Wuih... Seni Bunga Kuno Ungkap Pemikiran Matematika 8.000 Tahun yang Lalu

11 hours ago 8
Penggalian Nax Mallowan di Arpachiyah, Irak. Dari koleksi British Museum dan UCL. /Yosef Garfinkel.Penggalian Nax Mallowan di Arpachiyah, Irak. Dari koleksi British Museum dan UCL. /Yosef Garfinkel.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa beberapa seni botani paling awal di dunia jauh lebih dari sekadar dekorasi.

Para peneliti telah menemukan bahwa orang-orang yang hidup lebih dari 8.000 tahun yang lalu sudah menggunakan ide-ide matematika ketika mereka melukis bunga dan tumbuhan pada tembikar.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of World Prehistory ini berfokus pada budaya Halafian di Mesopotamia utara, yang berkembang antara 6200 dan 5500 SM.

Profesor Yosef Garfinkel dan peneliti Sarah Krulwich dari Universitas Ibrani memeriksa tembikar dari 29 situs arkeologi dan menemukan ratusan motif tumbuhan yang dilukis dengan indah.

Para seniman awal ini telah melampaui fokus prasejarah tradisional pada figur manusia dan hewan dan mulai menggambarkan dunia tumbuhan dengan perhatian dan kehati-hatian yang besar.

Karya mereka menandai salah satu pertama kalinya dalam sejarah manusia ketika tumbuhan dipilih sebagai tema artistik utama.

Para peneliti menemukan beragam penggambaran tumbuhan, termasuk bunga, semak, ranting, dan pohon besar.

Beberapa gambar tampak cukup realistis, sementara yang lain lebih bergaya atau abstrak. Yang semuanya memiliki kesamaan adalah desain yang disengaja.

Menurut para penulis, memilih untuk melukis tumbuhan menunjukkan pergeseran cara pandang orang terhadap lingkungan mereka.

Saat masyarakat menetap di kehidupan desa pertanian, mereka menjadi lebih sadar akan pola, simetri, dan keseimbangan visual. Cara pandang baru ini mulai muncul dalam karya seni mereka.

Salah satu penemuan paling mencolok dalam penelitian ini adalah adanya pola matematika yang jelas dalam desain tembikar.

Banyak mangkuk menampilkan bunga dengan kelopak yang disusun dalam angka yang mengikuti pola geometris: 4, 8, 16, 32, dan bahkan 64. Urutan berulang ini tampaknya bukan acak.

Sebaliknya, hal ini menunjukkan bahwa seniman kuno memahami cara membagi ruang secara merata dan menciptakan gambar yang harmonis dan terstruktur.

Kesadaran spasial semacam ini menunjukkan bentuk penalaran matematika intuitif awal—yang dikembangkan jauh sebelum angka tertulis atau persamaan formal ada.

Garfinkel menjelaskan bahwa kemampuan untuk membagi ruang dengan sangat tepat mungkin tumbuh dari kebutuhan praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbagi makanan secara merata atau membagi lahan pertanian di dalam sebuah desa.

Studi ini termasuk dalam bidang etnomatematika, yang mengeksplorasi bagaimana ide-ide matematika muncul dalam tradisi budaya, kerajinan, dan bentuk seni.

Menariknya, tidak satu pun gambar tumbuhan yang menggambarkan tanaman seperti gandum atau jelai. Sebaliknya, tembikar tersebut menampilkan bunga dan tumbuhan lain yang tidak dapat dimakan.

Bunga sering membangkitkan perasaan positif, sehingga para peneliti percaya bahwa kehadirannya dalam seni mungkin mencerminkan keindahan, kegembiraan, dan ekspresi emosional daripada kekhawatiran praktis yang berkaitan dengan pertanian atau upacara ritual.

Temuan ini menggeser garis waktu pemikiran matematika ke belakang. Catatan matematika tertulis dari Mesopotamia muncul ribuan tahun kemudian, tetapi tembikar Halafian menunjukkan bahwa manusia telah mengeksplorasi konsep-konsep seperti simetri, pengulangan, dan urutan geometris jauh lebih awal.

Dengan mendokumentasikan motif tumbuhan awal ini dan mengungkap struktur matematika tersembunyinya, studi ini menawarkan sudut pandang baru tentang bagaimana komunitas kuno memahami alam dan angka—dan bagaimana kreativitas serta pemikiran matematika awal berkembang berdampingan.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |