REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Upaya nyata dalam mengentaskan kemiskinan dan memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat pesisir di Gunungkidul, Yogyakarta, kini memasuki babak baru yang transformatif. Universitas AKPRIND Indonesia (AKPRIND) bersinergi dengan Universitas Gunung Kidul (UGK) meluncurkan program pengabdian masyarakat ambisius yang dikenal sebagai 'Revolusi Biru Pesisir'. Program ini tidak hanya fokus pada satu aspek, melainkan mengintegrasikan empat pilar utama untuk menciptakan kemandirian ekonomi yang holistik dan berkelanjutan: Energi Terbarukan, Diversifikasi Pangan Lokal, Pemanfaatan Air Siap Minum, dan Implementasi Ekonomi Biru.
Ketua pelaksana program dari AKPRIND, Dr Suprani Setyowati Rahayu, MSi dari Teknik Lingkungan, menjelaskan bahwa Revolusi Biru Pesisir adalah jawaban atas tantangan multidimensi yang dihadapi oleh warga pesisir.
"Kami melihat potensi luar biasa di kawasan ini, namun terkendala oleh akses energi yang mahal dan kurangnya inovasi dalam pengolahan hasil laut dan pertanian. Melalui sinergi lintas disiplin ilmu, kami membawa solusi teknologi tepat guna yang aplikatif," ujar Dr Suprani.
Tim inti AKPRIND diperkuat oleh keahlian teknis dari Dr Samuel Kritiyana, ST, MT (Teknik Elektro), yang berfokus pada instalasi sistem energi terbarukan, dan Dr Hadi Saputra, MEng (Teknik Mesin), yang merancang dan mengimplementasikan peralatan diversifikasi pangan yang efisien.
Di sisi mitra lokal, kontribusi vital datang dari tim UGK yang terdiri dari Dr Septiono Eko B, MSc, MEng, Endang Widayati, SP, MMA, dan Dyah Indriyaningsih Septeri, SP, MSc. Kolaborasi ini memastikan bahwa setiap intervensi teknologi selaras dengan kearifan lokal, kebutuhan komunitas, dan potensi sumber daya alam setempat.
Pilar Penguatan Ekonomi Berkelanjutan
Akses Energi Terbarukan: Penerapan teknologi panel surya skala kecil di sentra-sentra produksi masyarakat, seperti tempat pengolahan ikan atau balai kelompok tani, bertujuan untuk menekan biaya operasional dan memastikan pasokan listrik yang stabil. Hal ini krusial untuk kegiatan pasca-panen dan peningkatan produksi.
Diversifikasi Pangan Lokal: Program ini mendorong masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan laut, tetapi juga memaksimalkan potensi komoditas pertanian pesisir. Tim pendamping memberikan pelatihan dan peralatan untuk mengolah komoditas lokal menjadi produk olahan bernilai jual tinggi, seperti keripik rumput laut, tepung mocaf (modifikasi singkong), atau penganan berbasis seafood yang dikemas modern.
Pemanfaatan Air Siap Minum: Keterbatasan akses air bersih di kawasan pesisir diatasi dengan instalasi sederhana namun efektif, seperti alat filterisasi atau desalinasi air. Ketersediaan air bersih tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga membuka peluang usaha baru, seperti pengisian ulang air minum kemasan komunitas.
Ekonomi Biru (Blue Economy): Inti dari program ini adalah memastikan pemanfaatan sumber daya laut dilakukan secara berkelanjutan. Tim memberikan edukasi tentang budidaya perikanan yang ramah lingkungan, manajemen limbah perikanan, serta bagaimana menjaga ekosistem pesisir sebagai aset ekonomi jangka panjang.
Implementasi Teknologi Tepat Guna (TTG)
Pilar keberhasilan program ini terletak pada implementasi serangkaian TTG yang dirancang khusus untuk meningkatkan efisiensi dan nilai jual produk masyarakat. Beberapa TTG yang diterapkan dan dikembangkan meliputi:
Mesin Pencacah Plastik: Diterapkan sebagai bagian dari program ekonomi biru dan pengelolaan sampah pesisir, mengubah sampah menjadi potensi daur ulang.
Mesin Penepung Singkong dan Perajang Singkong: Digunakan untuk mendukung diversifikasi pangan, memungkinkan pengolahan singkong lokal menjadi tepung mocaf berkualitas tinggi dan aneka keripik.
Instalasi Pengolahan Air Siap Minum: Menjawab isu krusial air bersih, instalasi ini mampu menyaring air baku di pesisir menjadi air siap minum standar kesehatan.
PH TDS EC SALINITY Temperature Meter - 5in1: Alat ukur multifungsi ini digunakan untuk monitoring kualitas air dalam budidaya perikanan dan air minum, penting untuk penerapan standar dan keamanan pangan.
Mesin Pencuci Rumput Laut: Mendukung peningkatan kualitas produk hasil laut, mesin ini mempercepat proses pencucian rumput laut, mengurangi kontaminasi, dan meningkatkan efisiensi produksi.
Sprinkle Pertanian: Diterapkan untuk efisiensi irigasi pada lahan pertanian pesisir yang cenderung kering, memastikan tanaman, khususnya singkong, mendapatkan pengairan yang optimal.
Dr. Samuel Kritiyana menambahkan, “Aspek teknologi di sini bukan hanya tentang memasang alat, tapi mentransfer pengetahuan agar masyarakat mampu mengoperasikan, merawat, dan mengembangkan sistem energi terbarukan secara mandiri. Ini adalah investasi jangka panjang.”. Program Revolusi Biru Pesisir Gunungkidul ini terlaksana berkat dukungan penuh dari pemerintah melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) yang mendanai kegiatan ini.
Atas dukungan yang memungkinkan terlaksananya program vital ini, segenap tim pelaksana menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam di antaranya:
Kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) atas kepercayaan dan dukungan pendanaan yang menjadi tulang punggung keberhasilan program ini.
Kepada Universitas AKPRIND Indonesia atas dukungan institusi, fasilitas, dan dorongan untuk terus berkontribusi nyata kepada masyarakat.
Kepada Universitas Gunung Kidul (UGK) atas kemitraan yang solid, fasilitasi di lapangan, serta sinergi dalam memastikan relevansi program dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Diharapkan, Revolusi Biru Pesisir ini akan menjadi cetak biru bagi wilayah pesisir lainnya, membuktikan bahwa kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, yang didukung oleh teknologi tepat guna, adalah kunci menuju kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.

3 hours ago
3




































