Sandarkan Kesulitan Apapun kepada Allah SWT

3 days ago 19
Web Liputan Hot Akurat Non Stop

Home > Risalah Thursday, 27 Mar 2025, 22:04 WIB

Kisah menarik ada sebuah pondok pesantren mengalami kehabisan beras untuk dimasak, sementara ratusan santrinya mau makan siang.

 Dok.EPA/Fully Handoyo)Ilustrasi: santri pondok pesantre. (Foto: Dok.EPA/Fully Handoyo)

SumatraLink.id – Semua makhluk di muka bumi ini pasti mendapatkan masalah, cobaan, ujian, dan atau musibah. Terkadang kesulitan yang dihadapi seseorang di dunia ini, seakan tidak ada lagi jalan keluar yang harus ditempuh agar dapat memecahkan masalahnya. Dari sini banyak yang “lari” dari ketentuan Allah Subhanahuwata’ala (SWT).

Sifat keputusasaan dan atau menyerah (angkat tangan) dari problem yang terjadi di dunia ini mencari ‘jalan pintas’ di luar agama. Hal ini menambah kesulitan (masalah) yang mendalam bagi seseorang tersebut. Padahal, Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan makhluk ciptaan-Nya dan memberinya rahmat dan karunianya kepada siapa pun.

Sebesar apapun masalah yang dihadapi seseorang di dunia ini, tentu ada solusinya, meskipun awalnya pahit namun ujungnya akan berbuah manis. Hal tersebut bergantung dari kadar kesabaran seseorang menghadapi masalah tersebut di dunia ini dan tentunya tak berlepas diri atau menyandarkan masalah itu kepada Sang Pencipta Allah SWT.

Ada cerita menarik, sebuah pondok pesantren di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur memiliki ratusan santri dengan luar pondoknya 20 hektare. Ustadz Ainurrofiq, pengelola pondok menuturkan kebutuhan pangan santri tercukupi setiap hari meski banyak santri yang menunggak SPP.

“Lalu dari mana biaya bulan itu ditutupi?” tanya Ustadz Bobby dalam bukunya Rezeki Rumah Miring (2012) kepada pengelola pesantren.

Kan, ada Allah!!!” jawab pengelola singkat.

Ustadz Bobby faham atas jawaban itu. Namun, ia ingin mengetahui bila ada cerita yang menginspirasi dari pondok pesantren tersebut ketika menghadapi masalah pelik dalam pengelolaan aktivitas pondok.

Baca juga: Tangisan Orang Beriman Saat Ramadhan Pergi

Pengelola membuka cerita. Suatu hari, seorang kepala gudang menghadap Abdulah Said, pemimpin pondok pertama yang dipanggil Pak Kiyai, dan mengabarkan bahwa di di gudang sudah tidak ada sebutir beras lagi untuk dimasak. Laporan itu pada pukul 8.00 pagi. Artinya, tinggal 4 jam lagi waktu makan siang ratusan santri.

Tapi, Pak Kiyai menjawab tenang dan tidak panik dengan kabar bahwan pondoknya sudah tidak punya beras lagi untuk dimasak, sedangkan ratusan santri mau makan siang.

“Begini saja, mari kita pergi ke masjid untuk shalat Dhuha!” ajak Pak Kiyai. Kepala gudang dan pengelola lainnya di pondok tahu persis sifat Pak Kiyai bila menghadapi masalah dengan menyerahkan urusan kepada Allah SWT.

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |