PM Qatar Desak Dunia Tolak Standar Ganda dan Hukum Israel

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Perdana Menteri (PM) Qatar mendesak komunitas internasional pada Ahad untuk menolak ‘standar ganda’ dan mempertanggungjawabkan Israel, dalam pidatonya menjelang KTT darurat yang diadakan sebagai respons terhadap serangan udara Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap anggota Hamas di Doha.

Serangan mematikan tersebut, yang dilakukan oleh sekutu Amerika Serikat (AS) di wilayah negara lain memicu gelombang kritik, termasuk kecaman dari Presiden Donald Trump, yang tetap mengirim Menteri Luar Negeri Marco Rubio ke Israel sebagai tanda dukungan.

Pertemuan darurat para pemimpin Arab dan Islam pada Senin akan menjadi tanda persatuan yang tegas di antara negara-negara Teluk dan berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Israel, yang sudah menghadapi seruan yang semakin kuat untuk mengakhiri perang dan krisis kemanusiaan di Gaza.

“Saatnya bagi komunitas internasional untuk menghentikan penggunaan standar ganda dan menghukum Israel atas semua kejahatan yang telah dilakukannya,” kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dalam pertemuan persiapan pada Ahad (14/9/2025)

Ia menambahkan bahwa perang pemusnahan (genosida yang dilakukan) Israel di Gaza tidak akan berhasil.

“Yang mendorong Israel untuk terus adalah keheningan, ketidakmampuan komunitas internasional untuk mempertanggungjawabkannya,” ujar PM Qatar, dikutip dari laman The New Arab, Senin (15/9/2025)

Di antara para pemimpin yang diharapkan hadir dalam KTT pada Senin adalah Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas tiba di Doha pada Ahad

Masih belum jelas apakah Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, akan menghadiri pertemuan tersebut, meskipun ia mengunjungi Qatar awal pekan ini sebagai tanda solidaritas antar-tetangga.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, pertemuan pada Senin akan membahas rancangan resolusi mengenai serangan Israel terhadap Negara Qatar.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan kepada Al Jazeera pada Ahad bahwa masalah perilaku Israel tidak lagi hanya masalah Palestina-Israel.

“Masalah terbesar saat ini adalah ekspansionisme Israel di kawasan ini,” katanya.

“Negara-negara Arab dan Islam harus bersatu dan menemukan solusi berdasarkan masalah yang baru didefinisikan ini.”

Elham Fakhro, seorang peneliti di Inisiatif Timur Tengah Harvard, mengatakan bahwa ia memperkirakan negara-negara Teluk akan menggunakan KTT ini untuk mendesak Washington agar mengendalikan Israel.

“Mereka juga akan mencari jaminan keamanan AS yang lebih kuat, dengan alasan bahwa tindakan Israel telah memperlihatkan ketidakcukupan jaminan saat ini dan merusak kredibilitas AS sebagai mitra keamanan,” tambahnya.

Karim Bitar, dosen Timur Tengah di Universitas Sciences Po Paris, menyebut pertemuan tersebut sebagai “uji coba” bagi para pemimpin Arab dan Muslim, dengan mengatakan banyak konstituen mereka sudah bosan dengan pernyataan-pernyataan lama.

“Yang mereka harapkan hari ini adalah negara-negara ini, mengirim sinyal penting tidak hanya kepada Israel tetapi juga kepada AS bahwa saatnya telah tiba bagi komunitas internasional untuk menghentikan pemberian cek kosong kepada Israel,” katanya.

Qatar menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan tersebut dan memainkan peran mediasi kunci dalam perang Gaza, bersama AS dan Mesir.

Syekh Mohammed makan malam pada Jumat dengan Presiden Trump saat berkunjung ke AS.

Anggota Politbiro Hamas, Bassem Naim, mengatakan gerakan Palestina berharap KTT tersebut akan menghasilkan posisi Arab-Islam yang tegas dan bersatu.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |