Trauma Healing dan Rehabilitasi Anak Bangsa yang Pernah Terpapar Konflik Dinilai Penting

20 hours ago 11

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Lampung, Sunyono, menekankan pentingnya aspek trauma healing dan rehabilitasi bagi anak bangsa yang pernah terpapar konflik dan telah kembali ke masyarakat.

"Bukan hanya wawasan kebangsaan yang perlu ditanamkan, tetapi juga empati dan kepedulian agar mereka bisa tumbuh dan berkembang secara sehat di masyarakat," kata Sunyono, dalam acara Diskusi Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter “Road to Resilience” di Ruang Auditorium Gedung A FKIP Universitas Lampung, Kamis (24/4/2025).

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat ketahanan nasional, khususnya di kalangan generasi muda, terhadap ancaman ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila.

Kegiatan yang berisi peluncuran buku dan pemutaran film ini diselenggarakan oleh BNPT bekerja sama dengan Ruangobrol ini merupakan sesi kedua. Sebelumnya Ruangobrol juga telah melakukan roadshow di Universitas Padjajaran Bandung pada 13 Maret 2025.

Peluncuran buku dan pemutaran film tersebut, BNPT bekerja sama dengan Ruangobrol menyelenggarakan roadshow Diskusi Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Pemutaran Film Dokumenter Road to Resilience di Bandar Lampung.

Roadshow tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu media Komstra PE dan penyebaran narasi alternatif yang dapat meningkatkan pemahaman publik, khususnya generasi muda mengenai bahaya ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor terkait upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi WNI terasosiasi Foreign Terrorist Fighters (FTFs), khususnya perempuan dan anak-anak.

Tentang Buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah"

Penulis buku, Dr Noor Huda Ismail merefleksikan pengalaman pribadinya dalam proses repatriasi 18 orang Indonesia dari Suriah pada Agustus 2017, yang memperlihatkan bahwa kemanusiaan dan harapan masih menjadi inti dari setiap langkah. Buku ini melampaui isu radikalisasi, menghadirkan perjalanan memahami manusia, konflik, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Pengalaman Noor Huda yang banyak bekerja dalam pengembangan narasi alternatif terhadap berbagai narasi kelompok ekstremisme kekerasan, memberikan perspektif yang sangat berharga mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi. Buku ini tidak hanya menawarkan narasi kemanusiaan yang mendalam, tetapi juga menyelami kompleksitas konflik dengan penuh empati, sekaligus menawarkan harapan bagi terciptanya masa depan yang lebih baik.

Noor Huda menyampaikan sebagai seorang akademisi dan juga aktivis jadi memang tujuan utamanya itu tidak hanya untuk menulis buku tidak hanya untuk datang aja tapi sebagai bagian dari aktivisme memberikan kesempatan kedua kepada orang-orang itu untuk memulai hidup baru.

Kemudian supaya ini bisa lebih dikenal publik banyak, kita menjadi ini sebuah film dan kemudian dari buku Kalau orang yang pengen baca bisa kalau dari bukunya. Isi dari buku ini sendiri itu testimoni hampir semua orang-orang Indonesia yang pernah terlibat dan terkena dalam pusaran konflik di Suriah.

“Jadi saya melakukan wawancara kepada orang-orang yang pernah di suriah kemudian balik ke Indonesia,” kata Noor.

Tentang Film "Road to Resilience"

Film dokumenter ini mengisahkan perjalanan panjang Febri, seorang remaja Indonesia yang terjebak dalam janji-janji manis ISIS dan akhirnya menemukan jalan kembali ke tanah airnya. Film ini dimulai dengan pengenalan masalah yang lebih luas, mengangkat isu perang saudara di Suriah dan kebangkitan ISIS yang menarik ribuan orang dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Ketika Febri dan rombongannya akhirnya berhasil kembali ke Indonesia, mereka menghadapi kenyataan pahit berupa penolakan dan stigma dari masyarakat yang menganggap mereka sebagai pengkhianat. Selama satu bulan, mereka menjalani berbagai pelatihan dan interogasi dari BNPT dan Densus 88. Meskipun begitu, Febri dan keluarganya tidak menyerah. Mereka memulai hidup baru di Depok, Jawa Barat, berusaha menata kembali kehidupan mereka dari awal.

Film ini mencapai puncaknya dengan momen-momen penuh haru dan kebahagiaan ketika Febri berhasil menyelesaikan pendidikannya dan merayakan wisuda bersama kedua orang tuanya. Setelah penat menyelesaikan skripsi, kebahagiaan Febri menjadi lengkap saat kedua orang tuanya hadir untuk merayakan pencapaiannya.

Melalui perjalanan panjang dan berliku ini, "Road to Resilience" menyoroti keteguhan hati dan semangat tak kenal lelah seorang pemuda yang berusaha membangun kembali hidupnya, sambil mengatasi stigma dan tantangan besar dari masa lalunya. Selain menyajikan cerita tentang perjuangan pribadi Febri, film ini juga menggambarkan upaya lebih besar untuk pemulihan dan reintegrasi eks-ISIS ke dalam masyarakat, dan mengajak penonton untuk merenungkan arti sebenarnya dari penebusan dan kesempatan kedua.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |