Jiwa Negarawan ‘Kumbakarna’ Pada Sosok Kang DS

6 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kumbakarna adalah sosok satria dalam kisah pewayangan Ramayana. Sosok ini tergolong bangsa arya di kerajaan Alengka yang dipimpin oleh tokoh Rahwana atau Dasamuka. Seperti diketahui kebanyakan orang, Rahwana merupakan raja murka yang terpikat oleh istri Rama, yakni Sinta.

Saking terpikat oleh kecantikan Sinta, Rahwana menggulirkan titahnya sebagai raja untuk menculik Sinta. Perbuatan itulah yang memicu terjadinya peperangan antara Rama dan Rahwana. Rama yang merupakan pangeran dari negara Ayodhya mendapat bantuan dari bangsa kera dengan panglima perangnya bernama Hanoman.

Serangan Rama bersama pasukan kera berhasil memporakporandakan negara Alengka, termasuk para satrianya. Salah satunya yang menjadi korban adalah Kumbakarna. Walau berwujud raksasa, Kumbakarna merupakan adik dari Rahwana yang memiliki prinsip hidup jujur, adil, menyayangi rakyat dan negarawan.

Hanya karena takdir, sosok Kumbakarna harus terlahir di negara yang dipimpin oleh raja murka (Rahwana). Di kisah Mahabrata, figur bernasib serupa ada pada tokoh Bisma. Mari kita kembali pada sosok Kumbakarna.      

Kumbakarna yang banyak menghabiskan waktunya bersemedi alias ni’is dengan cara tidur, terpaksa harus terjun ke medan perang atas permintaan Rahwana. Untuk membangunkan tidurnya yang super pulas, suruhan Raja Rahwana itu sampai harus mencabut bulu kaki Kumbakarna.

Ayah dari Aswani Kumba dan Kumba Aswani itu terbangun dan termenung ketika mendengar kabar perintah untuk ikut berperang. Sifat jujur dan adilnya seolah tidak mengizinkan untuk ikut berperang membela kakanya (Rahwana) yang terbukti berbuat salah, yaitu menculik Sinta.

Dari sekian alasan untuk menuruti permintaan berperang, Kumbakarna akhirnya menemukan alasan bahwa dirinya harus ikut berperang. Apa itu? Sebagai negarawan, Kumbakarna terpanggil untuk melindungi negaranya dari serangan musuh.

Berangkatnya Kumbakarna ke medan perang, tidak diniatkan untuk membela kakaknya (Rahwana). Tetapi diniatkan untuk menjaga rakyat dan infrastruktur yang dihancurkan oleh pihak musuh. Nilai kecintaan kepada rakyat dan tanah airnya yang memanggil Kumbakarna untuk ikut berperang.

Kisah jihad Kumbakarna ini menjadi judul pertunjukkan Wayang Golek dengan Ki Dalang Dadan Sunandar Sunarya di Dome Balerame, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, 21 April 2025. Pertunjukan wayang dengan judul ‘Kumbakarna Gugur’ yang disaksikan ribuan warga itu, dalam rangka memeringati Hari Jadi Kabupaten Bandung ke-384.

Hadir dalam ajang hiburan rakyat wayang golek itu, Bupati Bandung Dr. H.M. Dadang Supriatna berserta istri, Wakil Bupati Bandung Ali Syakieb, Sekda Kabupaten Bandung Dr Cakra Amiyana, Kepala Disparbud Kabupaten Bandung Wawan A Ridwan, serta para kepala dinas lainnya, dan sejumlah tokoh Kabupaten Bandung di antaranya H. Tubagus Raditya Indrajaya.

Gubernur Jabar H Dedi Mulyadi juga sempat hadir di tengah pertunjukkan. Kang Dedi Mulyadi (KDM), panggilan akrab gubernur Jabar, sempat juga tampil di sesi lawakan bersama artis Sule dan Ohang untuk menghibur warga Kabupaten Bandung. Tidak lama setelah sesi lawakan, KDM meninggalkan arena pertunjukkan wayang.  

Kembali lagi ke sosok Kumbakarna. Tidak berlebihan jika nilai dan filosofi jihad pada sosok Kumbakarna itu patut dicontoh oleh kita semua, khususnya para pemangku kebijakan termasuk pejabat. Terlebih kita ditakdirkan berada di negara repeh rapih kerta raharja (aman tentram, rukun tertib, dan sejahtera lahir batin.RED).  

Dalam pertunjukkan wayang itu, ki dalang sempat mengutarakan bahwa Bupati Bandung Dr. H.M. Dadang Supriatna memiliki sifat negarawan yang mirip dengan sosok Kumbakarna. Kemajuan Kabupaten Bandung sekian tahun ini menjadi alasan terpilihnya kembali Kang DS, panggilan akrab Dadang Supriatna, sebagai bupati Bandung periode 2025-2030.

Kang DS merupakan sosok humble yang mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Dalam beberapa kegiatan yang menghadirkan warga, termasuk dalam ajang Wayang Golek tersebut, warga berebut ingin berfoto dan menyalami Kang DS.

Republika menyaksikan langsung, Kang DS yang malam itu tanpa ajudan dan pengawalan, membiarkan warganya menghampiri untuk sekedar mengucapkan ucapan terima kasih atas pembangunan yang dirasakan, lalu berfoto.

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertunjukkan Wayang Golek berjudul Kumbakarna Gugur. Di antaranya, sebagai warga negara harus memiliki jiwa negarawan dan mencintai tanah airnya. Presiden, gubernur, bupati dan wali kota akan berganti sosok karena periodesasi, namun kecintaan kita terhadap tanah air tidak boleh pudar.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Bandung ke-384.    

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |