OJK Genjot Bank KBMI 3 Naik Kelas, Industri Masih Wait and See 

6 days ago 17

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong bank-bank dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 3 untuk naik ke KBMI 4 dalam 2–3 tahun ke depan. Langkah ini bertujuan memperkuat struktur perbankan nasional agar lebih kompetitif di tengah dinamika ekonomi dan perkembangan teknologi.  

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, menegaskan, kebijakan ini sejalan dengan regulasi terbaru terkait bank umum dan konsolidasi perbankan. "Untuk menghadapi dinamika perekonomian domestik dan global serta perkembangan dan inovasi teknologi informasi, diperlukan penguatan struktur, ketahanan, dan daya saing industri perbankan nasional, sehingga dapat senantiasa mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional yang antara lain dapat dicapai dengan melakukan penguatan permodalan bank dan konsolidasi perbankan di Indonesia, ujarnya dalam jawaban tertulis, Rabu (26/3/2025).

Menurut Dian, bank dapat memperkuat modalnya secara organik atau melalui konsolidasi. KBMI 3, yang memiliki modal inti Rp 14 triliun hingga Rp 70 triliun, dinilai paling siap naik ke KBMI 4 karena memiliki kapasitas ekspansi bisnis yang lebih besar.  

Bank KBMI 3 dengan modal inti Rp 14 triliun hingga Rp 70 triliun dinilai paling siap naik ke KBMI 4. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis, penyaluran kredit, serta layanan teknologi yang lebih efisien, sekaligus memperkuat tata kelola dan manajemen risiko guna meningkatkan daya saing perbankan Indonesia di level global.

Sejumlah bank KBMI 3 merespons kebijakan ini dengan strategi yang berbeda. PT Bank Permata Tbk. (BNLI), yang memiliki modal inti Rp 40,1 triliun, memilih fokus pada pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.  

Direktur Utama Bank Permata, Meliza M Rusli, mengatakan pihaknya akan memanfaatkan modal yang ada untuk bisnis yang lebih stabil dalam jangka panjang. "Jadi dengan posisi ini kami akan terus fokus pada usaha kami untuk mengimplementasikan target kami dalam jangka panjang. Supaya dengan modal yang kami miliki ini dapat digunakan untuk menjalankan bisnis secara lebih berkelanjutan, ungkapnya.  

Sementara itu, PT Bank OCBC Indonesia yang baru saja menyelesaikan akuisisi PT Bank Commonwealth melihat peluang untuk terus berkembang, baik secara organik maupun non-organik.  Presiden Direktur OCBC Indonesia, Parwati Surjaudaja, menjelaskan bahwa merger tersebut telah berkontribusi terhadap peningkatan pinjaman dan simpanan nasabah.  

Akuisisi dan merger PT Bank Commonwealth ke dalam OCBC telah diselesaikan pada tahun 2024. Adapun kontribusinya dalam hal loan sebesar 5 persen dan deposit sebesar 4 persen. "Tentunya, kami berharap sinergi ini dapat mendorong perkembangan OCBC yang lebih baik ke depannya, katanya.  

Mengenai potensi akuisisi lebih lanjut untuk mencapai KBMI 4, Parwati menyatakan bahwa OCBC tetap terbuka terhadap peluang tersebut, namun akan mempertimbangkannya dengan hati-hati.  Perihal rencana non-organik lainnya, OCBC Indonesia juga selalu terbuka terhadap peluang tersebut. "Namun kami pun tentu akan menindaklanjutinya dengan penuh kehati-hatian, tambahnya.  

Di sisi lain, OCBC mencermati tren konsumsi masyarakat yang melemah akibat kondisi ekonomi yang masih belum stabil. Direktur OCBC Indonesia, Johannes Husin mengatakan, belanja masyarakat mengalami perlambatan dalam beberapa bulan terakhir.  

"Saat ini, jika melihat dari berbagai publikasi dan kami juga memang aktif di pasar. Terasa jelas bahwa government spending dan domestic consumption mengalami penurunan-tidak hanya di Indonesia. Kami sudah mengamati tren ini sejak beberapa bulan lalu, dan memang kondisi pasar saat ini masih dalam fase menunggu, ungkapnya.  

Namun, dengan selesainya pemilu dan momentum Ramadan serta Idulfitri, OCBC optimistis akan ada peningkatan aktivitas ekonomi dalam waktu dekat.  OCBC berharap dana pihak ketiga tetap tumbuh, dan dengan berbagai program yang telah kami siapkan, aktivitas nasabah baik online maupun offline tetap dapat meningkat.

"Kami memiliki berbagai program yang menarik, sehingga kami tetap optimis menghadapi kondisi ke depan, jelas Johannes.  

Presiden Direktur OCBC Indonesia, Parwati Surjaudaja, juga mencatat bahwa transaksi digital semakin meningkat. Sepanjang 2024, pertumbuhan transaksi digital OCBC mencapai 58 persen, yang menunjukkan tren positif dalam penggunaan layanan digital.  

"Secara umum, pergeseran transaksi ke online memang menunjukkan tren yang positif jika melihat berbagai transaksi di kanal digital, namun belum tentu mereka transaksi di merchant saja," ujarnya.  

Dorongan OJK bagi bank KBMI 3 untuk naik kelas ke KBMI 4 menandakan perubahan besar dalam industri perbankan Indonesia. Namun, banyak bank masih memilih strategi pertumbuhan organik ketimbang ekspansi agresif, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan tren konsumsi yang melemah.  

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |