Amazing... Tak Perlu Jarum Suntik, Cukup Makan Insulin dalam Sepotong Cokelat...Haaap...

6 hours ago 3
halodochalodoc

Bagi jutaan penderita diabetes, menyuntikkan insulin setiap hari merupakan rutinitas—namun tidak menyenangkan—dalam hidup.

Sekitar 75 juta orang di seluruh dunia harus menggunakan jarum suntik atau pompa insulin untuk mengelola gula darah mereka.

Namun, terobosan ilmiah baru mungkin akan segera menawarkan pilihan yang jauh lebih mudah dan ramah: insulin yang dapat dimakan, bahkan di dalam sepotong cokelat.

Sekelompok peneliti internasional telah mengembangkan insulin pintar yang dapat dikonsumsi secara oral dan tahu persis kapan dan di mana ia bekerja di dalam tubuh.

Metode baru ini, yang menggunakan nanoteknologi canggih, telah menunjukkan hasil yang kuat dalam uji laboratorium dan studi hewan.

Temuan ini baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Nature Nanotechnology.

Kunci inovasi ini adalah penggunaan nano-carrier—partikel yang sangat kecil hingga berukuran sekitar 1/10.000 lebar rambut manusia.

Partikel-partikel ini digunakan untuk membawa insulin ke seluruh tubuh dan dirancang untuk pecah hanya ketika gula darah tinggi.

Dengan cara ini, insulin dilepaskan hanya saat dibutuhkan, mengurangi risiko gula darah turun terlalu rendah—suatu kondisi yang disebut hipoglikemia, yang bisa berbahaya.

Profesor Peter McCourt dari Universitas Arktik UiT Norwegia menjelaskan bahwa suntikan insulin tradisional menyebarkan hormon ke seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Namun dengan insulin oral baru ini, pengirimannya lebih terarah dan efisien, terutama ke hati—organ kunci dalam pengendalian gula darah.

Masalah dengan upaya sebelumnya untuk membuat pil atau kapsul insulin adalah insulin akan terurai di lambung sebelum mencapai aliran darah.

Namun tim yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Sydney dan Sydney Local Health District bekerja sama dengan UiT menemukan solusinya.

Mereka menciptakan lapisan pelindung yang melindungi insulin dari asam lambung dan enzim. Lapisan ini tetap utuh hingga mencapai hati.

Setelah insulin mencapai hati, insulin hanya aktif jika kadar gula darah tinggi.

Enzim hati khusus memecah lapisan tersebut, melepaskan insulin untuk melakukan tugasnya—membantu hati, otot, dan jaringan lemak menyerap gula dari darah.

Ketika gula darah normal atau rendah, insulin tetap terkunci di dalam, mencegah overdosis dan menurunkan risiko hipoglikemia.

Nicholas J. Hunt, salah satu pemimpin proyek, mengatakan metode ini meniru cara kerja insulin pada orang sehat.

Di dalam tubuh manusia, insulin yang diproduksi oleh pankreas pertama-tama menuju ke hati sebelum memengaruhi seluruh tubuh.

Namun, ketika insulin disuntikkan di bawah kulit, terlalu banyak insulin yang mencapai jaringan lemak dan otot.

Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan, penumpukan lemak di hati, dan penurunan gula darah yang berbahaya.

Insulin baru ini menghindari masalah-masalah tersebut—dan jauh lebih mudah dikonsumsi. Dalam sebuah percobaan, para peneliti bahkan menambahkan insulin ke dalam cokelat bebas gula agar lebih nikmat.

Insulin cokelat ini diuji pada babon di Australia’s National Baboon Colony dan bekerja dengan baik, menurunkan gula darah mereka tanpa menimbulkan efek samping.

Uji coba pada tikus dan mencit diabetes menunjukkan hasil positif yang serupa, tanpa penambahan berat badan atau episode gula darah rendah.

Langkah selanjutnya adalah menguji insulin baru ini pada manusia. Uji coba pada manusia akan dimulai pada tahun 2025 dan akan dipimpin oleh perusahaan spin-out Australia, Endo Axiom Pty Ltd.

Pada tahap pertama, para ilmuwan akan menguji keamanan pengobatan dan mencari tanda-tanda hipoglikemia, baik pada relawan sehat maupun penderita diabetes tipe 1.

Jika hasilnya baik, mereka akan melanjutkan ke studi yang lebih besar untuk melihat apakah insulin oral baru ini benar-benar dapat menggantikan suntikan.

Jika semuanya berjalan lancar, para peneliti berharap insulin baru ini dapat tersedia untuk umum hanya dalam dua hingga tiga tahun.

Bagi penderita diabetes, hal ini bisa berarti mengucapkan selamat tinggal pada suntikan harian—dan menyambut cara yang lebih sederhana, lebih aman, dan lebih efektif untuk mengelola kondisi mereka.

Hasil penelitian ini dapat ditemukan di Nature Nanotechnology.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |