REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) dalam Public Expose Tahunan memaparkan sejumlah rencana strategis ambisius untuk beberapa tahun ke depan. Perseroan menargetkan pendapatan hingga ratusan miliar rupiah melalui pengembangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) dan pemanfaatan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL).
Sebelumnya, INET menyelenggarakan Public Expose Tahunan secara daring. Acara ini dibuka oleh Komisaris Independen INET, Cahyana Ahmad Jayadi, dan dilanjutkan oleh jajaran Direksi. Direktur Utama INET, Muhammad Arif, memulai paparan dengan menjelaskan sekilas tentang Perseroan.
Dalam public expose tersebut Direktur Keuangan INET, Bayu Satrio, menyampaikan beberapa raihan kinerja keuangan INET. INET membukukan kenaikan aset setiap tahun sejak 2021 hingga akhir 2024, dengan total mencapai Rp 251,5 miliar.
Bayu mengungkapkan, dari segi laporan laba rugi, pertumbuhan signifikan mulai terlihat di tahun 2023, saat pendapatan melonjak menjadi Rp 28,9 miliar, meningkat 44,82 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di kuartal pertama 2024, pendapatan tercatat sebesar Rp 7,7 miliar, dan meningkat menjadi Rp 12 miliar pada Maret 2025—tumbuh 56,04 persen secara tahunan (YoY).
"Ini menandakan momentum pertumbuhan bisnis mulai berjalan lebih kuat sejak awal tahun 2025."
Pada pemaparan selanjutnya, Muhammad Arif juga menyampaikan beberapa rencana strategis INET untuk tahun-tahun ke depan. Perseroan telah mendirikan Entitas baru, yaitu PT Internet Anak Bangsa (IAB). Anak usaha ini fokus pada kegiatan usaha sebagai kontraktor pembangunan jaringan Fiber To The Home (FTTH) bagi para perusahaan Internet Service Provider (ISP). Perseroan menargetkan 1 juta pembangunan homepass baru.
Melalui entitasnya itu, INET sedang dalam proses mendapatkan proyek penggelaran FTTH yang menargetkan market secara spesifik dengan layanan lebih terjangkau. Selain pembangunan, proyek ini akan memberikan recurring income untuk pemeliharaan pada aset yang dibangun.
Adapun target pendapatan dari proyek 1 juta pembangunan FTTH ini mencapai Rp 240 miliar dan recurring income dari pemeliharaan per tahun mencapai Rp 192 miliar. Dengan demikian, proyeksi pendapatan INET dari proyek ini per tahun mencapai Rp 432 miliar.
Selain itu, melalui anak usaha PFI, Perseroan menjalin kerja sama Indefeasible Right of Use (IRU) dengan PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR), melalui anak perusahaan KETR, PT Jejaring Mitra Persada.
Melalui perjanjian ini, Pusat Fiber Indonesia akan memanfaatkan aset Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang membentang dari Jakarta menuju Singapura yang akan dibangun bersama oleh Triasmitra Group dan PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA). Saat ini, Perseroan telah memiliki beberapa daftar klien potensial yang akan menjadi pengguna produk layanan terbaru dari Perseroan ini.
Lebih lanjut, Perseroan menyampaikan sehubungan dengan pemberitaan sebelumnya tentang penandatanganan kerjasama INET melalui anak usaha PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) dengan PT Jejaring Mitra Persada (JMP), anak usaha dari PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR).
Isi berita tersebut berpotensi menimbulkan salah persepsi seolah-olah INET bekerjasama dengan KETR untuk bersama-sama membangun jaringan SKKL dari Jakarta ke Singapura (Rising 8).
Maka, pihaknya menyampaikan bahwa kerja sama tersebut adalah IRU SKKL MIC 2 (B2JS) Tanjung Pinggir (Batam) - Tanah Merah (Singapore) dan SKKL Rising 8 segmen Tanjung Pakis (Jakarta) - Tanjung Bemban (Batam) dimana JMP sebagai pemilik SKKL dan PFI sebagai pemegang IRU. Sehingga, kami meluruskan bahwa posisi PFI bukan sebagai mitra/partner dalam membangun/menggelar SKKL Rising 8 melainkan sebagai mitra pemegang IRU yang nantinya akan memiliki hak pemanfaatan SKKL tersebut.