73 Tahun Hubungan Mesra Indonesia-Hong Kong

3 weeks ago 33

REPUBLIKA.CO.ID, Hong Kong -- Hubungan diplomatik Indonesia dengan Hong Kong tak bisa dipandang main-main. Tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Hong Kong telah memasuki usia 73 tahun dan menjadi hubungan diplomatik terlama.

Hong Kong merupakan salah satu mitra bilateral utama Indonesia di kawasan Asia, terutama terkait perdagangan, investasi dan pariwisata. Hong Kong juga merupakan salah satu negara tujuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbesar. Pekerja Indonesia berada di urutan keempat terbesar di Hong Kong. Hingga Oktober 2024, jumlah diaspora Indonesia di Hong Kong mencapai kurang lebih 175 ribu orang, dengan 155 ribu di antaranya merupakan PMI.

Republika berkesempatan berbincang dengan Konsul Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong, Yul Edison, di kantor Konsulat Jenderal Republika Indonesia (KJRI) Hong Kong pada Selasa (3/12/2024) lalu, mengenai rekam jejak hubungan 'mesra' Indonesia dengan Hong Kong, berikut kutipan wawancaranya.

Bagaimana hubungan ekonomi kedua negara?

Hong Kong merupakan investor asing kedua terbesar ke Indonesia sampai akhir September ini. Hong Kong bahkan menyalip China dalam urusan investasi ke Indonesia. Nilainya tahun ini saja, untuk periode Januari hingga September, sama dengan tahun lalu.

Tahun 2023 lalu, keseluruhan investasi Hong Kong ke Indonesia mencapai 6,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 103,12 triliun-red). Sementara di September 2024 ini, jumlah investasi Hong Kong sudah menyamai yakni 6,5 miliar dolar AS. Itu merupakan capaian yang luar biasa, namun masih kecil hitungannya dibandingkan dengan potensi yang ada.

Seperti kita tahu, Pemerintah China memiliki yang namanya Belt and Road Initiative. Pemerintah China menyiapkan sejumlah uang untuk berinvestasi di lebih dari 150 negara dan organisasi internasional, 70 persen dari dana Belt and Road Initiative ini ada di Hong Kong. Ini bisa menjadi peluang Indonesia untuk memanfaatkannya. Terlebih Hong Kong merupakan salah satu pusat keuangan dunia.

Sejauh ini, investasi Hong Kong di Indonesia paling banyak dalam bidang pertambangan dan infrastruktur. Terbaru Hong Kong juga mulai merambah pengembangan peternakan ayam di Kalimantan Utara.

Apa yang perlu dilakukan pelaku UMKM Indonesia agar bisa menembus market Hong Kong? 

Saat ini kita bersyukur mempunyai Indonesia Incorporated di Hong Kong. Mereka melakukan pembinaan untuk pengembangan UMKM Indonesia dan mendorong UMKM datang ke sini. Terakhir yang terbesar kita menggelar Indonesia Week. Sebuah kegiatan terpadu Indonesia terbesar selama tiga hari yang ada di Hong Kong. Khusus hari kedua dan ketiga kita gelar di lapangan terbuka dan ada 70 stand, tiga per empat dari stand tersebut merupakan UMKM. Mereka membawa beberapa produk dan ternyata laris, responsnya luar biasa. Indonesia Week ini juga untuk menunjukkan ke warga di Hong Kong bahwa Indonesia juga punya produk-produk UMKM yang berkelas. 

Produk UMKM terkait ekonomi kreatif masih banyak diminati di sini, seperti pakaian batik misalnya. Sayangnya ini belum dimaksimalkan pengusaha maupun pelaku UMKM di Indonesia, jadi banyak batik di Hong Kong berasal dari negara lain, padahal batik kita banyak ragamnya dan bagus sekali.

Satu hal yang perlu dipahami, terkait komoditas. Karena Hong Kong merupakan hub, maka 80 persen dari produk komoditas yang masuk umumnya akan diekspor lagi. Mereka ini sebagai super connector, menerima barang untuk didistribusikan lagi. Nah, kita harus memikirkan supaya produk yang kita ekspor bukan hanya komoditas.

Hong Kong merupakan salah satu tujuan utama PMI asal Indonesia, bagaimana kini para PMI di Hong Kong?

PMI di Hong Kong ini memang berbeda dari beberapa negara tujuan PMI. Umumnya PMI yang bekerja di Hong Kong merupakan unskilled worker dan mayoritas perempuan. Sebab warga Hong Kong memang lebih banyak membutuhkan PMI perempuan ini untuk menjaga anak, orang tua bahkan hewan peliharaan mereka. 

Dan saat ini sudah jauh lebih baik. Para PMI di sini juga sudah banyak yang tak hanya bekerja tapi juga meningkatkan skill atau keterampilan mereka. Saya sampaikan setiap bertemu mereka, jangan sampai mereka terus menerus hanya menjadi pekerja migran. Jadikan Hong Kong sebagai tempat terbaik untuk 'belajar'.

Alhamdulillah, sejak pertama saya datang ke sini kita membuat satuan tugas yang lebih fokus menjangkau PMI di lapangan. KJR juga membuka di ruangan khusus bagi mereka untuk bisa dipakai meningkatkan keterampilan setiap Ahad di waktu libur mereka. Ada namanya ruang Ramayana yang mampu menampung 150 orang. Ruang multifungsi, setiap Ahad pasti ada yang menggunakan ruangan itu. Buat pelatihan menulis, kursus bahasa inggris bahkan workshop membuat kue.

Pemerintah Hong Kong juga memberi keleluasaan penggunaan beberapa tempat di area publik, seperti Victoria Park, untuk menjadi tempat para PMI berkumpul. Di sana setiap Ahad mereka tak lagi sekadar kumpul, tapi juga mengasah keterampilan mereka. Dari 155 ribu PMI mereka membentuk komunitas-komunitas kecil lagi seperti komunitas make up, masak, fashion dan lainnya.

Baru-baru ini KJRI beri penghargaan untuk BNI, apa kriterianya sampai BNI bisa dapat itu? 

BNI merupakan satu-satunya bank milik Indonesia dengan lisensi penuh di Hong Kong. Nasabah BNI yang berasal dari diaspora Indonesia di Hong Kong juga sangat besar jumlahnya.

Selain itu, tak sekadar melayani urusan perbankan diaspora Indonesia di Hong Kong, BNI juga punya program keterampilan untuk PMI yang sejalan dengan apa yang dilakukan KJRI. Seperti kelas-kelas untuk meningkatkan skill para PMI sebagai bekal kalau nanti mereka kembali ke tanah air.

Apa target ke depan?

Tentunya pertama terkait ekonomi. Bagaimana perdagangan dan Investasi Hong Kong ke Indonesia bisa meningkat dan akses pasar untuk produk Indonesia di Hong Kong semakin luas. Wisatawan Hong Kong juga diharapkan lebih banyak yang datang ke Indonesia.

Terakhir targetnya adalah meningkatkan skilled worker. Di Macau sudah ada satu hotel yang meminta 100 pekerja Indonesia untuk ditempatkan di hotel dan restoran. Jadi kami berharap di Hong Kong juga akan lebih banyak skilled worker ini.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |