
Kecintaan dunia terhadap pakaian tidak melambat—begitu pula dengan biaya lingkungannya. Namun, penelitian baru yang menarik dari University of Nebraska–Lincoln akhirnya dapat menawarkan cara untuk membuat mode lebih ramah lingkungan.
Peneliti Yiqi Yang telah mengembangkan teknologi daur ulang fiber-to-fiber pertama yang berhasil yang dapat menghilangkan pewarna, memisahkan campuran serat yang berbeda, dan membuat serat baru berkualitas tinggi dari tekstil lama.
Dalam 20 tahun terakhir, produksi serat telah berlipat ganda. Saat ini, kita menggunakan lebih dari 125 juta metrik ton serat setiap tahun.
Yang, seorang profesor tekstil, perdagangan, desain mode, dan rekayasa sistem biologis, mengatakan tidak realistis untuk menanam cukup banyak kapas atau memelihara cukup banyak domba untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat ini.
Akibatnya, kita menggunakan lebih banyak serat sintetis, tetapi serat sintetis juga memiliki masalah, seperti polusi mikroplastik.
Menemukan cara untuk mendaur ulang serat yang ada menjadi serat baru sangatlah penting.
Saat ini, sebagian besar daur ulang tekstil memecah pakaian lama menjadi produk berkualitas rendah, seperti insulasi atau isian.
Daur ulang pakaian ke pakaian yang sesungguhnya sangat terbatas dan tidak dapat dilakukan dalam skala besar.
Metode daur ulang mekanis memang ada, tetapi merusak serat, dan memerlukan penambahan lebih dari setengah serat baru untuk menghasilkan benang yang dapat digunakan.
Tantangan sebenarnya adalah menangani pewarna dan kain campuran. Pewarna dibuat untuk mengikat erat pada serat, sehingga sangat sulit dihilangkan.
Campuran serat alami dan sintetis juga mempersulit daur ulang.
Tim Yang, termasuk mahasiswa doktoral Yuanyi Shao, mengembangkan sistem berbasis air yang dapat menghilangkan pewarna tanpa merusak serat itu sendiri.
Sistem ini juga mendaur ulang pelarut dan pewarna yang digunakan dalam proses tersebut, sehingga metode ini menjadi lebih berkelanjutan.
Hasil penelitian mereka, yang dipublikasikan dalam Resources, Conservation and Recycling, menunjukkan bahwa sistem ini bekerja pada berbagai jenis tekstil, termasuk katun, campuran katun-poliester, akrilik, wol, dan bahkan karpet.
Dalam satu penelitian, mereka berhasil menghilangkan pewarna dari denim bekas dan menghasilkan serat selulosa buatan yang kualitasnya bahkan lebih baik daripada yang terbuat dari bubur kayu.
Yang mengajukan paten untuk teknologi tersebut dan yakin teknologi itu dapat ditingkatkan untuk penggunaan industri.
Namun, ia menekankan bahwa minat dari mitra industri akan sangat penting karena mendirikan fasilitas daur ulang skala besar membutuhkan investasi besar.
Selain mendaur ulang serat lama, tim Yang juga mengeksplorasi cara membuat tekstil baru dari limbah pertanian, seperti bulu ayam.
Tujuan keseluruhan mereka adalah membuat industri tekstil lebih berkelanjutan dengan mengurangi kebutuhan akan serat baru dan menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan kembali serat yang sudah kita miliki.
Yang yakin bahwa tanpa inovasi ini, mustahil untuk memenuhi permintaan tekstil dunia yang terus meningkat dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.