegangan tangan, Maya hanya diam. Matanya memandang lurus ke depan, tetapi seolah tidak melihat apa-apa. Di tangannya, ada beberapa kantung belanja dari toko-toko yang baru saja dia datangi. Sebuah kemenangan kecil dalam ritual akhir pekannya. Tapi hari ini, kemenangan itu terasa hampa.
“Pin ATM ditolak lagi?” tanya seorang sales girl tadi, dengan senyum tipis yang penuh penilaian.
Maya menggeleng, wajahnya memerah. “Bukan. Saya... lupa nomornya”.
Dia berbohong. Dia ingat betul enam digit itu, sama seperti dia ingat saldo di rekeningnya yang hampir habis. Tiga ratus dua puluh ribu rupiah. Itu harus cukup sampai gajian lima hari lagi. Tapi di sini, di Mal Metropolitan ini, tiga ratus ribu terasa seperti recehan yang pantas dibelanjakan untuk secangkir kopi artisan dan sepotong kue.
Maya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Mal ini seharusnya menjadi pelariannya. Sebuah kapsul yang melindunginya dari kekacauan hidup di luar. Di sini, suara klakson dan bau polusi Jakarta digantikan oleh musik lembut dan aroma vanili. Suara bentakan bos dan tenggat waktu yang menyesakkan digantikan oleh senyuman palsu para pramuniaga. Di sini, dia bisa menjadi siapa saja. Seorang perempuan karier yang sukses, setidaknya untuk beberapa jam.
Tapi hari ini, ilusi itu retak.
Penggiat Literasi-Tutor-Penulis & Penerbit Buku -- PALEMBANG - INDONESIA

5 hours ago
5

























