Felin Agustina
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-18 16:40:07

Suasana di Balik Kesibukan IGD
Suara langkah cepat dan bunyi alat medis seolah menjadi musik khas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Di balik hiruk-pikuk itu, ada wajah-wajah yang berjuang antara harapan dan kecemasan. Saya melihat betapa perawat menjadi awal yang paling depan, bukan hanya dalam tindakan medis, namun pula dalam memberikan ketenangan kepada setiap pasien yang datang.
Pengamatan saya di IGD memberikan gambaran bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya fokus menangani penyakit. Lebih dari itu, pelayanan yang baik dimulai dari pendekatan empati. Ketika seorang pasien datang dengan perasaan sakit dan takut, kata-kata lembut dari perawat seperti "tenang ya, kami bantu sebisanya" memiliki kekuatan yang luar biasa. Dari sini saya mengerti bahwa empati adalah obat pertama sebelum tindakan medis dimulai.
Makna Empati dalam Pelayanan Kesehatan
Di tengah batasan waktu dan banyaknya pasien yang perlu ditangani segera, para profesional kesehatan tetap memperlihatkan ketenangan dan sikap profesional yang sangat mengagumkan. Saya sendiri menyaksikan bagaimana mereka dapat menyeimbakan kecepatan dalam melakukan tindakan medis dengan ketulusan dalam berkomunikasi dengan pasien. Setiap langkah yang mereka ambil bukan hanya sekedar tugas sehari-hari, tetapi juga merupakan wujud nyata dari nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar dalam pelayanan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan disebut sebagai asuhan keperawatan holistik, yaitu cara yang memandang pasien sebagai individu yang utuh, tidak hanya dari segi fisik tetapi juga meliputi aspek emosional, sosial, serta spiritual. Dalam praktiknya, seorang perawat tidak hanya berkonsentrasi pada penyembuhan luka atau pemberian obat, tetapi juga memiliki peran untuk menenangkan jiwa dan memberikan rasa aman kepada pasien. Sapaan yang lembut, komunikasi yang penuh empati, serta kesediaan untuk mendengarkan keluhan pasien menjadi elemen penting dalam proses penyembuhan yang sesungguhnya.
Belajar Menjadi Perawat yang Peka
Saya menyadari bahwa empati bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada, melainkan hasil dari kesadaran, latihan, dan komitmen yang terus dilatih. Dalam bidang keperawatan, empati mencakup lebih dari sekadar rasa kasihan, tapi merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dialami pasien dan menanggapinya dengan tindakan yang penuh perhatian. Di ruang gawat darurat yang cepat dan penuh tekanan, mempertahankan empati menjadi tantangan nyata bagi para tenaga kesehatan. Meskipun demikian, di saat-saat seperti itulah profesionalisme mereka menunjukkan kualitas sebenarnya, tetap tenang, menenangkan pasien dan keluarga dengan kata-kata yang lembut, sentuhan yang penuh perhatian, atau kehadiran yang memberikan rasa aman. Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa seorang tenaga kesehatan tidak hanya menggunakan keterampilan medis, tetapi juga dengan niat baik yang menjadi sumber kekuatan dalam pelayanan.
Langkah Sederhana Menerapkan Empati
Untuk mempertahankan dan mengembangkan pendekatan empati dalam pelayanan kesehatan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, termasuk calon perawat seperti saya, antara lain :
1. Mendengarkan secara aktif. Luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan keluhan pasien tanpa menyela. Terkadang, pasien hanya ingin merasa didengarkan sebelum menerima perawatan medis.
2. Gunakan bahasa yang sederhana dan meyakinkan. Tidak semua pasien memahami istilah medis. Penjelasan yang lembut dan mudah dipahami dapat membantu pasien merasa lebih nyaman.
3. Tunjukkan empati melalui bahasa tubuh. Kontak mata yang tulus, senyuman, atau sentuhan ringan dapat memberikan rasa aman dan memperkuat komunikasi nonverbal.
4. Pertahankan sikap profesional. Bahkan ketika lelah atau terburu-buru, penting untuk tetap sabar dan menghindari memproyeksikan emosi negatif kepada pasien.
5. Kenali perasaan Anda sendiri. Dengan memahami emosi Anda sendiri, tenaga kesehatan dapat lebih mudah memahami perasaan pasien dan tetap tenang.
Langkah-langkah ini mungkin sederhana, tetapi jika diterapkan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar. Pasien yang merasa dihargai dan diperlakukan dengan empati cenderung lebih kooperatif dan memiliki keinginan yang lebih baik untuk pulih.
Harapan untuk Masa Depan
Dari pengamatan yang saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa peran seorang perawat tidak hanya terbatas pada pemberian obat atau pencatatan tanda-tanda vital, tetapi juga mencakup upaya untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan memberikan dukungan emosional kepada pasien serta keluarganya. Perawat memiliki peranan krusial dalam membantu individu tidak hanya dalam proses penyembuhan fisik, tetapi juga dalam memberikan ketenangan jiwa dan mengembalikan semangat mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dalam bidang keperawatan, yaitu mendampingi setiap individu agar dapat mencapai kesehatan yang optimal, mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Di masa yang akan datang, saya bercita-cita menjadi seorang perawat yang mampu menggabungkan kemampuan klinis dan kepekaan sosial, karena saya meyakini bahwa kemajuan teknologi dalam kesehatan tidak bisa sama sekali menggantikan sentuhan empati yang datang dari manusia. Masyarakat memerlukan tenaga kesehatan yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Pelayanan kesehatan yang sempurna tidak hanya berfokus pada kesembuhan fisik pasien, tetapi juga pada memberikan ketenangan hati dan kekuatan jiwa. Inilah makna mendalam dari profesi perawat yang ingin saya jalani yaitu menjembatani antara ilmu dan kemanusiaan, antara tindakan profesional dan ketulusan hati.
(Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.