Menilik Peristiwa Pertempuran Lima Hari Semarang Lewat Arsip

2 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kamran Dikarma

"Keadaan Semarang agak genting. Tempat jang penting2 tetap ditangan kita", demikian bunyi tajuk berita utama di surat kabar Warta Indonesia yang terbit di Semarang pada 15 Oktober 1945. Berita tersebut menginformasikan tentang serangan yang mulai dilancarkan pasukan Jepang di Semarang (Kido Butai) pada malam hari tanggal 14 Oktober 1945, sehari sebelum meletusnya Pertempuran Lima Hari. 

Halaman muka surat kabar Warta Indonesia tanggal 15 Oktober 1945 menjadi salah satu arsip yang ditampilkan dalam pameran bertajuk "Ketika Api Menyala di Semarang". Pameran itu digelar di Rumah Pohan, Kota Lama Semarang, pada 9-17 Oktober 2025. 

"Jenderal (Abdul Haris) Nasution menyebut Pertempuran 5 Hari sebagai bentrokan akbar pertama antara militer resmi Indonesia melawan kekuatan militer asing. Ia mendahului peristiwa 10 November (1945) di Surabaya," kata Kesit Widjanarko, anggota tim kuratorial Rumah Pohan, ketika diwawancara Republika, Jumat (17/10/2025). 

Kesit menambahkan, hal itu dituliskan Jenderal AH Nasution dalam bukunya yang berjudul Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. "Sebelum Pertempuran Lima Hari ada kejadian-kejadian seperti Bandung Lautan Api. Tapi itu gerakan mundur, tidak ada pertempuran," ujarnya. 

Dia menerangkan, surat kabar yang ditampilkan dalam pameran Ketika Api Menyala di Semarang merupakan koleksi pribadi Pohan dan Sylvie Probowati, pasangan suami istri pemilik Rumah Pohan, yang juga dikenal sebagai kolektor arsip serta barang-barang kuno atau langka. Menurut Kesit, Pohan memiliki koleksi lengkap surat kabar Warta Indonesia yang terbit sepanjang Oktober 1945. 

Pohan kemudian mengusulkan kepada Kesit, yang juga merupakan manajer Rumah Pohan, untuk menggelar pameran dengan tema terkait peristiwa Oktober 1945 di Semarang. "Pikiran saya langsung melayang ke Pertempuran Lima Hari di Semarang yang tahun ini memang (peringatan ke) 80 tahun," ucapnya.

Proses persiapan pameran, termasuk riset dan kurasi arsip, memakan waktu empat bulan. Karena keterbatasan ruang, Kesit memilih halaman muka surat kabar yang menunjukkan eskalasi hingga pecahnya Pertempuran Lima Hari Semarang.  

Kesit mengungkapkan, pada 15 Oktober 1945, harian Warta Indonesia terbit dengan judul berita utama "Keadaan Semarang agak genting. Tempat jang penting2 tetap ditangan kita". Namun sepanjang Pertempuran Lima Hari yang berlangsung hingga 20 Oktober 1945, Warta Indonesia berhenti terbit.

Dua hari pascapertempuran yakni pada 22 Oktober 1945, Warta Indonesia kembali terbit dengan tajuk berita utama berjudul "Insiden Semarang telah selesai. Penghidoepan sehari-hari moelai normaal lagi". Pada halaman muka edisi tersebut, turut terdapat maklumat gubernur Jawa Tengah kala itu, yakni Wongsonegoro. Maklumat itu berisi perintah untuk menghentikan pertempuran. 

"Kalau kemudian ada orang bertanya 'Apa sih isi maklumat atau pernyataan formal pemerintah Jawa Tengah yang pertama kepada publik?' Ini isinya: perintah untuk berhenti tembak-menembak," kata Kesit merujuk pada maklumat Wongsonegoro.

Selain arsip surat kabar, dalam pameran Ketika Api Menyala di Semarang, Kesit juga menghadirkan sejumlah arsip foto yang menggambarkan situasi di Semarang sepanjang Oktober 1945. Salah satu foto menampilkan prosesi pemakaman korban yang diduga tewas selama Pertempuran Lima Hari. 

Foto-foto yang ditampilkan merupakan hasil jepretan David Soltau. Dia adalah pendokumentasi untuk Relief Administration Prisoners of War and Internees (RAPWI). 

Kesit memperoleh foto-foto Soltau dari Imperial War Museum dan Leiden University Digital Collection. "Pihak kita, Indonesia, tidak mempunyai bukti foto apapun terkait peristiwa ini (Pertempuran Lima Hari). Sejauh ini saya tidak menemukan bukti foto apa pun dari pihak kita. Semua foto yang dipamerkan di sini dipotret oleh David Soltau," ucapnya.  

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |