Menasihati Tanpa Menggurui

1 week ago 20

Image Joko Susanto

Agama | 2025-01-28 12:49:56

Saya mempunyai sebuah buku yang saya dapatkan di toko buku Al Huda. Toko milik Pak Suyanto itu berada di komplek Pasar Sore Pamekasan, Madura. Saya ke sana sekitar enam tahun silam. Judul buku bersampul putih biru itu adalah 'Detik- detik Penuh Makna' karya Abdul Malik al-Qasim.

Buku Detik-Detik Penuh Makna

Tanpa ba-bi-bu, gak usah belak-belok, inilah cuplikannya. Ketika seorang sahabat Nabi bernama Abu Darda ra. melintas di suatu tempat, dia melihat sekelompok orang sedang melakukan perbuatan mencurigakan. Setelah didekati, ternyata mereka mengerumuni, memukuli, dan mencaci maki seorang lelaki.

Abu Darda pun segera menghampiri mereka lalu bertanya, "Ada apa ini?"

Mereka menjawab, "Lelaki ini telah melakukan dosa besar."

Demi mendengar penjelasan seperti itu, Abu Darda berkata, "Bagaimana menurut kalian kalau sekiranya ia terjatuh ke dalam sebuah sumur, apakah kalian akan membantu mengeluarkannya?"

Dengan kompak mereka menjawab, "Ya, tentu saja."

Mendengar jawaban demikian, Abu Darda melanjutkan, "Kalau begitu, janganlah kalian mencaci maki dan memukulnya. Seharusnya, tutuplah aibnya, bimbinglah ia, dan bersyukurlah kepada Allah SWT karena telah memelihara kalian dari perbuatan dosa tersebut."

Orang-orang yang berkerumun itu lalu bertanya, "Apakah Anda tidak membencinya?"

Abu Darda ra. menjawab, "Saya membenci perbuatannya. Tetapi jika dia sudah tidak melakukan dosa besar lagi, dia adalah saudara saya."

Mendengar langsung penuturan dari Abu Darda, lelaki yang tadi dipukuli orang tersebut menangis dan bertaubat kepada Allah."

Pembaca budiman, dalam surat An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman: "Serulah (manusia) ke jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

Karyawan toko buku Al-Huda Pamekasan (Foto oleh Pak Suyanto)

Kisah kedua yang akan saya bagikan tercantum dalam buku pintar Akhlak goresan pena Dr. Amr Khaled.

Dituliskan bahwa Hasan dan Husein, dua cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW, memiliki tempat istimewa dalam sejarah Islam. Mereka adalah putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra. Sejak kecil, mereka tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan cinta, kebijaksanaan, dan bimbingan langsung dari Rasulullah, kakeknya. Kisah hidup mereka penuh dengan teladan cerminan kesalehan, keberanian, dan pengabdian pada ajaran Islam.

Hasan dan Husein tumbuh di lingkungan yang dekat dengan Rasulullah. Mereka sering menyertai kakeknya dalam berbagai kesempatan.

Salah satu kisah terkenal adalah ketika Hasan dan Husein melihat seorang pria yang berwudhu dengan cara yang belum benar. Alih-alih menegurnya secara langsung, mereka berdua berpura-pura berdebat tentang siapa yang wudhunya paling benar, dan meminta pria tua itu untuk menilai mereka.

Keduanya menemui pria itu, Hasan lalu berkata, "Tuan, saudaraku ini mengaku wudhunya lebih baik daripada cara wudhuku. Sedangkan saya bersumpah, saya sudah berwudhu seperti yang dilakukan Rasulullah. Oleh karena itu, berilah penilaian, cara wudhu mana yang paling baik antara saya dan dia. Tolong perhatikan wudhunya dan wudhuku. Selanjutnya katakan, mana wudhu di antara kami yang sesuai dengan contoh dari Rasulullah."

Hasan wudhu terlebih dahulu, lalu disusul Husein.

Setelah melihat wudhu mereka, tidak lama kemudian lelaki itu berkata, "Demi Allah, saya tidak berwudhu seperti yang dilakukan Hasan dan Husein."

Dari peristiwa ini, kita dapat menelisik cara mereka mengingatkan orang lain secara luar biasa. Terdapat kecerdasan emosi dan etika yang demikian tinggi. Mengandung dimensi kejernihan nurani. Sebuah seni menasihati tanpa harus menggurui. Wallahu a'lam.

(Sidoarjo, 28 Januari 2025)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |