Pameran Bekas Dibalik Foto, Pemberontakan Ruang Estetika dalam Karya

2 hours ago 2

Home > Senggang Tuesday, 23 Sep 2025, 13:38 WIB

Dua medium itu ia jalani berdampingan, hingga melahirkan karya fotografi yang berbeda. Bukan hanya sekedar dokumentasi, melainkan intervensi estetika

 Edi YusufPenampilan pantomim saat pembukaan pameran seni rupa karya Andi Sopiandi di Galeri Mini Morce 15, Kota Bandung. Foto: Edi Yusuf

BANDUNG--Fotografi sering dipahami sekadar sebagai hasil jepretan kamera. Namun, bagi seniman Andi Sopiandi, foto bukan hanya citra di permukaan, melainkan jejak kehidupan yang menyimpan ingatan, luka, dan tafsir baru. Pandangan inilah yang melandasi pameran tunggal bertajuk ‘Bekas Dibalik Foto’ yang menghadirkan pengalaman berbeda dalam melihat fotografi.

Pameran yang dikurasi oleh Aendra Medita ini digelar pada 22 September - 22 Oktober 2025 di Galeri Mini Morce15, Jalan Morce , Braga, Kota Bandung. Pemilik Galeri Mini M15 Aris Wahyudi mengatakan karya seni yang nyeleneh, kreatifitas tinggi dengan memanfaatkan bahan yang tidak mudah dicari dan sulit dimengerti.

“Pesan kuat dari kolaborasi antara hobi fotografi dan urusan dapur menjadikan karya yang luar biasa dan patut di apresiasi. Selamat pokoknya,” kata Aris.

Andi Sopiandi bukan nama asing di dunia seni rupa dan fotografi. Sejak 1990-an, ia aktif berpameran, baik secara tunggal maupun bersama, sambil tetap mengajar seni rupa bagi anak-anak dan remaja. Perjalanan panjang itu membentuk disiplin yang khas dalam mengolah medium.

 Edi YusufPenampilan pantomim saat pembukaan pameran seni rupa karya Andi Sopiandi di Galeri Mini Morce 15, Kota Bandung. Foto: Edi Yusuf

Ia lahir dan tumbuh di Bandung, sebuah kota dengan tradisi seni rupa yang kuat, sekaligus menjadi ruang silang antara budaya, seni, dan politik. Dari lingkungan inilah, Andi membangun bahasa visual yang personal dan penuh gelisah.

Berbekal awal mencintai fotografi dengan kamera Canon AT1 programme yang ia dapat beli dari seorang fotografer ternama di Bandung, Andi memotret sambil terus melukis. Dua medium itu ia jalani berdampingan, hingga melahirkan karya fotografi yang berbeda. Bukan hanya sekedar dokumentasi, melainkan intervensi estetika.

 Edi YusufSeniman Andi Sopiandi. Foto: Edi Yusuf

“Fotografi, bagi saya, bukan berhenti pada teknis kamera. Ia adalah pergulatan eksistensial. Bagaimana sebuah peristiwa direkam, lalu bagaimana bekasnya menempel pada ingatan kita,” ujar Andi yang punya pengalaman pameran sejak tahun 1987.

Bagi Andi, karya-karyanya bukan hanya memancarkan peristiwa, tetapi juga menghadirkan rasa, kehilangan, dan harapan. Di tengah banjir visual hari ini, karya-karya Andi terasa seperti perlawanan. Ia mengajak kita berhenti sejenak, tidak melihat foto sebagai konsumsi cepat, melainkan sebagai ruang renungan. bergerak, menyisakan bekas yang justru membuat kita terus berhubungan dengan ingatan, sejarah, Kehidupan dan kemanusiaan.***

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |