REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Kecurigaan mengenai tindakan pasukan penjajahan Israel (IDF) menyembunyikan jumlah sebenar pasukan yang tewas dan terluka di Gaza kembali menguat. Angka resmi dinilai hanya mencakup sebagian kecil dari total yang tewas dan terluka di Gaza.
Dalam artikel yang dimuat di surat kabar Israel Ha-Makom, penulis Reutal Khobel menyatakan bahwa terdapat kesenjangan besar antara angka resmi yang dikeluarkan tentara Israel mengenai jumlah korban jiwa, yang menunjukkan sekitar 5.881 orang luka-luka, dan data yang diberikan oleh Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel, yang menambah jumlahnya menjadi sekitar 15.000 orang cedera.
Dia mencatat bahwa perbedaan-perbedaan ini membuka pintu bagi berbagai hipotesis: apakah tentara sengaja meremehkan jumlah korban, departemen rehabilitasi melebih-lebihkan perkiraan tersebut, atau definisi hukum dan administratif dari “terluka” tidak seragam dan tidak mencakup semua orang.
Penulis menyinggung kebijakan militer Israel pada awal perang, yang menolak mengungkapkan jumlah korban, dan pengumuman resmi hanya sebatas jumlah korban tewas.
Angka resmi pertama, yang dirilis pada akhir November 2023, melaporkan bahwa sekitar 1.000 tentara terluka selama perang yang berlangsung sekitar satu setengah bulan tersebut. Kemudian, sebuah laporan diterbitkan di Yedioth Ahronoth yang menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 tentara telah tiba di rumah sakit, selain 1.000 tentara reguler lainnya yang terluka.
Namun jumlah ini dengan cepat menghilang dari liputan media resmi dan digantikan oleh statistik lain yang menyebutkan sekitar dua ribu kasus disabilitas militer baru sejak 7 Oktober 2023.
Dengan meningkatnya tekanan media, militer Israel mulai menerbitkan pembaruan harian mengenai jumlah korban luka pada 10 Desember 2023. Menurut Roytal Khobel, ada sekitar 10.000 tentara yang "hilang" dari statistik angkatan darat, menurut data dari departemen sumber daya manusia.
Pada bulan Maret 2025, seorang reporter mengutip pernyataan tentara bahwa lebih dari 12.000 tentara telah terluka atau terbunuh sejak awal perang, sementara hanya sekitar 2.000 orang yang terluka tercatat dalam daftar sumber daya manusia tentara.
Yang lebih aneh lagi adalah keputusan militer untuk tidak menghitung mereka yang mengalami luka ringan atau mereka yang tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai korban luka, dan mengecualikan korban trauma psikologis, dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah korban luka dan menutupi korban jiwa akibat perang.
Penulis mencatat bahwa selama sesi Knesset, angka-angka yang bertentangan disajikan, menunjukkan bahwa ada sekitar 78.000 orang yang terluka, sebagian besar dari mereka adalah tentara cadangan, 51 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun, menurut pernyataan seorang pejabat Kementerian Pertahanan.
Roytal Khobel menegaskan bahwa media resmi tidak menganggap serius jumlah korban jiwa. Jurnalis militer hanya melaporkan angka-angka tersebut tanpa memverifikasi atau mempertanyakan keakuratannya, sehingga membiarkan pihak militer menyembunyikan angka sebenarnya. Hal ini memperkuat pandangan bahwa ada upaya yang sedang dilakukan untuk memanipulasi angka-angka tersebut untuk meminimalkan tingkat penderitaan dan kerugian yang disebabkan oleh perang dan menyembunyikan kebenaran dari semua orang.
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, mengutip sumber-sumber militer, bahwa 35 tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak awal perang di Jalur Gaza hingga akhir tahun 2024, peningkatan signifikan dalam jumlah kasus bunuh diri sejak pengumuman terakhir mengenai hal tersebut oleh Radio Tentara Israel pada awal Januari 2025.
Surat kabar itu menambahkan bahwa tentara Israel menolak untuk mengungkapkan jumlah tentara yang melakukan bunuh diri tahun ini, namun mengutip sumber yang mengatakan bahwa tujuh tentara telah melakukan bunuh diri sejak awal tahun, dengan alasan perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Surat kabar tersebut juga melaporkan, dengan mengutip sumber, bahwa tentara Israel telah menguburkan banyak tentara yang melakukan bunuh diri sejak awal perang tanpa pemakaman atau pengumuman militer. Pada awal Januari 2025, Radio Tentara Israel melaporkan bahwa 28 tentara Israel melakukan bunuh diri sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, termasuk 16 tentara cadangan.