Dukung 'Danantara' untuk AI, Ketua Umum Partai Ummat Gagas Pusakantara

13 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menyambut baik rencana pemerintah untuk mendirikan pusat artificial intelligence (AI) di Jayapura. Rencana ini tak lepas dari kondisi bahwa sekarang ini adalah zaman digitalisasi dan AI, saat di mana-mana serba digitalisasi, dan di mana-mana mulai AI-nisasi. Negara-negara maju di dunia tengah berlomba-lomba mengembangkan berbagai macam teknologi yang berbasis AI.

"Tentu Indonesia sebagai bangsa yang sudah merdeka puluhan tahun, dan puluhan tahun pula memiliki rekam jejak dalam pendidikan tinggi serta penelitian, kita harus turut berkompetisi dalam penguasaan AI ini," kata Ridho dalam siaran persnya, Ahad (9/3/2025).

Sebagai doktor di bidang data science and machine learning dari Universitas Radboud, Belanda yang mendalami AI, Ridho memberikan beberapa masukan kepada pemerintah terkait program pusat AI di Jayapura. Pertama, pusat AI seyogyanya menggabungkan lima komponen, yaitu Pusat Riset AI, Pusat Bisnis AI, Pusat Ahli atau Pakar AI, Pusat Funding AI, serta yang terakhir Pusat Data dan Komputasi AI.

Kedua, menurut Ridho, idealnya Pusat AI ini berdiri di satu tempat. "Bayangkan sebuah pusat perbelanjaan mal yang isinya berbagai tokoyang menawarkan produk-produk AI, memamerkan riset-riset AI, ada bank yang bisa membiayai project-project AI, ada katalog pakar-pakar AI yang siap dipekerjakan, dan ada pusat data serta superkomputer untuk berbagai komputasi AI," paparnya.

Namun ia menambahkan, jika rencana tersebut dibangun di Jayapura terbayang betapa besar biaya mobilitas untuk bolak-balik ke sana dan karena lokasinya yang jauh bisa jadi 'mal' pusat AI tersebut sepi pengunjung. Terlebih dengan rencana efisiensi budgeting pemerintah, pendirian pusat AI di satu tempat seperti Jayapura dikhawatirkan justru menjadi tidak efisien.

"Bayangkan setiap bulan, anggaran akan tersedot banyak untuk tiket pesawat ketimbang riset pengembangan AI itu sendiri, karena para pejabat pemerintah, periset, dan juga peminat produk-produk AI harus bolak-balik Jakarta-Jayapura," katanya.

Dalam hal ini, Ridho menawarkan solusi bahwa pemerintah bisa membuat Pusat AI yang tetap menjadi satu, namun bukan dalam arti bangunan fisik. Ia menjelaskan, pusat data dan komputasi bisa diletakkan di Jayapura karena data tetap dapat diakses dan komputasi tetap dapat dilakukan dari bagian Indonesia manapun selama terkoneksi internet. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap perkembangan infrastruktur digital di Jayapura.

Namun Pusat Riset, Pusat Bisnis, Pusat Ahli atau Talent, dan Pusat Funding diletakkan di suatu tempat atau beberapa tempat yang ramai, mudah diakses publik, banyak kampus dan perusahaan, seperti Jakarta atau sekitarnya.

"Dengan skenario ini, rencana Pusat AI tersebut insya Allah tetap dapat berjalan baik. Pusat AI tersebut dapat dinamai Pusakantara, kependekan dari Pusat Kecerdasan Buatan Nusantara, menyambung semangat Danantara yang baru saja didirikan pemerintah," tuturnya.

Ridho menambahkan, supaya usulan Pusakantara tersebut lebih konkret, kelima komponen Pusat AI akan dipaparkan lebih detail. Komponen yang pertama adalah Pusat Riset AI. Pusat Riset AI bertugas menemukan hal-hal baru yang inovatif. Pusat Riset AI akan mencari berbagai permasalahan dan kebutuhan di dunia nyata, seperti militer dan pertahanan, kesehatan, pertanian, dan sebagainya, kemudian membangun berbagai alternatif solusi AI-nya.

"Melalui riset, ide dan konsep-konsep AI tersebut akan diuji secara saintifik, sebelum dibuat menjadi produk yang dipakai. Biasanya akademisi dari berbagai kampus yang mempunyai minat untuk melakukan riset-riset ini," ujar peraih gelar master di bidang AI dari dua kampus di Eropa, yakni Universitas Johannes Keppler Linz dan Universitas Teknik Ceko ini.

Komponen yang kedua adalah Pusat Bisnis AI. Menurut Ridho, pusat ini berisi perusahaan-perusahaan, mulai dari skala start-up hingga yang sudah besar, yang mengembangkan dan memiliki berbagai produk AI yang sudah siap untuk dijual dan dipakai.

"Dapat dibayangkan, jika kita masuk ke dalam sebuah pusat perbelanjaan atau mall, kita akan melihat banyak toko dengan berbagai macam produk yang ditawarkan. Begitu juga dengan Pusat Bisnis AI ini yang berisi toko-toko dari perusahaan-perusahaan tadi yang menjual berbagai produk-produk AI-nya, mulai dari drone cerdas untuk militer, peranti IoT untuk pertanian, hingga aplikasi seperti ChatGpt atau DeepSeek," papar Ridho.

Pusat Bisnis AI akan menjadi konsumen utama temuan-temuan inovatif dari Pusat Riset AI. Pusat ini akan merealisasikan konsep-konsep hasil riset tadi menjadi produk-produk yang berstandar industri dan siap dipakai oleh masyarakat Indonesia secara luas.

Adapun yang ketiga adalah Pusat Ahli dan Pakar AI. Baik Pusat Riset maupun Pusat Bisnis akan sangat memerlukan ketersediaan pakar-pakar di bidang AI. Pakar pertama akan menghabiskan waktu mendalami dan mengeksplorasi berbagai topik di bidang AI.

"Mereka melakukan berbagai penelitian saintifik untuk mencari jawaban-jawaban AI dari berbagai permasalahan penting atau bahkan permasalahan yang belum ada pemecahannya," kata Ridho.

Sebagai contoh, penerima Nobel tahun 2024 di bidang Fisika adalah dua orang pakar AI, John J. Hopfield dan Geoffrey Hinton, yang berjasa mengembangkan model awal AI. Nobel Prize 2024 untuk bidang Kimia juga diberikan kepada tiga peneliti, yakni David Baker, Demis Hassabis, dan John Jumper, yang menggunakan AI untuk menyingkap rahasia struktur protein yang belum terpecahkan selama 50 tahun.

Pakar kedua di pusat pakar ini adalah pakar yang bersifat praktis, yang tidak terlalu mendalami hal-hal yang berbau konseptual, namun memiliki skill atau keahlian untuk membangun model AI yang cerdas. Mereka akan membangun aplikasi AI di handphone atau membuat piranti keras cerdas seperti drone, robot, dan sebagainya.

Yang keempat, menurut Ridho, dibutuhkan Pusat Data dan Komputasi. Sumber kecerdasan kebanyakan model AI, walaupun tidak semua, berasal dari data. Proses ekstraksi kecerdasan dari data ini membutuhkan komputasi yang masif dengan infrastruktur perangkat keras yang mumpuni dan tidak bisa dilakukan dengan komputer biasa. Untuk itulah diperlukan Pusat Data dan juga Pusat Komputasi.

"Kita perlu memiliki Pusat Data yang menyimpan berbagai jenis data penting di Indonesia, termasuk mempersiapkan data sintetis untuk mengantisipasi kekurangan data berkualitas yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2026," katanya.

Selanjutnya, kata Ridho, diperlukan juga superkomputer yang dapat melakukan berbagai komputasi untuk membangun model AI yang cerdas. Sebagai gambaran, model AI seperti DeepSeek bahkan ChatGPT, memiliki ratusan juta bahkan miliaran parameter yang komputasinya membutuhkan superkomputer. "Ini merupakan infrastruktur yang sangat penting untuk dimiliki jika kita ingin menjadi salah satu negara yang menguasai AI," kata Ridho.

Yang terakhir, adalah Pusat Funding atau pendanaan. Ridho menggarisbawahi pentingnya memiliki funding yang cukup untuk melakukan berbagai riset AI untuk memecahkan berbagai persoalan penting. Riset-riset di Eropa, Amerika, dan China unggul dan seringkali menghasilkan temuan-temuan breakthrough salah satunya karena ketersediaan pendanaan yang relatif melimpah untuk penelitian.

"Kita juga membutuhkan pendanaan yang cukup untuk mentransformasi hasil-hasil riset menjadi produk yang berstandar industri yang siap dipakai oleh masyarakat luas. Tidak hanya dalam skala nasional, tapi juga pada pasar internasional. Pendanaan di sini dapat berupa investasi atau stimulus untuk hilirisasi konsep yang diberikan pada startup-startup atau bahkan perusahaan-perusahaan yang sudah mapan," tuturnya.

Dengan lima komponen tersebut, Pusakantara dapat melahirkan banyak AI yang AI. “Apa itu AI yang AI? AI yang AI adalah artificial intelligence (AI) yang asli Indonesia (AI), yang dibuat oleh anak bangsa, untuk memecahkan berbagai permasalahan dan memenuhi kebutuhan bangsa, yang insya Allah akan bermanfaat dan turut membangun peradaban kita sebagai bangsa Indonesia," katanya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |