BI Tanggapi Soal Rupiah Lesu ke Rp 16.600: Jauh dari Kondisi Krisis 1998

6 days ago 19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh level Rp 16.600 per dolar AS pada perdagangan Selasa (25/3/2025). Hal ini menimbulkan adanya kekhawatiran mengenai ekonomi Indonesia menuju kondisi krisis, seperti yang terjadi pada 1998.

Menanggapi hal itu, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Solihin M Juhro mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih resilien, dan jauh dari kondisi krisis yang terjadi pada 1998 yang silam.

“Kondisinya completely different. Ada pertanyaan apakah masih jauh? tentunya saya berani afirmasi ini (kondisi ekonomi saat ini dibanding 1998) masih jauh,” kata Solihin dalam agenda Taklimat Media di Kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2025).

Solihin mengatakan, perbedaan jauh itu di antaranya lantaran Indonesia telah belajar banyak dari krisis keuangan Asia yang pernah terjadi sebelumnya. Ia berujar pada 1998, saat krisis keuangan Asia terjadi, dampaknya besar karena Indonesia kurang mampu mendeteksi kerentanan.

Dengan krisis itu, akhirnya Indonesia banyak belajar, seperti memperkuat regulasi dan memperkuat komunikasi kebijakan, sehingga Indonesia menjadi cukup kuat dalam menghadapi krisis global pada 2008 yang lalu. Diakui bahwa pertumbuhan ekonomi sempat melorot ke sekitar 4—4,5 persen, tapi tidak paling rendah dibandingkan peer countries.

“Kerentanan pada saat itu (19898) banyak sekali. Kerentanan-kerentanan yang ada, di sektor keuangan, utang dan lain-lain, itu enggak ada yang bisa mengidentifikasi dengan baik. Kalau sekarang mekanisme pengawalan SSK (stabilitas sistem keuangan)-nya lebih tepat,” ujar dia.

Lebih lanjut, Solihin menuturkan, kondisi rupiah di level Rp 16.600 per dolar AS mayoritas dipengaruhi oleh sentimen yang bersifat temporer. Menurutnya, pada dasarnya kondisi fundamental Indonesia masih baik, diliat dari data-data seperti pertumbuhan ekonomi yang masih tumbuh di atas 5 persen dan inflasi yang masih rendah di kisaran target 2,5 plus minus 1 persen. Sedangkan diketahui inflasi pada 1998 tercatat sangat tinggi yakni 77 persen.

“Dulu (lompatan rupiah) jauh dari Rp 2.800 langsung ke Rp 16.000 semua. Kalau yang sekarang kan merambat. Kita mengalami tekanan di atas Rp 16.000, kan (pergerakannya) dari Rp 15.000 jadi depresiasinya relatively moderat,” jelasnya.

“Lalu cadangan devisa kita saat itu juga masih sekitar 20 (miliar dolar AS), sekarang cadangan devisa 150 (miliar dolar AS),” lanjutnya.

Di samping itu, Solihin juga menyampaikan pada saat ini berbagai sektor, seperti korporasi, kondisi permintaan masih relatif baik. Begitu juga sektor rumah tangga masih punya topangan. Sehingga dari sisi demand maupun supply menunjukkan kondisi fundamental yang terjaga.

“Jadi, konteksnya kita tidak ada keraguan fundamental kita sangat baik, kita lebih resilien,” tegasnya.

Kendati demikian, Solihin menyampaikan Bank Sentral terus melakukan pemantauan dan monitoring terhadap perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, atau kondisi market secara luas. Ia memastikan ada upaya dalam menangani persoalan-persoalan yang ada.

“Yang jelas BI akan terus mengawal, terus menjaga, memonitor, dan juga mengawal dengan berbagai mekanisme koordinasi kebijakan dengan pemerintah,” jelasnya.

Solihin menekankan bahwa Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan mekanisme pasar dan kondisi fundamental. Jika kondisi ekonomi bagus, bisa dipastikan pergerakan nilai tukar rupiah tidak akan gonjang-ganjing.

“Kami pastikan smoothen yaitu menghilangkan volatilitas yang tidak perlu. Pokoknya kita berjaga agar stabil dan memberikan kepastian dan akan berkontribusi pada upaya menjaga stabilitas rupiah, inflasinya juga rendah,” terangnya.

Diketahui, rupiah sempat menembus angka Rp 16.600 per dolar AS pada Selasa (25/3/2025). Angka tersebut merupakan level terendah sejak krisis 1998. Namun, pada Rabu (26/3/2025) pergerakan rupiah kembali rebound dan terpantau ditutup di level Rp 16.587,5 per dolar AS.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |