REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PSSI Erick Thohir memastikan federasi sepak bola Tanah Air tengah mempersiapkan langkah mencari pelatih baru tim nasional Indonesia dengan visi jangka panjang. Erick menegaskan, siapa pun sosoknya nanti, PSSI ingin membangun sistem kepelatihan yang berkelanjutan demi masa depan sepak bola nasional.
Meski demikian, Erick meminta publik bersikap bijak dalam menyikapi keputusan-keputusan PSSI terkait pergantian pelatih. Ia menekankan, jika masyarakat sudah melupakan Patrick Kluivert, maka hal serupa juga harus dilakukan terhadap Shin Tae-yong (STY).
“Kalau kita move on dari Patrick, ya kita juga move on dari Shin Tae-yong,” kata Erick dalam keterangannya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Menurut Erick, secara pribadi, ia sebenarnya kurang nyaman dengan pergantian pelatih yang terlalu cepat. Erick menilai, pembangunan strata kepelatihan di timnas membutuhkan waktu dan kesinambungan.
“Membangun strata kepelatihan itu perlu waktu. Baru terakhir zaman Patrick kita bisa bikin struktur yang jelas,” ujarnya.
Namun, ia juga menyadari realitas bahwa dinamika hasil dan tekanan publik membuat keputusan di sepak bola tak selalu berjalan ideal. Menyusul kegagalan timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026, PSSI berpisah dengan Kluivert dan juga tim kepelatihan di bawahnya.
“Sekarang pusing juga. Hilang strata senior, U-23, U-20. Tapi mau gimana, ini sudah paketnya begitu,” kata Erick.
Erick mengungkapkan, mencari pelatih baru tidak mudah. Selain karena reputasi Indonesia di peringkat dunia yang masih rendah, persepsi negatif perihal aksi fans sepak bola di media sosial dan tekanan publik juga menjadi pertimbangan bagi kandidat pelatih asing.
“Saya lagi coba buka komunikasi ke banyak pihak, karena jangan sampai persepsi yang terjadi beberapa kali terakhir ini mempersulit posisi kita mencari pelatih. Ranking kita masih rendah, jadi tidak mudah meyakinkan pelatih untuk datang,” tutur Erick.
Ia juga mengaku sedang menggunakan jejaring internasionalnya untuk memulihkan kepercayaan terhadap PSSI. Menurut Erick, PSSI tetap ingin pelatih yang punya program jangka panjang.
"Apa yang terjadi kemarin itu bagian dari hasil yang harus kita pertanggungjawabkan,” katanya.
Erick menegaskan, PSSI akan tetap berjalan dengan cetak biru pembangunan sepak bola nasional yang sudah dipresentasikan ke FIFA, dengan target jangka panjang menuju Piala Dunia 2034. Ia menilai regenerasi pemain sudah cukup baik, hanya butuh kesinambungan di level pelatih.
Erick juga menyatakan, program naturalisasi tak bisa disetop. Ia memberikan contoh timnas Maroko yang juara Piala Dunia U-20 2025 diperkuat sejumlah pemain diaspora,
Meski menanggung kritik atas hasil kurang memuaskan pada era Kluivert, Erick menegaskan tidak akan menghindar dari tanggung jawab. Ia mengaku tidak takut dikritik atau di-bully. Namun, ia meminta pecinta sepak bola juga lebih bijak dalam bereaksi saat seorang pelatih gagal atau pemain membuat kesalahan.
Ia memberikan contoh saat Gerald Vanenburg gagal di Piala AFF U-23 dan Indra Sjafri di Piala Asia U-20. Kedua pelatih ini menjadi bulan-bulanan publik. Begitu juga saat Rizky Ridho dianggap melakukan kesalahan, padahal ia sosok yang dihormati, termasuk oleh para pemain naturalisasi.
"Pemain nanti juga jadi takut membela timnas kalau saat bikin salah reaksinya seperti kemarin," kata Erick.
Dalam kondisi saat ini, PSSI akan tetap melanjutkan proses seleksi pelatih baru tanpa terburu-buru. Erick mengaku belum bisa mengumumkan. Menurut dia, masih perlu waktu untuk konsolidasi dan memastikan profil pelatih yang sesuai dengan arah jangka panjang PSSI.

5 hours ago
6





























