AKPRIND Ubah Suroloyo Jadi Destinasi Wisata Unggulan dengan 'Geowisata Kopi' Berbasis SIG

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Kawasan perbukitan Menoreh, khususnya Suroloyo di Samigaluh, Kulonprogo, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik di Yogyakarta. Namun, potensi ini belum sepenuhnya tergarap secara maksimal. Menyadari hal tersebut, tim ahli dari Universitas AKPRIND Indonesia bersama STIPRAM (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo) berkolaborasi dalam sebuah inisiatif ambisius: mengembangkan "Geowisata Kopi" yang terintegrasi dengan teknologi modern.

Proyek ini tidak hanya berfokus pada pengembangan pariwisata, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat lokal melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Ketua tim, Dr. Suwanto Raharjo, SSi, MKom, menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah menciptakan ekosistem wisata yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan kesejahteraan para petani kopi di Suroloyo.

Teknologi Tepat Guna untuk Kopi Berkelanjutan

Salah satu pilar utama proyek ini adalah mengoptimalkan teknologi digital sebagai media informasi. Sebuah situs web beralamat di suroloyo.id dikembangkan untuk memberikan informasi secara digital terhadap seluruh lahan kopi, jalur trekking, fasilitas wisata, hingga lokasi pengolahan kopi. Dengan situs ini, para wisatawan dapat mengakses informasi yang akurat melalui perangkat digital mereka.

"Ke depan Wisatawan dimungkinkan mengetahui secara spesifik dari mana biji kopi yang mereka minum berasal, siapa petani yang menanamnya, dan bagaimana prosesnya," jelas Dr Suwanto.

Peta interaktif ini juga mencakup informasi tentang jalur-jalur pendakian, spot-spot foto menarik, serta sentra kuliner lokal, menjadikan pengalaman wisata lebih mengasyikan. Selain itu, tim juga fokus pada peningkatan kualitas produk kopi dari hulu ke hilir dengan menerapkan sejumlah Teknologi Tepat Guna (TTG). Dr Aditha Agung Prakoso, ST, MSc, CHE, seorang ahli pariwisata dari STIPRAM, menekankan pentingnya sinergi antara teknologi dan pariwisata.

"Kami ingin memastikan bahwa setiap tahapan produksi kopi, mulai dari panen hingga penyajian memiliki standar yang tinggi. Ini akan meningkatkan nilai jual kopi Suroloyo di mata wisatawan," ungkapnya.

TTG: Mengubah Proses Tradisional Menjadi Lebih Efisien Untuk mewujudkan hal tersebut, sejumlah TTG canggih telah diinstal di lokasi. TTG ini mencakup: Mesin Pengupas Biji Kopi (Pulper): Alat ini membantu petani memisahkan biji kopi dari kulitnya secara lebih cepat dan efisien dibandingkan metode tradisional, sehingga mengurangi risiko kerusakan biji. Mesin Penggiling Kopi: Mesin ini memungkinkan biji kopi yang telah disangrai digiling menjadi bubuk dengan tingkat kehalusan yang konsisten, sesuai dengan preferensi pasar. Mesin Penepung Kopi: Khusus untuk biji kopi yang tidak memenuhi standar untuk minuman, mesin ini mengolahnya menjadi tepung kopi. Tepung ini dapat digunakan sebagai bahan baku produk olahan lain, seperti kue atau camilan, yang menambah nilai ekonomi bagi petani. Mesin Pengemasan: Alat ini membantu para petani mengemas produk kopi mereka secara profesional, menjaga kualitas, dan memberikan daya tarik visual yang lebih baik di pasaran. Ir Nur Widi Astanto, MT, dari Jurusan Teknik Geologi AKPRIND, menambahkan bahwa implementasi TTG ini tidak sekadar tentang teknologi, tetapi juga tentang edukasi.

"Kami melatih para petani untuk mengoperasikan alat-alat ini. Tujuannya agar mereka tidak hanya menjadi produsen, tetapi juga manajer produksi yang mampu mengelola kualitas produk mereka sendiri," jelasnya.

Dampak dan Masa Depan 'Geowisata Kopi'

Penerapan Geowisata Kopi di Suroloyo telah menunjukkan dampak positif yang signifikan. Petani kopi kini memiliki akses ke alat-alat modern yang meningkatkan efisiensi dan kualitas produk. Di sisi lain, wisatawan mendapatkan pengalaman yang unik, menggabungkan edukasi tentang kopi, keindahan alam, dan pemanfaatan teknologi. Dengan adanya SIG, wisatawan juga dapat dengan mudah merencanakan perjalanan mereka.

Mereka bisa menemukan lokasi perkebunan kopi organik, belajar langsung dari para petani tentang proses penanaman, hingga menikmati secangkir kopi segar di tengah panorama Suroloyo yang memukau. Proyek ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas disiplin ilmu yang melibatkan geografi, informatika, pariwisata, dan teknik sehingga dapat menciptakan solusi inovatif yang berkelanjutan.

'Geowisata Kopi' ini tidak hanya membuka jalan bagi pariwisata Suroloyo, tetapi juga menjadi model bagi pengembangan wisata berbasis kearifan lokal yang digabungkan dengan teknologi di seluruh Indonesia. Pada akhirnya, keberhasilan proyek ini akan diukur dari seberapa jauh kesejahteraan masyarakat Suroloyo meningkat, seberapa lestari lingkungan alamnya terjaga, dan seberapa besar Suroloyo dapat dikenal sebagai destinasi wisata kopi unggulan di kancah nasional maupun internasional. Ucapan terima kasih disampaikan pada AKPRIND University dan DPPM Kemendiktisainstek.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |