Pasar Masih Dipenuhi Lumpur, Pedagang Aceh Tamiang Gelar Lapak di Tepi Jalan

2 hours ago 1

Laporan A Syalaby Ichsan dari Aceh Tamiang

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH TAMIANG – Pedagang tradisional di Pasar Pagi Kuala Simpang (Pasar Pajak), Kabupaten Aceh Tamiang, mulai bergeliat. Meski bangunan pasar tempat mereka berdagang masih dipenuhi lumpur, para pedagang ini menggelar lapak di sepanjang Jalan Cut Nyak Dien yang berada di depan pasar. 

Mereka menjajakan beragam kebutuhan sayur mayur, sembako hingga kebutuhan pakaian. Salah seorang pedagang sayur, Cahaya Ani Nur (55 tahun), mengaku sudah berjualan empat hari belakangan. Di lapaknya, Cahaya menyediakan kebutuhan aneka sayur mayur yang diambil dari agen yang berbelanja ke Sumatera Utara (Sumut). 

Dia harus berdagang di pinggir jalan karena tempatnya berjualan di dalam pasar masih dipenuhi lumpur. Pantauan Republika, kios para pedagang di dalam Pasar Pagi memang masih dipenuhi lumpur. Meja-meja kayu yang sedianya digunakan untuk menata barang dagangan hancur berantakan. Belum ada petugas atau aparat yang membersihkan.

Cahaya mulai berdagang dari pukul lima pagi hingga enam sore.  Dia pun bisa mengais rezeki sekitar Rp 70 ribu dalam  sehari perniagaan. Meski hasilnya tak seberapa, Cahaya yang kini mengungsi di rumah adiknya di Desa Payabeudi mengaku ingin mencari kesibukan dan tetap mencari rezeki di tengah bencana yang belum pulih. 

“Kalau di rumah adik saja lama-lama stres. Rumah sendiri belum beres. Mending disini ketemu banyak orang. Dapat seperak dua perak,”kata dia saat berbincang dengan Republika, Senin (22/12/2025).

Mengenai harga, Cahaya mengaku masih lebih mahal ketimbang sebelum bencana. Dia memisalkan, satu kilogram cabai rawit harus dijual senilai Rp 85 ribu. Begitu pula tempe yang kini dihargai Rp 2.000 per papan. Naik Rp 500 dari kondisi sebelum banjir. Meski begitu, Cahaya mengungkapkan, kenaikan tersebut masih terbilang wajar.

Seorang pedagang ikan di pasar yang sama, Dede Putra mengatakan, dia sudah dua hari berjualan. Dede membuka lapaknya dari pukul empat pagi. Sudah dua hari ini,  barang dagangannya habis meski jam baru menunjukkan pukul delapan. “Tergantung rezeki, ini habis alhamdulillah,”kata dia.

Meski rumahnya hancur akibat diterjang banjir bandang, warga Desa Kota Lintang ini mengaku pantang pasrah dan sekadar mengharapkan bantuan. Bagi Dede, rezeki harus dicari. Dede yang menggelar lapak di samping Cahaya pun  menjadikan trotoar jalan sebagai tempat berdagang sementara. “Pemerintah bisanya seberapa bisa membantu kita. Kita harus mulai dari diri sendiri. Jangan suka tergantung sama bantuan,”kata dia.

Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi mengungkapkan, dari 22 pasar yang ada di Aceh Tamiang, hanya dua yang masih beroperasi normal. Dua pasar tersebut yakni Pasar Peukan Seruway 1 (setiap Jumat) dan Pasar Peukan Seruway II (setiap hari). Sementara itu,  belasan pasar lainnya masih lumpuh setelah bencana.

Jumlah pedagang tradisional yang terdampak ada 1.598 orang. Dia pun berharap pembersihan lumpur dilakukan segera di pasar-pasar tersebut.  Selain itu, bupati menjelaskan, ada 14.229 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdampak bencana. Dia pun berharap pengusaha rumah makan dan cafe segera beroperasi sedia kala.“Pemilik kafe coba dibuka. Kalau kurang modal, siap memberikan keringanan permodalan dari perbankan,”kata dia saat rapat bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian di Kantor Bupati Aceh Tamiang, Senin (22/12/2025).

Dia pun berharap kepada Mendagri agar para pelaku UMKM bisa diberikan jatah hidup hingga satu tahun ke depan. Dana tersebut, ujar bupati, untuk menopang mereka yang kesulitan bangkit dalam berusaha.

Mendagri Tito Karnavian mengungkapkan, salah satu tolak ukur pemulihan bencana sebuah daerah adalah geliat ekonomi yang tampak dari pasar dan tempat usaha. Menurut Tito, pemulihan ekonomi di Aceh Tamiang kurang cepat ketimbang daerah terdampak bencana lainnya seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat. “Jalan darat untuk suplai logistik dari Sumut sudah bisa dilalui. Logistik di Sumut itu kuat,”kata dia.

Tito berharap agar lumpur di Aceh Tamiang segera dibersihkan. Dengan demikian, ujar dia, pasar bisa beroperasi kembali dan jalan bisa dilalui dengan normal. Dia mengaku sudah dijanjikan oleh TNI/Polri untuk menambah personel penanggulangan bencana Sumatera. Diantaranya, untuk membersihkan lumpur. “KSAD sudah sanggup untuk mengirim sepuluh ribu orang,”kata dia.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |