REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela, tempat Presiden Donald Trump mengancam akan melakukan tindakan militer selama beberapa bulan terakhir. Aksi ini ironis karena AS sempat memerangi kelompok Houthi yang melakukan aksi serupa terhadap kapal menuju Israel di Laut Merah.
Anggota pemerintahan Trump mengkonfirmasi laporan bahwa penjaga pantai AS memimpin operasi untuk menyita kapal tersebut pada Rabu sore. “Kami baru saja menyita sebuah kapal tanker di lepas pantai Venezuela – sebenarnya sebuah kapal tanker besar, sangat besar, terbesar yang pernah disita,” kata Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih dilansir Aljazirah.
"Dan hal-hal lain sedang terjadi. Jadi, Anda akan melihatnya nanti, dan Anda akan membicarakannya nanti dengan beberapa orang lain."
Aksi penyitaan kapal tanker Venezuela oleh AS tersebut ironis mengingat perlawanan sengit AS atas aksi serupa yang dilakukan kelompok Houthi dari Yaman di Laut Merah pada 2023. Kelompok itu sempat menyandera sejumlah kapal dagang yang menuju Israel untuk menekan negara Zionis menghentikan genosida di Gaza.
AS turun tangan dengan mengerahkan armada laut di Laut Merah untuk memerangi Houthi agar menghentikan blokade jalur laut tersebut. Setelah berulang kali membombardir Yaman dan membunuh ratusan warga, AS mencapai gencatan senjata dengan Houthi pada Mei 2025 lalu.
Laporan terkini menunjukkan AS terpaksa menyetujui gencatan karena kewalahan menghadapi Houthi. Angkatan Laut AS diketahui kehilangan dua jet tempur F-35 yang mahal dalam perang tersebut.
Ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang penyitaan kapal tanker terkini pada pertemuan meja bundar dengan para pemimpin bisnis, Trump mendorong wartawan untuk “mengikuti kapal tanker tersebut” untuk mengetahui lebih lanjut.
Dia juga menolak menyebutkan identitas pemilik kapal tersebut. Namun, dia menambahkan, “Saya berasumsi kami akan merebut minyaknya.”
Pemerintah Venezuela menanggapi penyitaan tersebut, dengan menuduh AS melakukan “pencurian terang-terangan”, yang digambarkan sebagai “tindakan pembajakan internasional, yang diumumkan secara terbuka oleh Presiden Amerika Serikat”.
Venezuela akan “mempertahankan kedaulatan, sumber daya alam, dan martabat nasionalnya dengan tekad mutlak”, kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa mereka juga akan mengecam AS di hadapan badan-badan internasional.
Video pembajakan yang dilakukan pasukan Angkatan Laut AS terhadap tanker Venezuela, Rabu (10/12/2025). (X/Jaksa Agung AS Pam Bondi)
Jaksa Agung AS Pam Bondi mengunggah di media sosial bahwa kapal tanker itu disita karena mengangkut “minyak yang dikenai sanksi dari Venezuela dan Iran”.
“Selama beberapa tahun, kapal tanker minyak tersebut telah diberi sanksi oleh Amerika Serikat karena keterlibatannya dalam jaringan pengiriman minyak ilegal yang mendukung organisasi teroris asing,” tulisnya.
Postingannya disertai dengan video yang menunjukkan tentara AS meluncur ke tanker dari helikopter militer. Bondi menjelaskan, Departemen Pertahanan, Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Keamanan Dalam Negeri bekerja sama dengan penjaga pantai dalam operasi tersebut.
Ekspor minyak merupakan sumber pendapatan utama bagi negara Amerika Selatan, yang mengekspor lebih dari 900.000 barel per hari pada bulan lalu. Minyak berjangka naik setelah penyitaan tersebut.

19 hours ago
7






































