Perang Dagang Trump Mengguncang Ekspor Indonesia, Berikut Paparannya

1 week ago 20

Home > Kebijakan Thursday, 10 Apr 2025, 15:30 WIB

Pemerintah Indonesia sudah mengisyaratkan diplomasi dagang sebagai respons utama,

 FreepikAmerika-Tiongkok perang tarif, Indonesia dan negara lain kena batunya. Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta– Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump kembali mengguncang perdagangan global dengan kebijakan tarif impor terbaru. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak serius, setelah Washington menjatuhkan tarif balasan sebesar 32 persen terhadap produk ekspor RI. Alasannya: dugaan hambatan perdagangan dan manipulasi mata uang yang menurut AS mencapai 64 persen.

Kondisi ini mengkhawatirkan karena AS merupakan mitra dagang penting bagi Indonesia, menyumbang 11,22 persen dari total ekspor nasional. Data tahun 2024 menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 26,31 miliar dolar AS, jauh lebih besar dibandingkan impornya dari AS yang hanya sebesar 9,47 miliar dolar AS.

Infografis kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump. - (Infografis Republika)Infografis kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump. - (Infografis Republika)

Artinya menurut infografis di atas, RI mencatat surplus perdagangan sebesar 16,84 miliar dolar AS dengan Negeri Paman Sam.Komoditas utama penyumbang surplus tersebut antara lain:

  • Mesin dan perlengkapan elektrik: 3,69 miliar dolar AS
  • Pakaian dan aksesori: 2,48 miliar dolar AS
  • Alas kaki: 2,34 miliar dolar AS

Namun kini, sektor-sektor tersebut terancam daya saingnya akibat tarif tinggi yang dikenakan oleh AS. Sebagai perbandingan, tarif terhadap Indonesia (32%) bahkan lebih tinggi daripada Uni Eropa (20%) dan Singapura (10%), meski masih di bawah Vietnam (46%) dan Tiongkok (34% + tambahan 20%).

Selain AS, pasar ekspor Indonesia juga tersebar ke Tiongkok(26,4%), ASEAN (18,72%), Jepang (6,59%), dan Uni Eropa (6,18%). Namun, dampak dari tarif Trump tetap signifikan karena AS masih menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia.

Langkah cepat tentu diperlukan.Pasalnya,Pemerintah Indonesia sudah mengisyaratkan diplomasi dagang sebagai respons utama, sambil memperkuat pasar domestik agar tidak terlalu bergantung pada ekspor.

Apabila kebijakan ini dibiarkan tanpa perlawanan diplomatik yang efektif, pelaku usaha dan tenaga kerja di sektor ekspor berpotensi mengalami pukulan berat. Perang dagang ini bukan sekadar soal angka tarif—tapi soal strategi bertahan di tengah gejolak ekonomi politik global.

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |