99 Jamaah Haji Terserang Pneumonia, Satu di Antaranya Wafat 

3 hours ago 2

Jamaah calon haji Indonesia antre berjalan menuju bus Shalawat di Terminal Shib Amir, kawasan Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Selasa (20/5/2025). Terminal bus tersebut melayani 14 rute dari hotel-hotel jamaah calon haji Indonesia yang terletak di kawasan Syisyah dan Raudhah menuju Masjidil Haram dan sebaliknya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak 99 jamaah haji Indonesia dilaporkan terserang pneumonia selama menunaikan ibadah di Tanah Suci. Angka ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengingat pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang dapat berakibat fatal, terutama bagi jamaah dengan kondisi kesehatan yang rentan atau memiliki komorbiditas.

Data yang dihimpun oleh Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), baik Daerah Kerja (Daker) Makkah maupun Madinah per tanggal 20 Mei 2025 cut-off pukul 16.00 WAS menunjukkan bahwa jamaah yang terserang pneumonia tersebar di berbagai sektor dan kloter. Mereka saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit rujukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.

"Kami mencatat adanya peningkatan kasus pneumonia di kalangan jamaah haji kita, dari 99 kasus pneumonia, ada satu jamaah yang meninggal dunia karena penyakit tersebut. Ini adalah kondisi yang harus diwaspadai, karena dapat berkembang menjadi lebih serius, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (21/5/2025).

Pneumonia adalah peradangan pada kantung-kantung udara di paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Di lingkungan ibadah haji yang padat dan dengan suhu panas ekstrem, risiko penularan infeksi pernapasan menjadi lebih tinggi.

KKHI mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang bertendensi sebagai pencetus kasus pneumonia di kalangan jamaah haji. Di antaranya, pertama, suhu panas ekstrem, berdasarkan data real time KKHI, suhu pada Rabu (21/5) di Makkah dan Madinah berkisar antara 41-47 derajat celcius. Suhu udara yang tinggi ini, jika kekurangan asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.

Kedua, kelelahan fisik, rangkaian ibadah haji yang padat, dari mulai lamanya perjalanan, umroh wajib hingga puncak di Armuzna, membutuhkan stamina fisik yang kuat. Sehingga kelelahan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Ketiga, keramaian massa, penularan penyakit dengan kepadatan jamaah haji hingga jutaan orang dapat meningkatkan risiko penularan virus atau bakteri penyebab pneumonia. Keempat, riwayat penyakit penyerta (komorbiditas), jamaah dengan riwayat diabetes, hipertensi, penyakit jantung memiliki risiko lebih tinggi.

"Kami ingatkan tak bosan-bosan kepada jamaah haji untuk selalu waspada. Gunakan masker ketika batuk-pilek dan di area keramaian. Cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sebelum dan sesudah beraktivitas. Minum air putih atau zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter sehari. Yang mempunyai komorbid dan sudah minum obat rutin, jangan lupa obatnya diminum secara teratur," kata Liliek.

Ia pun berpesan bahwa puncak ibadah haji saat Armuzna memerlukan stamina yang tinggi, jamaah untuk mengurangi ibadah sunnah seperti umroh yang berulang kali. Simpan energi dan jangan terlalu capek. Jangan merokok di sembarang tempat, hormati orang lain yang tidak merokok.

"Segera melapor dan memeriksakan diri saat kurang enak badan ke petugas kesehatan haji dan pos kesehatan. Kesehatan jamaah adalah prioritas utama kami. Mari kita jaga bersama-sama agar ibadah haji berjalan lancar dan seluruh jamaah kembali ke Tanah Air dengan sehat," ujar Liliek.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |