Wawancara Tatsuo Fukuda: Menjaga Asian Value dan Memperkuat Kolaborasi Jepang-Indonesia

5 days ago 16

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Hubungan Indonesia-Jepang mungkin saat ini masuk fase penting. Di tengah polaritas geopolitik dunia, antara Amerika Serikat dan Cina, yang saling berebut pengaruh ke banyak negara dan kawasan. Kemudian juga dalam situasi gejolak ekonomi global yang tidak menentu, akibat pemberlakuan tarif sepihak oleh Presiden AS Donald Trump.

Penting bagi kedua negara untuk melihat kembali sejauh mana hubungan bilateral ini sudah berjalan, dan tentunya harus ditingkatkan di masa mendatang atas dasar saling menguntungkan.

Secara geopolitik, Jepang memang lebih dekat dengan AS daripada dengan Cina. Sementara Indonesia, dengan jargon politik luar negeri bebas aktif, kini terlihat condong ke Cina, terutama di sektor perdagangan bilateral. Sembari tetap menjaga hubungan politik dan perdagangan dengan AS.

Pada Jumat (18/4/2025) siang, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rachmat Gobel mengajak wartawan Republika Stevy Maradona dan sejumlah jurnalis Indonesia bertemu dengan Tatsuo Fukuda, ketua harian Japan-Indonesia Association. Dua organisasi ini merupakan counterpart untuk memperkuat hubungan Indonesia-Jepang dari sisi masyarakat.

Gobel juga menjabat ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang atau dikenal juga sebagai Kaukus Parlemen Indonesia-Jepang, yang merupakan organ resmi Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI. Selain itu, Gobel juga menjadi ketua umum Persaudaraan Alumni dari Jepang (Persada).

Sedangkan Fukuda juga anggota DPR Jepang dan ketua Majelis Umum (General Assembly) Partai Demokrasi Liberal (LDP), yaitu partai berkuasa di Jepang. Fukuda adalah The Rising Star politisi muda Jepang. Ia merupakan putra dari mantan perdana menteri Jepang Yasuo Fukuda yang berkuasa pada 2007-2008. Sebelumnya, kakek dari Tatsuo yaitu Takeo Fukuda juga menjadi perdana menteri Jepang pada 1976-1978.

Kepada Fukuda, Republika bertanya dua hal, yaitu: Bagaimana Jepang dan Indonesia bisa bersama-sama menjaga kepentingan dua negara, di tengah menguatnya perebutan pengaruh AS dan Cina di kawasan Asia Tenggara. Kemudian, apa yang perlu ditingkatkan dari hubungan bilateral Jepang-Indonesia yang sudah berjalan lebih dari 60 tahun. Berikut petikan jawaban Fukuda:

Amerika ini presidennya sangat unik. Saya tidak pakai kata-kata yang lainnya, hanya unik.

Masyarakat Amerika ini kebutuhannya ke depan akan mengarah memilih presiden yang karakternya seperti Trump. Jadi yang pasti rakyat Amerika akan menuntut mencari pengganti yang seperti beliau. Dari sisi arah sudah kebaca akan ke sana.

Jepang sendiri akan berpikir berkali-kali untuk mempersiapkan diri bagaimana bisa berteman dengan tipe Amerika ini.

Sementara Cina berubah menjadi negara yang sulit. Kenapa ini sulit? Karena pemerintahannya harus mengelola 1,5 miliar juta jiwa dengan kebijakan tunggal, dari pusat.

Bandingkan dengan Jepang, populasinya hanya 120 juta jiwa. Menurut ayah saya, Yasuo Fukuda, Presiden Cina Xi Jinping ini sangat berat kerjanya.

Ayah saya bisa menyampaikan seperti itu karena pernah menjabat memikul beban menjadi pemimpin yang harus memikirkan kehidupan maupun kesejahteraan rakyat Jepang.

Jadi, minta maaf, mungkin saat ini Cina hanya memikirkan diri sendiri!

Yang paling penting bagi kami adalah Jepang harus meningkatkan komunikasi dengan Cina agar tidak terjadi miskomunikasi. Harus ada batasan, mesti kita clear kan itu batasan di mana Jepang dan Cina harus bisa memahami. Untuk itulah penting membangun kepercayaan sesama dengan batasan yang sudah kita tetapkan.

Jangan sampai kita lupa bahwa kita adalah rakyat Asia, berada di masyarakat Asia, tentu dengan cara Asia! Tidak ada kata yang tepat untuk mengekspresikan yang saya katakan. Di Asia, tentu ada suatu titik temu, ada mencari persamaannya. Menurut saya Asia itu lebih luar biasa. Kalau di Eropa putusan itu tegas, hitam atau putih. Kalau di Asia (belum tentu), kenapa? Kalau kita putuskan akan terjadi kalah menang. Menang mungkin oke, tapi kalau yang kalah gimana?

Di Asia ada wisdom, wisdom bagaimana kita bisa menjaga kesetaraan antar pihak (kebersamaan). Jadi yang saya sampaikan setiap kali saya bertemu dengan teman-teman dari Asia, marilah kita rediscover, menemukan kembali Asian Value. Yang luar biasa dari Asian Value ini apa? Bisa menerima nilai-nilai dari Eropa, juga bisa mengadaptasi ke dalam nilainya sendiri.

Mengenai hubungan Indonesia-Jepang, masih banyak yang bisa kita lakukan. Saya ke Indonesia tujuh tahun lalu. Jakarta berubah, gedung juga pencakar langit bertambah, demikian pasti macet. Tapi dengan adanya Mass Rapid Transit (proyek pembangunan MRT adalah kerjasama Indonesia-Jepang-RED) itu sudah berkurang. Jadi yang pasti itu sekarang masyarakat Indonesia makin bisa tepat waktu.

Kota-kota besar di Indonesia sudah makin modern dan sejahtera. Ini merupakan pertumbuhan pesat seperti Jepang di tahun 1980-an. (Tetapi) apa yang terjadi di Jepang, bukan hanya kota-kota berkembang secara volume tetapi berkembang secara kualitas (kehidupan masyarakatnya).

Jadi kalau kita bicara mengenai kerjasama Indonesia Jepang bukan hanya sisi energi, transportasi, termasuk juga pertanian yang ingin saya bahas lagi nanti.

Pasti Indonesia akan berubah menjadi negara maju. Dan dari sekarang akan berkembang secara pesat. Tapi yang perlu kita tekankan adalah, pentingnya perkembangan (ekonomi) itu secara kualitas masyarakat (meningkat). Yang saya rasakan adalah sebagai sahabat Indonesia, masih berbeda antara Jakarta dan di luar Jakarta. Di luar Jakarta dibandingkan dua puluh tahun yang lalu, masih sama (situasinya).

Di Jepang, 80 persen pelaku ekonomi adalah UMKM. (Sistem ekonomi kami berkembang dan bertumbuh) didukung oleh small medium enterprises yang mengalir ke rakyat. Indonesia? Yang kita butuhkan untuk Indonesia adalah UMKM.

Jadi salah satu yang perlu diperkuat adalah bagaimana bisa memperkuat UMKM di Indonesia. Di situlah kami (Jepang) bisa berkontribusi. Saya sendiri juga sudah merupakan salah satu panitia di dalam lembaga ini untuk mendukung memperkuat SME di Indonesia.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |