Polytron Superliga Junior 2025, Filipina dan Amerika Serikat Jalani Persaingan Meraih Titel Kampiun

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Polytron Superliga Junior 2025 menjadi arena bagi para pebulutangkis muda menggembleng kemampuan dan teknik mereka di atas lapangan dalam format beregu. Tak hanya bagi atlet-atlet Indonesia, turnamen bergengsi persembahan Bakti Olahraga Djarum Foundation dan Polytron ini juga memantik minat pebulutangkis mancanegara. Selain Thailand, Malaysia dan Singapura yang selalu hadir sejak tahun-tahun sebelumnya, terdapat pula negara-negara baru yang ingin ‘mencicipi’ kerasnya persaingan meraih gelar juara. Diantaranya ialah Filipina dan Amerika Serikat.

Head of Development Philippine Badminton Association, Melvin Nubla mengatakan keikutsertaan negaranya pada Polytron Superliga Junior 2025 menjadi momen bersejarah karena untuk pertama kalinya mereka tampil di turnamen beregu ini. Bagi Melvin, dengan ikut bersaing di turnamen kelas internasional membuat atlet-atlet junior Filipina akan mendapatkan banyak pengalaman melawan pemain dari negara yang berbeda termasuk Indonesia. Tidak sedikit anak asuhnya yang baru pertama kali bermain di luar negeri.

"Polytron Superliga Junior 2025 adalah turnamen luar biasa karena memberikan banyak hal positif bagi atlet muda. Berbeda dengan turnamen individu, jika kalah langsung pulang, di turnamen beregu seperti ini setiap pemain memiliki kesempatan banyak bertanding. Selain itu, mereka juga bisa beradaptasi, belajar, dan melihat standar permainan internasional,” ujar dia.

Kerasnya persaingan segera terasa di dua nomor yang mereka ikuti. Di sektor U-17 Putri, Filipina yang tergabung di Grup A berjumpa dengan Granular (Thailand), PB Djarum (Indonesia), Gideon Badminton Academy (Indonesia), New Taipei High School (China Taipei), dan Polandia Team. Hingga hari ketiga turnamen, Filipina harus menelan tiga kali kekalahan beruntun atas PB Djarum, Granular dan Gideon Badminton Academy.

Sementara itu, di sektor U-19 Putri, skuad Mutiara Laut dari Orien ini sudah memetik satu kemenangan atas Tim Polandia usai dua kali menelan kekalahan dari PB Djarum dan Banthongyord Thailand. Tergabung di Grup A, mereka masih akan menjalani laga melawan PB Mutiara Cardinal Bandung.

“Terus terang, level permainan tim-tim dari Indonesia jauh di atas kami, tetapi kami justru menjadikannya sebagai pelajaran berharga. Indonesia punya gaya main komplet: cepat, lincah, punya strategi, bukan sekadar power. Ini yang ingin kami tiru di Filipina," kata Melvin.

Salah satu atlet U-17 Filipina, Nica Ysabel Gulpany yang baru berusia 14 tahun mendapat banyak pelajaran meski timnya belum bisa menuai hasil optimal di Polytron Superliga Junior 2025. Ia bersama rekan-rekannya harus menelan pil pahit berada di dasar klasemen sementara Grup A dan belum mengumpulkan satu pun poin.

“Saya bisa melihat langsung gaya main berbeda dari tiap negara. Rasanya masih jauh dari level mereka, tapi saya masih sangat muda dan akan berusaha keras untuk terus meningkatkan kemampuan bermain,” kata Nica.

Tak hanya Filipina, Amerika Serikat pun mengirimkan wakil untuk pertama kalinya bersaing pada Polytron Superliga Junior 2025. Manager sekaligus Pelatih Global Badminton Academy, Eti Gunawan memanfaatkan turnamen yang berlangsung di Kudus, Jawa Tengah ini, sebagai ajang untuk mengetahui level kualitas anak asuhnya saat melawan negara-negara Asia termasuk Indonesia. Di saat bersamaan, ajang ini juga menjadi persiapan atlet-atlet muda AS menghadapi Kejuaran Dunia Junior yang akan berlangsung pada 6-19 Oktober 2025 di Guwahati, India.

"Di AS, pembinaan usia muda sudah berjalan, tapi jumlah pemain kami terbatas sehingga kadang ada atlet yang main rangkap single dan double. Di Polytron Superliga Junior 2025 para pemain bisa belajar bertanding dengan format beregu yang ketat, mengenal strategi, dan membangun mental juang. Bagi kami, ini adalah simulasi berharga jelang Kejuaraan Dunia Junior di India," kata Eti yang sudah melatih sejak 2011 di Amerika Serikat.

Pemain junior AS yang memperkuat tim U-19 Putri, Zoey Tan tak ingin melewatkan kesempatan untuk bermain di Polytron Superliga Junior 2025. Dengan begitu, ia bisa menjajal kualitasnya di turnamen yang sangat kompetitif. Putri berusia 16 tahun itu juga menganggap Indonesia menjadi salah satu barometer kekuatan bulutangkis dunia.

"Saya datang ke Indonesia karena ingin mendapatkan pengalaman pertama bertanding di Asia. Di sini levelnya tinggi sekali, terutama tim-tim dari Indonesia dan Thailand. Namun, itu akan jadi motivasi untuk saya berlatih lebih keras. Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, sangat kuat di level junior. Bagi saya mereka jadi inspirasi," ujar Zoey.

Skuad Paman Sam memulai start bagus di turnamen ini dengan melibas PB Power Rajawali 4-1, Senin (15/9). Selanjutnya, pada Kamis (18/9), mereka akan menghadapi Tim Malaysia, disusul dengan melawan tuan rumah yakni PB Djarum pada Jumat (19/9).

Melihat hadirnya negara-negara baru yang ambil bagian dalam perebutan gelar juara Polytron Superliga Junior 2025, Technical Advisor Men's & Women's Singles PB Djarum, Hendrawan menuturkan pertandingan akan semakin sengit dan kompetitif. Ia menilai, turnamen ini sangat penting dalam mengasah para atlet di format pertandingan beregu level junior.

“Jarang ada turnamen beregu di level junior, apalagi untuk kelompok usia belia. Fakta itu membuat Polytron Superliga Junior dengan mudah mendapat perhatian lebih oleh negara-negara yang ingin atletnya menjajal persaingan di turnamen beregu. Buat PB Djarum, turnamen ini dapat memberikan manfaat untuk belajar sejak dini tentang arti kebersamaan, strategi tim, dan tanggung jawab. Mereka belajar menerima keputusan demi kepentingan tim. Hal ini sangat berguna untuk membiasakan bertanding di ajang beregu sebelum nantinya mereka tampil di event besar seperti Thomas Cup, Uber Cup, dan Sudirman Cup,” ucap Hendrawan.

Hal senada diutarakan atlet muda Indonesia, Jane Maira Faiza, yang saat ini memperkuat PB Djarum U-17 Putri. Timnya sanggup tampil impresif memenangi tiga pertandingan yang sudah dijalani. Terbaru, mereka tampil perkasa setelah menundukkan New Taipei High School (China Taipei) dengan skor telak 5-0.

“Kalau main individu, kita tanggung jawab sendiri. Tetapi kalau beregu, rasa tegangnya beda karena kita bawa nama tim. Jadi kalau ada teman yang kalah, kita harus saling support, bukan menyalahkan. Hal itu yang saya pelajari di turnamen ini. Sejauh ini, kami masih konsisten meraih kemenangan, semoga kami bisa terus mempertahankannya,” ujar Jane.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |