Mata Pena
Teknologi | 2025-05-30 10:03:25

AI dalam Ekonomi: Membangun Fondasi Kekuatan Ekonomi Masa Depan
Dalam era digital saat ini, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi salah satu kekuatan utama yang mendorong transformasi ekonomi global. AI bukan hanya menghadirkan efisiensi, tetapi juga membuka peluang baru yang mampu memperkuat fondasi ekonomi global. Di masa depan, negara-negara yang mampu mengadopsi dan mengembangkan teknologi ini secara optimal diprediksi akan memimpin dalam kompetisi ekonomi dunia.
Kecerdasan buatan (AI) memberikan pengaruh signifikan di berbagai sektor seperti manufaktur, keuangan, logistik, hingga pertanian. Dalam industri manufaktur, AI digunakan untuk meningkatkan produktivitas melalui automasi dan predictive maintenance. Sementara itu, pada sektor keuangan, teknologi AI mampu menganalisis data besar (big data) secara real-time untuk mendeteksi risiko, mengoptimalkan investasi, dan meningkatkan keamanan transaksi. Menurut laporan McKinsey Global Institute (2018), penerapan AI secara luas berpotensi meningkatkan PDB global sebesar 16% atau setara dengan sekitar $13 triliun dolar AS pada tahun 2030. Angka tersebut menunjukkan betapa besar dampak AI terhadap perekonomian masa depan.
Meskipun AI membawa banyak manfaat, perubahan ini juga membawa tantangan, terutama dalam hal tenaga kerja. World Economic Forum (2020) memperkirakan bahwa 85 juta pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2025, namun di sisi lain akan tercipta 97 juta jenis pekerjaan baru yang lebih berorientasi pada teknologi. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan tenaga kerja dengan keterampilan baru, seperti analisis data, machine learning, dan literasi digital. Pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan perlu berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem pendidikan dan pelatihan yang adaptif terhadap kebutuhan ekonomi baru ini.
Seiring dengan pesatnya adopsi AI, muncul pula tantangan besar seperti kesenjangan digital, perlindungan data pribadi, etika penggunaan AI, dan kesiapan sumber daya manusia menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, investasi pada pendidikan dan pelatihan teknologi digital sangat penting. Pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan harus berkolaborasi untuk membangun ekosistem AI yang inklusif, etis, dan berkelanjutan.
OECD dalam laporannya "Artificial Intelligence in Society" (2019) menekankan pentingnya kebijakan publik yang mendukung inovasi AI, tetapi juga mengatur penggunaannya agar tetap sejalan dengan nilai-nilai sosial dan hak asasi manusia. kebijakan publik yang mendukung inovasi AI, tetapi juga mengatur penggunaannya agar tetap sejalan dengan nilai-nilai sosial dan hak asasi manusia. Dan kita sebagai manusia pun seharusnya bisa menjadikan fenomena global ini sebagai motivasi untuk terus belajar dan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu serta kemampuan agar pertumbuhan teknologi mampu kita sejajari dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia yang kian pesat, dan harapannya dengan berkembangnya teknologi ini dapat memudahkan kita untuk menggapai pengetahuan dengan sangat mudah.
Sources:
https://www.mckinsey.com/featured-insights/artificial-intelligence/notes-from-the-ai-frontier-modeling-the-impact-of-ai-on-the-world-economy
https://www.weforum.org/publications/the-future-of-jobs-report-2023/
https://www.oecd.org/en/publications/2019/06/artificial-intelligence-in-society_c0054fa1.html
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.