Mengapa Kita Terbawa Suasana? Penjelasan Biopsikologi di Balik Lagu About You - The 1975

3 hours ago 3

Image Cinta Laila

Eduaksi | 2025-10-18 20:34:00

https://share.google/images/IRDjt9j6gRH4Yjijx

Musik memang memiliki kekuatan yang tak terduga, bisa membuat seseorang tersenyum, menangis, atau bahkan mengingat kenangan lama. Hal ini sering terjadi tanpa disadari, terutama saat mendengarkan lagu yang penuh makna emosional seperti About You dari The 1975. Lagu ini memiliki melodi lembut, lirik yang melankolis, dan nuansa nostalgia yang kuat, sehingga banyak orang merasa seperti mengulang kenangan masa lalu. Penulis memilih judul ini karena fenomena ini bukan hanya tentang perasaan, melainkan juga proses biologis yang bisa dilihat dari sudut pandang biopsikologi cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara otak, sistem saraf, dan perilaku manusia.

Ketika seseorang mendengar lagu sedih seperti About You, otak secara otomatis mengaktifkan bagian amigdala, yang bertugas mengatur emosi seperti sedih, rindu, atau takut.

Namun, amigdala tidak bekerja sendirian, melainkan bekerja sama dengan hippocampus, bagian yang bertugas menyimpan ingatan jangka panjang. Kombinasi dua struktur ini membuat musik bisa memicu kenangan emosional yang terkubur. Ketika lagu itu terdengar, hippocampus mengingat kembali pengalaman masa lalu seperti masa remaja, hubungan masa lalu, atau kehilangan sedangkan amigdala membangkitkan emosi yang dulu terasa. Ini menjelaskan mengapa seseorang bisa merasa sedih tiba-tiba atau terharu saat mendengar lagu tertentu.

Otak tidak hanya memproses suara dan lirik, tetapi juga menghubungkannya dengan pengalaman pribadi. Setiap nada musik menjadi seperti kunci yang membuka kembali kenangan dan emosi yang lama tersembunyi. Contohnya, jika About You sering didengarkan saat mengalami perpisahan atau masa transisi, maka lirik dan nada lagu tersebut akan terukir dalam ingatan emosional seseorang.

Yang menarik adalah meskipun About You memiliki nuansa sedih, banyak orang justru merasa nyaman atau bahkan menikmati keadaan melankolis itu. Hal ini bisa terjadi karena dopamin, zat kimia yang menghasilkan rasa senang dan puas, ikut terlibat. Menurut penelitian Salimpoor et al. (2011), saat seseorang mendengarkan musik yang sangat menyentuh, otak melepaskan dopamin di area nucleus accumbens, yang juga aktif saat seseorang mendapatkan kesenangan besar, seperti makan makanan favorit atau jatuh cinta. Jadi, meskipun lagu sedih menimbulkan perasaan sedih, otak justru menganggapnya sebagai pengalaman yang memuaskan secara biologis. Itulah sebabnya orang masih mendengarkan lagu galau berulang kali—bukan karena ingin bersedih, tetapi karena otak menemukan kenikmatan dari kejujuran emosi itu.

Selain itu, musik juga bisa membangkitkan nostalgia. Barrett dan tim (2010) menjelaskan bahwa nostalgia melalui musik membantu membentuk identitas diri dan memberi rasa stabil dalam emosi. Saat mendengarkan About You, seseorang mungkin teringat masa ketika lagu itu masih populer atau mengingat seseorang yang dulu dekat. Dalam sudut pandang biopsikologi, hal ini melibatkan korteks prefrontal, bagian otak yang terlibat dalam berpikir reflektif dan kesadaran diri. Aktivasi bagian ini membuat seseorang tidak hanya merasakan emosi, tetapi juga merenung maknanya, misalnya dengan berpikir, "Lagu ini seperti kisah hidupku," atau "Aku rindu versi diriku dulu." Jadi, musik bukan hanya hiburan, tetapi juga alat untuk merefleksikan pengalaman hidup dan emosi yang pernah dirasakan.

Fenomena terbawa suasana juga bisa dijelaskan melalui sistem limbik, pusat pengatur emosi dalam otak, yang mencakup amigdala, hippocampus, dan hipotalamus.

Juslin dan Västfjäll (2008) menyebut bahwa musik bisa memicu reaksi fisik seperti merinding, menangis, atau jantung berdebar—fenomena yang disebut emotional contagion, yaitu ketika emosi dalam musik, seperti nada minor atau tempo lambat, menular ke pendengar melalui sistem saraf otonom. Karena itu, ketika mendengarkan About You, tubuh ikut merespons: napas perlahan, jantung memperlambat, dan perasaan hampa muncul. Respons ini membuktikan bahwa emosi yang dipicu oleh musik bersifat biologis, bukan hanya psikologis. Lebih jauh lagi, musik bisa berfungsi sebagai "mesin waktu emosional."

Phelps (2004) menjelaskan bahwa hubungan antara amigdala dan hippocampus membuat kenangan emosional lebih kuat dibanding kenangan biasa. Saat mendengar About You, otak tidak hanya mengingat peristiwa masa lalu, tetapi juga mengembalikan suasana emosional dari masa itu. Akibatnya, pendengar merasa seolah kembali ke masa tertentu—mungkin masa remaja, awal kuliah, atau momen kehilangan—dengan perasaan yang masih segar. Musik bisa menjadi jembatan biologis antara masa lalu dan masa kini.

Dari sudut pandang biopsikologi, mendengarkan lagu sedih seperti About You adalah gabungan antara aktivitas otak, respons hormon, dan proses reflektif manusia. Emosi yang muncul bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari adaptasi otak untuk memahami pengalaman hidup. Lagu tersebut bukan hanya mengingat masa lalu, tetapi juga membantu manusia mengatur emosi, memahami kehilangan, dan memperkuat jati diri.

Jadi, fenomena merasa terbawa suasana saat mendengar lagu sedih bukanlah hal yang mudah. Musik bisa memengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan perasaan, membuat tubuh melepaskan zat kimia bernama dopamin, serta melibatkan area otak seperti hippocampus dan korteks prefrontal untuk menghubungkan emosi dengan kenangan. Lagu About You dari The 1975 menunjukkan bagaimana musik bisa melewati waktu dan menyentuh hal-hal dalam diri manusia yang paling dalam. Lagu itu tidak hanya membuat kita teringat pada seseorang atau masa lalu, tetapi juga menggambarkan betapa kompleks dan indahnya hubungan antara otak, perasaan, dan kenangan. Pada akhirnya, musik adalah cara alami tubuh kita untuk merasakan kehidupan.

Daftar Pustaka

Barrett, F. S., Grimm, K. J., Robins, R. W., Wildschut, T., Sedikides, C., & Janata, P. (2010). Music-evoked nostalgia: Affect, memory, and personality. Emotion, 10(3), 390–403.

Juslin, P. N., & Västfjäll, D. (2008). Emotional responses to music: The need to consider underlying mechanisms. Behavioral and Brain Sciences, 31(5), 559–621.

Levitin, D. J. (2006). This Is Your Brain on Music: The Science of a Human Obsession. New York: Dutton.

Phelps, E. A. (2004). Human emotion and memory: Interactions of the amygdala and hippocampal complex. Current Opinion in Neurobiology, 14(2), 198–202.

Salimpoor, V. N., Benovoy, M., Larcher, K., Dagher, A., & Zatorre, R. J. (2011). Anatomically distinct dopamine release during anticipation and experience of peak emotion to music. Nature Neuroscience, 14(2), 257–262.

Cinta Laila Nurlita, mahasiswa Sarjana Psikologi - Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |